<i>Interview</i>: Mengenal Jazz di Prancis Lewat Jèrèmie Ternoy Trio
Jérémie Ternoy, komponis sekaligus pianis Jérémie Ternoy Trio (Instagram @jazzgunung)

Bagikan:

JAKARTA - Jèrèmie Ternoy Trio untuk pertama kalinya menjalani tur di Indonesia. Setidaknya, mereka tampil dalam tiga acara berbeda yang dikenal sebagai tempat bagi para pecinta jazz untuk menikmati musik, yaklni Festival Jazz Gunung Bromo (22 Juli), Jazz Mben Senen Yogyakarta (24 Juli), dan Ubud Village Jazz Festival (29 Juli).

Jérémie Ternoy Trio berasal dari Lille, Prancis yang terdiri dari Jérémie Ternoy sebagai komponis sekaligus pianis, Nicolas Mahieux (kontrabas) dan Charles-Albert Duytschaever (drum).

Nicolas Mahieux (kontrabas) - Instagram @jazzgunung

Setelah tampil di Jazz Gunung Bromo, Jèrèmie Ternoy mengungkap rasa puasnya terhadap respons penonton di Indonesia. Ia merasa penonton mendengarkan musiknya dengan baik.

“Saya merasa sangat senang. Menurut saya penonton mendengarkan dengan baik. Ini pengalaman yang indah bagi saya,” kata Jèrèmie Ternoy.

Jèrèmie sadar bahwa bermain di Indonesia akan memberikan pengalaman baru baginya. Namun, bukan hanya di Indonesia, baginya setiap tempat yang pernah dikunjungi punya karakteristiknya masing-masing.

Ia melihat beberapa tempat yang dikunjunginya kali ini punya perbedaan antara satu dengan yang lainnya. Hal tersebut membuatnya dapat melihat keanekaragaman yang ada di Indonesia.

“Tentu saja kami akan sangat senang jika bisa kembali tampil di Indonesia. Dan kami akan berusaha untuk bisa datang lagi,” katanya.

Setelah penampilannya di Jazz Gunung Bromo, VOI berkesempatan mewawancarai Jèrèmie Torney. Pembicaraan berlangsung dengan bantuan seorang penerjemah dari Institut Français Indonesia Surabaya.

Dalam wawancara ini, Jèrèmie membahas soal masuknya musik jazz di Prancis beserta perkembangannya saat ini. Sang pianis juga bicara mengenai komposisi musiknya dan perbedaannya dengan banyak pianis jazz Amerika Serikat yang sudah dikenal. Simak wawancara lengkapnya di bawah.

Prancis dikenal sebagai negara dengan penduduk beragam, bagaimana jazz bisa masuk dan berkembang di sana?

Ya, sangat banyak pengaruh kebudayaan yang beragam di Prancis, terutama banyak musik dari Amerika Serikat, tapi juga ada dari Afrika, Kuba hingga Eropa Timur. Bahkan di tempat asal kami, di Lille banyak komunitas-komunitas dari berbagai negara. Kalau di dunia jazz, dua musisi jazz Prancis yang paling dikenal adalah Django Reinhardt dengan gypsy jazz-nya dan Stephane Grappelli yang memainkan biola seperti musik klasik. Gaya bermain mereka disebut manouche jazz, dan itu populer di tahun 1940-an.

Perpaduan itu juga ditambahkan oleh pemain akordeon bernama Marcel Azolla, yang gaya musiknya banyak dipakai buat tarian. Gaya musiknya sangat populer setelah Perang Dunia. Karena jazz adalah musik perpaduan, akhirnya jazz itu bercampur dengan pengaruh dari musisi-musisi Prancis yang mempraktikkan gaya-gaya musik tersebut.

Setelahnya, pergerakan itu berlanjut sampai saat ini. Sebagai contoh, Prancis dekat dengan Inggris yang punya banyak grup terkenal seperti The Beatles dan grup rock lain. Mereka juga memengaruhi musisi-musisi di Prancis dengan musik progressive-nya. Musik progressive ini berpadu juga dengan jazz. Perpaduan itu terjadi di tahun 1960-an, 1970-an dan terus berlanjut dengan kemajuan-kemajuan lainnya hingga saat ini.

Selain musik yang datang dari luar, seperti musik jazz atau pop, Prancis juga punya musik folk dan musik tradisinya sendiri. Mana yang lebih memengaruhi musik Anda?

Saya lebih banyak dipengaruhi musik pop dibandingkan folk. Contohnya adalah seorang penyanyi yang juga pemain drum, Robert Wyatt. Dia penyanyi dan drumer dari band rock progressive Soft Machine. Jadi, musik Robert Wyatt sedikit banyak seperti komposisi yang saya tulis.

Sebagai tambahan, Robert Wyatt juga berteman baik dengan Maurice Ravel dan Claude Debussy yang merupakan musisi klasik, serta Gyorgy Ligeti yang merupakan musisi kontemporer. Selain itu, gaya musik saya juga dipengaruhi oleh musisi jazz dari Amerika Serikat, di antaranya Herbie Hancock dan Chick Corea.

Namun begitu, bukan berarti tidak ada folk dalam gaya bermusik saya. Bagian dari folk itu sudah terintegrasi ke dalam diri saya. Itu sudah menjadi bagian dari saya yang saya sampaikan lewat karya saya. Seperti Frederic Chopin, di mana ia juga menggunakan musik tradisional dalam musiknya. Itu tidak bisa dihindari, karena sudah sejak dini kami mengenal musik klasik, dan musik klasik juga ada pengaruh musik tradisi. Saya rasa itu sudah terintegrasi.

Bagaimana Anda menggambarkan gaya komposisi musik yang Anda buat sejauh ini?

Yang saya suka ketika menulis musik, setiap komposisi punya identitas yang secara langsung bisa dikenali. Saya suka membuat motif sebagai signature lagu yang dengan mudah bisa dikenali orang. Jadi, saya membayangkan dengan membawakan komposisi musik saya, pendengar seperti diajak ke dalam sebuah lukisan atau fotografi di mana mereka merasakan ikut berada di dalamnya, namun masih dalam bingkai yang saya buat.

Banyak komposisi yang saya buat punya layer bertumpuk, dan saya mencoba untuk bisa memunculkan layer yang berbeda itu. Saya suka membuat komposisi yang terlihat jelas di antara kompleksitas yang ada. Seperti itu lah saya melihat dunia.

Bagaimana Anda membedakan musik jazz yang Anda mainkan dengan banyak musisi jazz dari Amerika Serikat?

Mengenai sejarah, jazz Amerika Serikat terbentuk dengan cara tertentu, tapi di saat yang sama tiba di Eropa. Musisi-musisi Eropa ini juga mencari gaya mereka sendiri. Dan banyak juga inspirasi dari musik klasik dan musik kontemporer. Kalau perbedaan kami dengan musisi jazz Amerika Serikat, kami kurang mendapat pengaruh dari musik blues, meski kami setuju bahwa blues adalah jantung dari musik kami.

Kami melihat blues adalah cara untuk berekspresi seperti sebuah idiom. Bagi kami, blues sebagai cara berekspresi, blues adalah mengeluarkan apa yang ada dalam diri kita. Bila dibandingkan flamenco, blues terasa seperti mengeluarkan penderitaan, yang mana rasanya itu berbeda.

Bagaimana Anda melihat musik jazz di Prancis, bagaimana posisinya dengan musik yang sudah lebih dulu ada, seperti folk dan musik tradisi?

Menurut saya, jazz adalah musik tradisional, karena itu musik tradisional dari Amerika Serikat. Karena Amerika Serikat adalah negara yang mengekspor musik ini, mereka juga mengekspor bahasa musik mereka. Saat kami belajar musik jazz, kami belajar seperti mempelajari bahasa baru dan aksen baru yang bisa digunakan untuk mengekspresikan bahasa kami sendiri.

Jadi, kami memang perlu untuk menggunakan idiom ini dan nantinya kami transformasikan kembali. Kami memulai dengan belajar musik jazz standar dari musisi-musisi jazz Amerika Serikat, dan bertahap kami menemukan ciri khas kami sendiri. Menurut saya, proses yang dijalani semua orang seperti itu.

Charles-Albert Duytschaever (drum) - Instagram @jazzgunung