Bagikan:

JAKARTA - Tidak dapat dipungkiri, kemarahan pasti timbul ketika kita sudah membeli tiket konser musisi favorit, namun konser batal terselenggara. Itulah yang terjadi pada gelaran Lentera Festival yang seyogyanya berlangsung di Lapangan Sepak Bola Pasar Kemis, Tangerang pada Minggu, 23 Juni malam.

Sayangnya, kemarahan penonton berujung dengan aksi anarkis beberapa orang yang tidak bertanggungjawab. Pagar pembatas dirusak, panggung dibakar, hingga instrumen musik yang ada dihancurkan.

Penyelenggara acara tentunya jadi pihak yang harus bertanggungjawab atas batalnya konser. Namun, aksi anarkis tidak dapat dibenarkan. Justru kekesalan yang mereka luapkan adalah kemarahan yang salah sasaran.

Berbagai alat yang dirusak dan dibakar adalah milik vendor, yang notabene disewa oleh penyelenggara acara. Dengan apa yang terjadi, mereka yang menyewakan alatnya untuk Lentera Festival bak ‘jatuh tertimpa tangga’. Tidak dibayar lunas oleh penyelenggara, dan alatnya hancur oleh amarah penonton.

Di media sosial, #justiceforvendor pun diserukan. Meski kesalahan jelas ada pada penyelenggara acara, sikap penonton yang tidak terkendali membuat vendor harus mengalami kerugian besar.

Ifan Seventeen melalui unggahan Instagram pun tampak melampiaskan kekesalannya terhadap aksi anarkis penonton.

“Tolong lah, BACA BAIK2! PANITIA ACARA SAMA VENDOR ITU BEDA!!! Kalo kecewa dengan panitianya, jangan vendornya yg jadi sasaran. SALAH SASARAN!! Mereka juga korban, mereka hanya penyedia alat dan kelengkapan untuk acara, mulai dari sound system, panggung, lighting dan lain2,” tulis vokalis Seventeen itu.

“MEREKA JUGA KORBAN, MEREKA JUGA BELUM TENTU SUDAH DI BAYAR LUNAS, MEREKA JUGA MENGALAMI KERUGIAN (YG PASTI DENGAN JUMLAH BESAR). KALO MAU MARAH, BOLEH GA GA USH ANARKIS! BOLEH GA GA USH MAIN BAKAR2AN. SIAPA YG NGAJARIN SIK?!”

Seruan keadilan untuk vendor yang merugi juga dilakukan beberapa akun media sosial yang mengunggah ulang aksi orang-orang yang merusak berbagai alat di sekitar panggung.

Guyon Waton, salah satu grup yang seharusnya mengisi acara juga menyerukan hal serupa. Mereka mengkonfirmasi bahwa para vendor yang terlibat baru dibayar 50 persen oleh penyelenggara acara.

“Vendor sound, lighting, stage dan talent baru dibayar 50%.”