Bagikan:

JAKARTA - Awer Mabil ikut andil dalam lolosnya timnas Australia ke Piala Dunia 2022. Dia menjadi salah satu algojo The Socceroos yang berhasil menunaikan tugasnya dengan baik.

Saat itu, Mabil bisa disebut jadi salah satu penentu. Pasalnya, dia menjadi penendang terakhir Australia.

Awer Mabil mengatakan golnya itu adalah bentuk ucapan terima kasih untuk Australia yang telah membawa dia dan keluarganya masuk sebagai pengungsi.

Mabil lahir dari orang tua asal Sudan Selatan di kamp pengungsian di Kenya. Dia kemudian dibawa ke Australia dan mendapatkan hidup yang lebih layak di sana.

"Saya tahu saya akan mencetak gol. Ini satu-satunya cara untuk mengucapkan terima kasih kepada Australia, dari saya dan keluarga saya," kata pemain berusia 26 tahun itu kepada wartawan dari Qatar, dikutip Antara dari Reuters, Selasa, 14 Juni.

"Keluarga saya meninggalkan Sudan karena perang, saya lahir di gubuk. Kamar hotel saya di sini lebih besar dari kamar yang kami miliki sebagai keluarga di kamp pengungsian dulu. Bagi Australia menerima dan menampung kami, memberi saya dan keluarga saya kesempatan untuk hidup," lanjutnya.

Mabil berharap kontribusinya pada kemenangan Australia akan membantu menciptakan narasi baru seputar pengungsi di Negeri Kangguru tersebut.

"Sekarang saya pikir saya punya pengaruh pada sepak bola Australia," tuturnya.

"Kami akan pergi ke Piala Dunia. Saya mencetak gol (penalti), banyak dari rekan setim saya mencetak gol, kami semua berperan."

"Dan ya, mungkin anak pengungsi itu berperan besar. Jadi atas nama keluarga saya mengucapkan terima kasih kepada seluruh Australia."

Mabil mengatakan dia tiba di Australia sebagai seorang anak tepat pada waktunya untuk melihat "Generasi Emas" Socceroos bermain di Piala Dunia 2006 di Jerman.

Generasi pemain saat ini, katanya, bertekad untuk tidak terbebani oleh kenangan hari-hari ketika Tim Cahill dan Harry Kewell mengenakan kaus hijau dan emas.

"Kami ingin membuat bab kami sendiri," katanya. "Bagi saya, saya melihatnya sebagai motivasi. Sekarang saatnya kami menulis naskah kami sendiri. Lain kali kami akan langsung lolos."

"Kami selalu melakukannya dengan cara yang sulit sebagai warga Australia, saatnya mengubah gambaran itu," pungkasnya.