Bagikan:

JAKARTA - I Wayan Sudirana dan Kasimyn (Gabber Modus Operandi) mengaku tidak terbayang bisa meraih kemenangan dalam kategori Penata Musik Terbaik di ajang Festival Film Indonesia (FFI) 2024 yang diumumkan Rabu, 20 November malam.

Dua musisi beda genre yang berbasis di Bali itu merupakan Penata Musik untuk film berjudul “Samsara” yang disutradarai Garin Nugroho.

Kasimyn yang aktif di dunia musik elektronik bahkan mengaku tidak tahu jika namanya masuk dalam nominasi. Pada awalnya ia mengerjakan “Samsara” dengan format cine-concert, namun format film dibuat dan didaftarkan ke FFI.

“Kita nggak tau kalau kita masuk nominasi. Kalau kebayang buat menang, itu sama sekali kita nggak tau,” kata Kasimyn saat ditemui di Bintaro, Tangerang Selatan, Kamis, 21 November.

Selain itu, Kasimyn mengaku sibuk untuk mempersiapkan pertunjukan cine-concert “Samsara” yang akan dilangsungkan di Yogyakarta, Jakarta, bahkan sampai luar negeri.

“Pengerjaan ini lumayan intens. Sedangkan kita kalau pengalaman-pengalaman sebelumnya, kalau nulis buat film, udah selesa ya putus, film yang sudah tayang, udah. Tapi yang kali ini nggak kayak gitu,” tuturnya.

Sementara, Sudirana yang dikenal sebagai komposer dan pengrawit mengatakan, kemenangan di FFI sebagai keberuntungan baginya. Dia mengaku harus fokus kepada hal-hal lain untuk mempersiapkan pertunjukan mendatang.

“Kalau bakal antisipasi dapat piala atau menang sih nggak, ya beruntung aja sih,” kata Sudirana.

“Kita lebih fokus pada proses kreatif dulu. Jadi, tantangannya memang sangat baru bagi saya, karena ini musiknya live, ean teman-teman pasti tau kalau pemain gamelan itu kan mereka mainnya pakai rasa, tanpa scoring, walaupun di grup kita udah mulai main pakai score,” sambungnya.

Adapun, konsep cine-concert ini merupakan upayanya kembali ke asal (root), untuk memberikan pengalaman berbeda bagi penonton.

“Awal mulanya kan memang film kayak begitu. Kalau ingat filmnya Charlie Chaplin, itu memang film yang kita tonton film bisu, tanpa dialog, tapi diiringi oleh musik live,” kata Gita Fara selaku produser.

“Jadi kami ingin membawa experience untuk menonton sinema, tapi kolaborasi dengan gamelan Bali dan juga musik elektronik,” lanjutnya.

Dalam hal ini, musik bukan sekedar tempelan, melainkan satu kesatuan yang mempengaruhi makna yang ditampilkan di layar.

“Kenapa kita bikin sebut namanya cine-concert? Ya karena sebenarnya seperti menonton film dan nonton konser gitu,” ujar Gita.

“Jadi, di cince-concert itu selain gamelan bermain live, vokalnya juga bakal nyanyi live,” imbuhnya.

Dengan konsep ini, maka setiap pertunjukan cine-concert “Samsara” akan ditampilkan secara berbeda dari satu dengan lainnya.

Sebagai informasi, cine-concert “Samsara” sudah ditampilkan di Singapura dan Program Indonesia Bertutur di Bali.

Selanjutnya, akan ditampilkan pula di Gelanggang Inovasi dan Kreativitas, Yogyakarta pada 5 Desember, serta Graha Bhakti Budaya, Taman Ismail Marzuki, Jakarta Pusat pada 13 - 15 Desember.

Rencananya, cine-concert “Samsara” juga akan dibawa ke beberapa tempat di luar negeri.