Bagikan:

JAKARTA - Menteri Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Ekonomi Kreatif (Menekraf/Kabekraf) Teuku Riefky Harsya mengapresiasi Java Festival Production yang akan menyelenggarakan Jakarta International Java Jazz Festival.

Menekraf Riefky melihat gelaran tahunan musik jazz yang sudah berjalan selama dua dekade itu sebagai bukti bahwa ekonomi kreatif, khususnya subsektor musik, memiliki potensi besar untuk terus berkembang.

“Saya sangat mengapresiasi perjalanan panjang festival musik jazz seperti Jakarta International Java Jazz Festival yang telah mendunia,” kata Riefky, dalam keterangannya setelah menggelar audiensi dengan penyelenggara di Gedung Film Pesona Indonesia, Jakarta Selatan pada Kamis, 20 Maret

“Ini jadi salah satu bukti bahwa ekonomi kreatif terutama subsektor musik mempunyai peluang untuk terus berkembang dengan kolaborasi seru,” lanjutnya.

Dalam audiensi tersebut, dibahas mengenai usulan kolaborasi subsektor musik yang diharap mampu terus melangkah ke kancah global. Dia melihat gelaran musik seperti Java Jazz Festival dapat membantu target pencapaian lapangan kerja bagi generasi muda Tanah Air yang berkualitas tinggi.

“Kami mendukung dan sepakat untuk mempromosikan musik sebagai upaya membangkitkan ekonomi kreatif dan membuka lapangan kerja yang berkualitas,” kata Riefky. “Apalagi dalam penyelenggaraan suatu festival musik banyak sekali pihak yang terlibat.”

Sementara, Dewi Gontha selaku President Director dari Java Festival Production mengatakan pihaknya akan fokus mempromosikan hiburan di Indonesia lewat musik.

“Java Jazz Festival tahun ini ingin menceritakan bahwa musisi-musisi baru banyak yang memakai jazz untuk memperkenalkan diri mereka. Ada 11 panggung dan sekitar 115 pertunjukan musik dalam perhelatan tiga hari Java Jazz Festival 2025,” ujar Dewi. “Kami juga baru saja meluncurkan maskot resmi dan banyak aktivitas lain yang bakal dipersiapkan untuk sambut 20 tahun Java Jazz Festival.”

Selain itu, audiensi juga membahas usulan kolaborasi terkait produksi serial televisi dan dokumentasi tentang Indonesia. Cameron Smith sebagai executive producer Java Festival Production berharap adanya dukungan dari Kemenekraf terkait perizinan syuting program dokumenter terkait kuliner, pariwisata, dan budaya di Indonesia.

“Saya ingin membuat program dokumenter yang menceritakan secara mendalam tentang sejarah Java Jazz selama dua puluh tahun dengan wawancara dengan artis lokal dan global, apa yang terjadi di balik layar, dan ragam budaya Indonesia yang semarak melalui musik, kuliner, keramahtamahan, dan pengalaman wisata budaya dari Indonesia,” kata Smith. “Kami membutuhkan dukungan surat rekomendasi perizinan lokasi syuting agar program tersebut bisa terealisasi.”