JAKATA - Harmonisasi vokal tak dipungkiri menjadi salah satu keunikan yang ditawarkan BackingSoda. Diramu oleh Ghita Rahmah Meirani, Miranty P. Wardhani, Wulandari Natlia, dan Ayusya, kita kembali disuguhi kemerduan yang belum banyak ditemukan di kelompok musik lain. Ini tergambar utuh dalam single baru mereka yang bertajuk Dewi Khayal.
Kepiawaian tiap anggota dalam menciptakan musiknya sendiri juga patut dilirik. Digawangi duet gitaris Hendi Yusup dan Putri Raya, BackingSoda kerap mengaransemen lagu yang kemudian disambut oleh para penyanyi untuk memperkaya nada setiap liriknya.
Lahir dari latar belakang musisi teater, tepatnya Teater Pagupon di Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya UI, BackingSoda terbiasa mengiringi pentas. Mengubah naskah menjadi lirik. Merangkai alunan untuk mengemas rasa setiap adegan. Sampai tibalah keinginan untuk memulai perjalanannya sendiri.
Itulah mengapa semua lagu mereka terasa puitis dan kaya nuansa.Semua orang bisa mendamba. Bahkan rela tenggelam di dalamnya. Namun tak semua berani berdiri di tengahnya: titik antara keterhanyutan dan kewarasan. Antara rasa tak kesampaian dan keikhlasan.
Dewi Khayal hadir untuk berada di tengah. Malah, menciptakan harmoni demi merayakan seni mendamba itu sendiri. Membuat ruang yang cukup luas untuk memuja, tapi tak cukup dalam untuk terpuruk.
Alunan yang lembut dan meditatif sepanjang lagu. Isian yang kaya - gitar, piano, hingga saksofon - hadir untuk melengkapi bukan saling mendominasi. Serta harmonisasi vokal yang khusyuk sekaligus membuat kita terlena.
Dewi Khayal mungkin adalah cara mendamba yang semestinya. Sebab tenggelam tak perlu kelam. Sebab terhanyut tak perlu sampai kalut. Cukup berdiri di tengahnya, nikmati, dan rayakan dengan lembut.