Bagikan:

JAKARTA - Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi optimistis bakal muncul grup band dari Kota Pahlawan, Jawa Timur, yang bisa menyaingi grup band legendaris seperti Dewa 19, Padi dan Jamrud.

"Saya yakin dari acara Festival Musik Surabaya Hebat kemarin (10/6) malam akan muncul grup band dari Kota Surabaya yang bisa menyaingi Dewa, Padi dan Jamrud," kata Eri Cahyadi dikutip dari Antara, Senin.

Menurut dia, talenta-talenta muda berbakat berbakat Generasi Z di Kota Surabaya yang tidak pernah berhenti. Bahkan, lanjut dia, hal ini yang menunjukkan bahwa Kota Surabaya merupakan kiblatnya kota seni.

"Ternyata kota ini memiliki talenta-talenta yang sangat luar biasa, Gen Z kalau orang bilang, ada SMP dan SMA yang ternyata menampilkan jiwa seninya sangat luar biasa," ujar Cak Eri panggilan lekatnya.

Maka dari itu, Wali Kota Eri memandang, bahwa sudah seharusnya pemerintah bersama masyarakat memberikan ruang bagi mereka untuk bisa mewujudkan aspirasinya. Karenanya, dia meyakini, melalui festival itu akan muncul talenta-talenta baru dari Surabaya.

Sebagai diketahui, Festival Musik Surabaya Hebat yang digelar Pemerintah Kota Surabaya bersama Perusahaan Daerah Air Minum Daerah (PDAM) Surya Sembada Surabaya bertujuan untuk menyemarakkan puncak peringatan Hari Jadi Kota Surabaya (HJKS) ke-730.

Selain menghadirkan guest star Ndarboy Genk, festival ini juga disemarakkan dengan penampilan sejumlah musisi dan seniman lain seperti di antaranya, Topan CS, KYD Band, dance, street performance hingga finalis band pelajar SMP dan SMA Piala Wali Kota Surabaya.

Cak Eri mengaku, musisi Ndarboy membuat dirinya bersama istri, Rini Indriyani berjoget di atas panggung "Festival Musik Surabaya Hebat" saat menyanyikan lagu berjudul Mendung Tanpo Udan.

Menurut Cak Eri, aksi jogetnya itu merupakan cermin bahwa musik tak memandang perbedaan dan bebas dinikmati oleh semua kalangan.

"Festival Musik Surabaya Hebat" berjalan meriah, Ndarboy sanggup membuat para penonton bernyanyi bersama.

Lagu-lagu, seperti "Wong Sepele", "Lintang Sewengi", "Balungan Kere", "Ojo Nangis", hingga "Mendung Tanpo Udan" memunculkan suasana ambyar. Pasalnya, karya musisi asal Yogyakarta mayoritas didominasi kegagalan kisah percintaan.