JAKARTA - Mungkin, dua minggu menjelang Idulfitri, beberapa orang mulai mengalami teriakan 'paket!' di depan rumahnya. Hal tersebut dikarenakan mereka mulai mendapatkan hadiah yang ditaruh di keranjang kecil. Isinya beragam. Mulai makanan-makanan ringan hingga peralatan mandi dan mungkin di tengah pandemi COVID-19 ini, ada yang memberikan paket alat mensterilkan diri dalam bentuk kemasan kecil.
Ya, hadiah tersebut kini lebih dikenal dengan sebutan hamper. Hamper telah teruji menjadi solusi hadiah yang fantastis di momen hari raya. Namun tahukah asal mula adanya hamper? Tim VOI menjelajahi sejarah hamper dari berbagai sumber dan menemukan bagaimana mereka tumbuh menjadi hadiah klasik namun tetap meriah.
Konsep hamper pertama kali diperkenalkan ke Inggris oleh Prancis pada abad ke-11. Kala itu hamper digunakan sebagai sesuatu yang bersifat sumbangan yang berisikan makanan, minuman dan pakaian. Hamper dirancang untuk menyediakan kebutuhan keluarga yang membutuhkan yang bisa bertahan selama berminggu-minggu.
Isi hamper ditaruh di keranjang anyaman yang terbuat dari kayu pohon willow, yang nantinya keranjang tersebut dapat digunakan kembali bagi yang mendapatkan. Keranjang tersebut juga kerap digunakan untuk mengangkut makanan dan minuman pada saat berburu atau perjalanan panjang pada masa itu.
Hingga akhirnya, di era Ratu Victoria, semua hal yang berhubungan dengan transportasi mulai berkembang. Jaringan transportasi pada era ini mulai berkembang lebih baik karena adanya revolusi industri. Revolusi tersebut memungkinkan pengangkutan barang-barang makanan segar lebih mudah ke penjuru negeri.
Dengan demikian, pengiriman makanan menjadi jauh lebih mudah dan cepat. Hamper lalu bukan sekadar bekal saat ekspedisi atau sumbangan bagi yang tidak mampu. Hamper menjadi tradisi pada perayaan Natal dan banyak keluarga yang saling mengirim hamper sebagai hadiah yang mewah.
Selama periode ini, hamper juga diberikan kepada pekerja dan pelayan oleh majikan mereka. Hamper tersebut berupa pakaian dan makanan di dalam keranjang anyaman tradisional untuk diberikan kepada mereka saat Natal. Hamper untuk pekerja dan pelayan biasanya berisi produk musiman, daging, dan buah-buahan yang diawetkan.
BACA JUGA:
Pemberian hamper tersebut untuk memastikan semua orang akan memiliki banyak stok makanan untuk dinikmati selama periode perayaan Natal. Saat perjalanan menggunakan motor meningkat sekitar 1900, beberapa hamper mulai berisikan peralatan masak seperti ceret teh dan penghangatnya.
Tujuan dari pemberian ceret tersebut adalah agar yang menerima hamper tersebut dapat menggunakannya saat berada di perjalanan, mereka bisa istirahat sembari minum teh untuk menyehatkan diri. Hingga akhirnya, pada abad ke-21, hamper telah banyak berkembang pesat dan tidak sekadar sebagai pemenuhan kebutuhan seseorang atau keluarga.
Hamper tidak lagi berisikan bahan makanan pokok, namun makanan ringan seperti biskuit dan minuman seperti wine dan jus. Bahkan hamper menjadi hadiah yang cukup diminati di kalangan kerajaan.
Pada 2014, Ratu Elizabeth II menghadiahi Paus Fransiskus hamper yang menandai pertemuan pertama mereka di Vatikan. Hamper tersebut berisikan sebotol wiski Balmoral serta telur dan madu yang berasal dari perkebunan milik kerajaan Inggris.