JAKARTA - Pengadilan Distrik Amerika Serikat (AS) untuk Distrik Pusat California menyatakan bahwa Mariah Carey terbebas dari gugatan pelanggaran hak cipta terhadap lagunya yang berjudul “All I Want for Christmas Is You” (1994).
Melansir BBC, Adam Stone alias Vince Vance – yang merilis lagu dengan judul serupa pada tahun 1989 – menuduh Carey telah mengeksploitasi popularitas dan gayanya. Ia pun menuntut ganti rugi sebesar 20 juta dolar AS (Rp329,5 miliar).
Dalam putusan yang dikeluarkan Rabu, 19 Maret, Hakim Mónica Ramírez Almadani mengutip kesaksian ahli yang mengatakan kedua lagu tersebut hanya memiliki klise lagu Natal yang umum pada beberapa lagu hit sebelumnya. Disebutkan pula bahwa Stone dan pengacaranya belum memenuhi beban pembuktian untuk menunjukkan bahwa (lagu) Carey dan Vance memiliki kemiripan.
Hakim Almandi juga memutus Stone dan pengacaranya harus menghadapi sanksi karena mengajukan argumen "tidak masuk akal", yang mencakup "campuran pernyataan dan kesimpulan fakta yang tidak jelas... dan tidak dapat dipahami, pendapat subjektif, dan bukti tidak relevan lainnya". Ia memerintahkan pihak penggugat untuk membayar kembali tagihan hukum yang dikeluarkan Carey dalam membela kasus tersebut.
Adapun, kasus ini berawal di tahun 2022. Stone mengklaim lagu hit Carey disalin dari lagu yang direkamnya bersama Vince Vance and the Valiants. Dalam dokumen pengadilan, ia mengklaim lagunya telah meraih popularitas yang luas selama musim liburan 1993 – setahun sebelum lagu Carey direkam dan dirilis.
BACA JUGA:
Stone menolak pengakuan Carry dalam memoarnya di tahun 2020, yang mengatakan bahwa sebagian besar lagu “All I Want for Christmas Is You” digubah dengan kibor Casio kecil yang murah – sambil memutar film “It's A Wonderful Life” untuk mendapatkan inspirasi – sebelum menyelesaikannya di studio bersama rekannya dalam menulis lagu, Walter Afanasieff.
"(Carey) mengabaikan karya-karya ini dengan cerita asal-usulnya yang tidak masuk akal, seolah-olah karya-karya itu adalah miliknya sendiri," kata Stone dalam dokumen pengadilan. "Kesombongannya tidak mengenal batas, bahkan penulis lagu yang juga menjadi penulis lagunya tidak percaya dengan cerita yang telah ia buat."
Pengaduan awal sempat dibatalkan pada Desember 2022, namun diajukan kembali sebulan kemudian. Stone berharap dapat ikut menikmati kesuksesan besar lagu tersebut, yang menghasilkan sekitar 8,5 juta dolar AS (Rp140 miliar) setiap tahun dan telah menghabiskan 140 minggu di 100 lagu teratas di Inggris.
Pengacara Carey sempat meminta pengadilan untuk membatalkan kasus tersebut pada Agustus 2024, dengan alasan bahwa Stone gagal membuktikan adanya pelanggaran hak cipta.
"Kesamaan yang diklaim tersebut merupakan campuran unsur-unsur yang tidak dapat dilindungi: Judul dan frasa pembuka yang digunakan oleh banyak lagu Natal terdahulu, kata-kata, frasa umum lainnya, dan kiasan Natal seperti 'Santa Claus' dan 'mistletoe'," tulis pengacara sang diva.
Dalam putusannya, Hakim Almadani mendukung dua laporan dari ahli musik yang disewa oleh tim Carey. Dalam salah satu laporan, profesor dari Universitas New York Lawrence Ferrara bersaksi bahwa "tidak ada kesamaan melodi yang signifikan" antara kedua lagu tersebut. Ia juga menyebut telah menemukan setidaknya 19 lagu yang mendahului lagu Stone, dengan ide lirik serupa.
Laporan serupa yang diajukan oleh pembela dianggap tidak dapat diterima – terutama setelah penulisnya mengakui dalam sebuah deposisi bahwa melodi kedua lagu itu tidak dapat dibandingkan karena iramanya yang berbeda. Atas dasar itu, Hakim Almadani memutuskan mendukung mosi penolakan.