Kasus All England di Mata Praktisi Olahraga: Peringatan Bahaya bagi Kontingen Indonesia di Olimpiade Tokyo
Marcus Gideon dan Kevin Sanjaya (Foto: BWF Tour)

Bagikan:

JAKARTA - Praktisi olahraga Hifni Hasan melihat kasus tim bulu tangkis Indonesia yang dipaksa mundur dari turnamen bergengsi All England dapat dijadikan pembelajaran bagi penampilan kontingen Merah Putih dalam kejuaraan internasional.

"Kasus ditariknya tim bulutangkis Indonesia dari All England menjadi pelajaran penting dan bahkan peringatan bahaya atau alarm bagi Kontingen Indonesia di Olimpiade Tokyo nanti," kata Hifni dalam keterangan tertulis yang dilansir dari Antara, Jumat.

"Induk organisasi cabang olahraga yang akan berjuang dan telah lolos ke Olimpiade, KOI dan bahkan pemerintah dalam hal ini Kementerian Pemuda Dan Olahraga perlu secara dini dan serius serta teliti mengetahui aturan penerapan penanganan COVID-19 yang berlaku di Jepang," sambung dia.

Demi mengantisipasi agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan menimpa kontingen Indonesia nantinya perlu pendekatan intensif terhadap para pihak terkait aturan protokol kesehatan di negara tersebut.

Hanif menambahkan, cabang olah raga perlu melakukan pendekatan dengan mitra federasi olahraga, begitu pula dengan KOI, Kementerian, serta pemerintah dengan para duta besar Indonesia.

"Antisipasi ini seharusnya dilakukan sejak sekarang sehingga kita sudah siap jauh-jauh hari. Jangan tiba masa tiba akal yang berakibat pahit nantinya," kata Hifni.

Sementara, bagi cabang olah raga yang masih mengikuti pertandingan kualifikasi Olimpiade perlu mengetahui protokol kesehatan COVID-19 yang diterapkan di negara tempat pelaksanaan pertandingan kualifikasi.

Menurut Hifni, kejadian di All England itu bukan masalah olahraga namun aturan kesehatan yang menyangkut reputasi kesehatan Indonesia sehingga masalah ini perlu mendapat perhatian serius dari semua pihak.

"Alangkah baiknya jika Kemenpora dan KOI aktif melakukan pembekalan kepada induk organisasi cabor tentang penerapan aturan penanganan COVID-19 baik di Indonesia maupun di negara-negara di luar negeri. Ini untuk menghindari terulangnya pengalaman pahit di All England," kata Hifni.

Seluruh pemain Indonesia dipaksa mundur dari turnamen All England lantaran saat penerbangan dari Istanbul ke Birmingham pada Sabtu, 13 Maret ada seorang penumpang terkena COVID-19. Namun, tim Indonesia tidak diberi tahu siapa, berapa orang, dan dari mana asal orang yang positif tersebut.

Sesuai dengan regulasi pemerintah Inggris, jika berada pada satu pesawat yang sama dengan orang yang positif COVI-19, maka diharuskan menjalani isolasi selama 10 hari. Dengan demikian, tim Indonesia terpaksa mundur dan melakukan isolasi sampai tanggal 23 Maret 2021 di Crowne Plaza Birmingham City Centre, terhitung 10 hari sejak kedatangan tim ke Birmingham pada Sabtu lalu.