Bagikan:

JAKARTA - Andrea Pirlo resmi menggantikan Maurizio Sarri di kursi pelatih Juventus. Kabarnya, manajemen Bianconeri kurang puas dengan kinerja Sarri yang gagal membawa Juventus meraih trofi Liga Champions musim 2019/20.

Penunjukan Andrea Pirlo oleh Juventus ini seolah melanjutkan tren penunjukkan pelatih kepada seorang legenda sepak bola dari klub yang bersangkutan. Klub-klub tersebut seolah sudah percaya dengan kapasitas sang legenda meskipun tak mempunyai track record yang baik sebagai pelatih.

Mengutip portal berita olahraga Joe, Minggu 9 Agustus, Ole Gunnar Solskjaer dan Frank Lampard adalah dua nama legenda sepak bola yang dapat tugas menangani klub yang pernah dibelanya, yakni Manchester United dan Chelsea. Keduanya terhitung baru berkarier sebagai pelatih, dan belum mempunyai Curriculum Vitae (CV) melatih klub besar.

Mikel Arteta di Arsenal adalah contoh lainnya. Pelatih asal Spanyol itu terbilang cukup sukses karena berhasil memboyong Piala FA, meski masih hancur-hancuran di Liga Inggris.

Tapi kembali lagi, Arteta adalah contoh dari ketergesa-gesaan klub yang lebih memilih menunjuk seorang legenda dibanding pelatih berpengalaman. Jangan tanya pengalaman Arteta, karena dirinya sebelum di Arsenal, hanyalah asisten Pep Guardiola di Manchester City.

Tren ini berlanjut ke Andrea Pirlo. Pria berusia 41 tahun itu sama sekali belum pernah melatih tim manapun baik di level junior maupun senior.

Pirlo sejatinya baru saja ditunjuk sebagai arsitek Juventus U-23 bulan lalu. Nmun belum sempat memimpin tim dalam laga satu laga pun, mantan gelandang AC Milan itu langsung dipromosikan menangani skuat utama.

Sebenarnya tren ini bisa juga diambil sisi positifnya. Meski belum berpengalaman, paling tidak ada regenerasi pelatih di klub-klub papan atas.

Pelatih-pelatih beken sebelumnya, seperti Carlo Ancelotti ataupun Jose Mourinho saat ini lebih memilih melatih klub yang bukan langganan juara. Ancelotti kini melatih Everton, dan Mou menukangi Tottenham Hotspurs.

Namun jika melihat sisi negatif, kehadiran pelatih-pelatih bau kencur ini seakan mengecilkan pelatih-pelatih berpengalaman yang memang berkarier dari nol. Contohnya adalah ketika Barcelona saat memecat Ernesto Valverde.

Blaugrana saat itu langsung membidik nama legendanya, Xavi Hernandez. Namun yang bersangkutan menolak dan lebih memilih berkarier di Liga Qatar terlebih dahulu.

Jika saja Xavi waktu itu menerima pinangan Barcelona, apakah dia sudah pantas memegang klub sebesar itu? Jika ingin berkarier dan bekerja keras dari bawah, seorang mantan pemain biasanya melatih akademi atau tim junior di klub.

Itu terjadi pada Zinedine Zidane dan Pep Guardiola. Zidane mengawali kariernya di Real Madrid Castilla, juga Pep Guardiola yang memulai dari melatih Barcelona B.

Sebenarnya Pirlo mengawalinya dengan baik karena ditunjuk melatih Juventus U-23 sekitar seminggu yang lalu. Namun Juventus sepertinya melihat tren yang terjadi saat ini, dan ingin mengulangi kesuksesan Antonio Conte yang tak punya CV bagus --karena sebelumnya hanya menangani klub kecil-- namun sukses membawa Si Nyonya Tua juara Serie A Italia di tahun 2011 hingga 2014.

Akan tetapi kali ini, Pirlo punya tugas berat, yakni selain menjaga tren juara di Serie A Italia, ia juga harus membawa Juventus juara Liga Champions. Kalau tidak bisa, dia harus siap-siap dipecat, namun sudah punya CV "pernah melatih Juventus", sesuatu yang diincar banyak pelatih berpengalaman di luar sana.