JAKARTA - Lady Gaga memberi penghormatan yang tulus kepada ikon musik dan teman sejatinya, Tony Bennett, menyusul berita kematiannya.
Penyanyi legendaris Amerika itu meninggal pada 21 Juli di kampung halamannya di New York, setelah lama berjuang melawan penyakit Alzheimer. Dia berusia 96 tahun.
Sejak merilis album debutnya Because Of You pada tahun 1952, sang vokalis meluncurkan lebih dari 70 album, memenangkan 20 penghargaan Grammy dan berkolaborasi dengan beberapa nama besar di industri musik, termasuk Sir Paul McCartney dan Aretha Franklin.
Album studio terakhirnya berjudul Love For Sale, koleksi kolaboratif dengan Lady Gaga yang dirilis pada 2021.
Sebelumnya, mereka bergabung dalam album Cheek To Cheek yang dirilis sembilan tahun silam.
Kini, setelah kematiannya awal bulan ini, Lady Gaga mengungkapkan rasa kehilangannya di depan umum untuk pertama kalinya, dan membagikan penghormatan yang menyentuh kepada musisi dan sahabat sejatinya.
Di samping foto mereka berdua berpelukan yang dibagikan 30 Juli kemarin, dia melengkapinya dengan pesan khusus.
“Saya akan merindukan teman saya selamanya. Saya akan merindukan bernyanyi bersamanya, rekaman dengannya, berbicara dengannya, berada di atas panggung bersama,” Lady Gaga mengawali.
“Dengan Tony, saya harus menjalani hidup saya dalam waktu yang tidak pasti. Tony & saya memiliki kekuatan magis ini. Kami membawa diri kami ke era lain, memodernisasi musik bersama, & memberikannya kehidupan baru sebagai duo penyanyi. Tapi itu bukan akting. Hubungan kami sangat nyata,” tambahnya.
“Tentu saja dia mengajari saya tentang musik, tentang kehidupan showbiz, tetapi dia juga menunjukkan kepada saya bagaimana menjaga semangat saya tetap tinggi dan kepala saya tetap tegak. 'Lurus ke depan,' katanya. Dia adalah seorang yang optimistis, dia percaya pada kualitas kerja dan kualitas hidup. Plus, ada rasa syukur…Tony selalu bersyukur.”
BACA JUGA:
Kemudian dalam postingan tersebut, dia juga membenarkan bahwa, karena sifat penyakitnya, dia telah "berduka atas kehilangan Tony untuk waktu yang lama".
“Kami mengalami momen perpisahan yang sangat panjang dan kuat. Meskipun ada selisih 5 dekade di antara kami, dia adalah teman saya. Teman sejati saya yang sebenarnya. Perbedaan usia kami tidak masalah– pada kenyataannya, itu memberi kami masing-masing sesuatu yang tidak dimiliki oleh kebanyakan orang,” jelasnya.
“Kehilangan Tony karena Alzheimer memang menyakitkan, tetapi juga sangat indah. Era kehilangan ingatan adalah waktu yang begitu sakral dalam kehidupan seseorang. Ada perasaan rentan dan keinginan untuk mempertahankan martabat,” tambahnya. “Yang saya inginkan hanyalah agar Tony mengingat betapa saya mencintainya dan betapa bersyukurnya saya memiliki dia dalam hidup saya… Saya tidak akan pernah melupakan pengalaman ini. Saya tidak akan pernah melupakan Tony Bennett.”