Bagikan:

JAKARTA - Sebuah single segar sarat manuver teknikal bertajuk Mjölnir dirilis unit progressive metal/djent asal Tangerang Bless The Knights pada 17 Juli. Didera beberapa kali pergantian formasi atau personel tidak menyurutkan semangat mereka untuk terus berjuang di ranah musik ekstrem yang tersegmentasi. 

Mjölnir adalah sebutan untuk senjata palu dari Thor, karakter fiksi pahlawan super yang dipopularkan Marvel Comics. Seperti palu Thor yang bisa kembali ke tangannya setelah dilontarkan ke musuh, gitaris Fritz Faraday ingin Bless the Knights bisa kembali ke tangannya. 

“Gue ingin menunjukkan ‘palu’ gue yang lama hilang balik kembali. Itu basic (pemikiran) yang mendorong gue untuk bikin karya ini. Gue harus mempertahankan ciri dari Bless the Knights, yaitu agresif, teknikal, tapi catchy di reff-nya,” kata Fritz, yang juga merupakan otak utama di balik terciptanya Bless the Knights, dalam keterangan resmi yang diterima meja redaksi.

Fritz menyebut Mjölnir yang diletupkan dalam format instrumental ini sebagai pencapaian terbaiknya. Tidak hanya pola komposisi yang digarap cukup lama, namun juga dalam hal produksi. 

Ia mengaku sampai harus bolak-balik melakukan revisi untuk mendapatkan detail suara yang dihasratkannya, saat menjalani tahapan mixing dan mastering

Tapi kali ini, Fritz mendapat sentuhan magis dari Ricky Aprianto dari Rostels Records, yang memoles sound lagu Mjölnir menjadi lebih heavy, sekaligus sinematik. Fritz merasa bersyukur karena akhirnya dipertemukan dengan Ricky yang ia anggap jenius dan paham betul apa yang ia inginkan, khususnya dalam pengolahan sound rekaman.

“Karena gue pengen lagu ini sedetail mungkin. Gue pengen unsur sinematik-nya ‘keluar’, dan banyak layering. Itu yang susah. Karena ini lagu instrumental, permainan solo gitar gue di situ juga ibarat puncak dari keseluruhan bagan lagu. Teknis sih. Jujur, gue memang belum puas dengan hasil mixing dan mastering (di album) sebelumnya,” beber Fritz, meyakinkan.

Jika ditinjau dari sudut musikal, konsep Mjölnir bisa dibilang merupakan perpanjangan dari formula yang diaplikasikan Fritz saat menggarap album Dunamous (2018). Fritz tidak mendengarkan referensi apa pun saat menulis komposisinya, dan berusaha mengikuti kata hatinya seorisinal mungkin.