Bagikan:

JAKARTA - Maliq & D’Essentials menanggapi banyaknya kritikan warganet atas lagu Aduh dan Kita Bikin Romantis yang viral dan banyak diputar di TikTok. Mereka menganggap gaya musik yang diusung Maliq & D’Essentials sudah berubah, dan muncul beberapa pro dan kontra.

Namun begitu, para personel tidak setuju dengan warganet yang kontra. Angga Puradiredja justru menikmati karya mereka yang sedang viral di media sosial.

“Ya pasti akan ada gitu (kontra) lah ya. Cuman sorry guys, kita lagi menikmati momen kita nih. Ini kita syukurin banget karena kita nggak bisa menyangkal bahwa dalam kurun waktu bertahun-tahun ini kan pasti ada gejolak, sampai akhirnya gejolak itu ada satu titik seperti saat ini, dimana semua jadi mengalir lagi. Itu tergambar banget dari karya-karyanya,” kata Angga Puradiredja, melansir kanal YouTube MALIQ & D’Essentials, Senin, 25 Maret.

“Ya bener sih, yang dibilang era Sriwedari, Musik Pop, itu kan suatu momen juga di waktu itu, yang kita bawa sampai terakhir. Cuman kita dapat momen baru lagi, kita berani eksplorasi, kita nggak takut orang ngomong apa,” lanjutnya.

Dendy Sukarno alias Jawa, justru melihat kontra yang muncul justru sebagai keberhasilan tersendiri. Ia melihat dua lagu tersebut berhasil melekat di pikiran warganet yang kontra.

“Nggak harus gua respon, harus gua syukurin. Karena sekali lu melahirkan karya dan karya itu membuahkan pro dan kontra, karyanya berhasil menurut gua. Karena nggak mungkin lu kontra sesuatu kalau itu nggak melekat sama lu,” ujar Jawa.

Personel Maliq lainnya, Widi dan Lale, tidak melihat lirik dari Aduh dan Kita Bikin Romantis “menjijikan” seperti apa yang dikatakan warganet yang kontra. Keduanya justru merasa lirik dua lagu itu masih serupa dengan gaya penulisan lirik di lagu-lagu lain.

“Waktu kita bikin lirik itu, nggak ada sedikitpun kita khawatir terhadap ini cringe. Kita ngomong itu, di anak-anak happy, di gua happy, udah. Liriknya Kita Bikin Romantis, Aduh, mau apapun, emang itu sih yang (terpikir) di studio saat itu. Jadi, nggak ada pertimbangan ‘komersial’,” kata Widi Puradiredja.

“Gua nggak ngerasa itu, maksudnya gua nggak ngerasa Maliq jadi cringe atau gimana ya, karena emang gaya penulisan liriknya menurut gua masih Maliq, di situ musiknya juga masih Maliq,” timpal Arya Aditya alias Lale.

Lebih jauh, Maliq merasa pro dan kontra pendengar atas karya-karya mereka jadi hal yang biasa. Apa yang terjadi kali ini juga sudah pernah terjadi saat album Sriwedari (2013), Musik Pop (2014), dan album lain dirilis.

“Ini jadi hal yang biasa terjadi di Maliq. Kita ngeluarin album Sriwedari pun begitu, Musik Pop pun begitu. Nggak apa-apa, kita bersenang-senang aja sama keadaannya. Ayo dengerin, nggak mau dengerin nggak apa-apa. Ya kita nggak ada yang dikejar, kita emang mau ngasih dengar aja suasana hati Maliq di album ini tuh lagi begini, lagi senang, lagi romantic,” pungkas Ilman Ibrahim.