Bagikan:

JAKARTA - Paris Saint-Germain berusaha menuntut balas atas kekalahan pada final musim lalu ketika mereka bertemu lagi dengan Bayern Muenchen dalam laga delapan besar Liga Champions pekan ini.

Tetapi, raksasa Prancis itu tampaknya sudah mengalami kemunduran meskipun Mauricio Pochettino datang melatih mereka.

Kabar absennya Robert Lewandowski untuk laga leg pertama perempat final di Allianz Arena Kamis dini hari itu disambut gembira di Paris, terutama seiring kabar bugarnya Neymar setelah lama absen.

Namun, kabar absennya Marco Verratti setelah positif COVID-19 bisa menciptakan masalah besar bagi Pochettino.

Mantan kapten PSG yang asal Argentina itu ditunjuk oleh klub milik Qatar tersebut Januari silam dengan misi sulit, melangkah lebih baik dari yang dicapai pendahulunya, Thomas Tuchel.

Di bawah asuhan Tuchel, tim kota Paris itu memenangi setiap trofi domestik di Prancis musim lalu sebelum mencapai final Liga Champions untuk pertama kalinya.

Dalam beberapa hal, PSG menghadapi tekanan lebih hebat pada saat ini ketimbang ketika kalah 0-1 melawan Bayern di Lisbon Agustus tahun lalu.

Melaju ke final kompetisi klub elite Eropa ini adalah sungguh kemajuan besar, tetapi jika tersingkir pada perempat final nanti bakal menjadi kemunduran besar bagi PSG dan Pochettino, apalagi mereka saat ini dalam posisi tertinggal dengan puncak klasemen Ligue 1 Prancis.

Mantan pelatih Tottenham Hotspur itu berkata bulan lalu, dia membutuhkan waktu untuk menunjukkan kemampuannya di Parc des Princes dan bahwa dia tak akan bisa membuat perubahan yang dia inginkan sampai pramusim berikutnya.

Pria berusia 49 tahun yang pernah kalah 2-7 melawan Bayern dalam salah satu laga terakhirnya bersama Spurs itu berusaha menekankan hal tersebut akhir pekan lalu dengan berkata kepada Le Parisien: "Anda boleh menghakimi saya mulai musim depan."

Dia menambahkan: "Seandainya kami menjuarai Liga Champions atau Piala Prancis atau Ligue 1, pengaruh kami pasti minimal. Sama halnya seandainya kami tak menjuarai apa pun. Ini terutama tergantung kepada pemain. "

Dari skuat yang menjadi starter dalam final musim lalu, hanya kapten Thiago Silva yang hengkang, sedangkan Eric Maxim Choupo-Moting yang masuk dari bangku cadangan sudah pindah ke Bayern.

Namun dia digantikan oleh Moise Kean dan pemain Italia itu merupakan peningkatan bagi PSG karena telah menyumbangkan 15 gol, termasuk tiga gol dalam Liga Champions.

Sementara itu, bek kiri Juan Bernat nyaris absen sepanjang musim ini karena cedera, dan PSG menghadapi masalah pada kedua posisi bek sayap.

Yang sangat dibutuhkan Pochettino saat ini adalah Neymar menemukan lagi performa terbaiknya dan Kylian Mbappe bermain cemerlang kembali. Penampilan terbaik PSG di bawah kepelatihan Pochettino terjadi ketika Mbappe menciptakan hattrick melawan Barcelona yang diulanginya saat menang 4-2 melawan Lyon.

Namun Mbappe kadang naik turun dan kerap tampil mengecewakan baik di bawah asuhan Tuchel maupun Pochettino.

Mereka kalah 10 kali musim ini, termasuk kalah tiga kali dari enam pertandingan liga terakhirnya.

Kekalahan 0-1 di kandang sendiri melawan Lille ketika Neymar diusir ke luar lapangan, membuat mereka tertinggal tiga poin di bawah Lille yang memuncaki klasemen Ligue 1, padahal tinggal tujuh pertandingan tersisa.

Mungkin tak masalah gagal menjuarai Liga Prancis, tetapi PSG bisa sama sekali tak masuk kualifikasi Liga Champions musim depan jika gagal masuk tiga besar Ligue 1.

Jika itu terjadi, maka akan sangat memalukan bagi klub sekelas PSG yang kalah 1-3 pada lawatan terakhirnya ke kandang Bayern saat menjalani pertandingan penyisihan grup ketika masih dilatih Unai Emery pada 2017.

"Kami sudah sering mengalami pasang surut, jadi kami harus lebih konsisten seperti musim-musim sebelumnya," kata kapten Marquinhos kepada Canal Plus.

"Kami masih bisa mencapai hal-hal hebat sehingga kami mesti fokus kepada hal-hal positif dan mencermati apa yang bisa kami tingkatkan. Pertandingan nanti itu adalah salah satu pertandingan terbesar kami musim ini," pungkas Marquinhos seperti dikutip Antara dari AFP.