Bagikan:

JAKARTA - Pada 30 Maret 1981, pria bernama John Hinckley Jr. mencoba melakukan pembunuhan terhadap Presiden Amerika Serikat (AS) Ronald Reagan. Ia menembak Reagan di bagian dada saat tengah berada di luar sebuah hotel di Washington, D.C.

Mengutip Biography, Hinckley telah memelajari jadwal Reagan yang telah dicetak di koran dan memusatkan perhatian pada pidatonya di Hotel Hilton. Reagan terkenal menentang buruh yang terorganisir.

Tetapi pada awal menjabat sebagai presiden, Reagan menghabiskan beberapa waktu untuk mendekati para pejabat serikat pekerja. Pada hari penembakan itu, Reagan menyampaikan pidato kepada para pemimpin AFL-CIO, organisasi payung terbesar di AS untuk tenaga kerja terorganisir.

Mantan Presiden AS Ronald Reagan (Sumber: Commons Wikimedia)

Peristiwa penembakan itu terjadi beberapa bulan setelah Reagan terpilih sebagai Presiden AS. Ronald Reagan terpilih sebagai Presiden AS pada November 1980, menang telak melawan petahana, Jimmy Carter dan kandidat independen, John B. Anderson.

Sudah menjadi aktor terkenal dan pemimpin utama gerakan konservatif, terpilihnya Reagan sebagai presiden menjadi awal baru bagi politik AS. Reagan sangat anti-komunis. Reagan memeluk gerakan Injili Kristen.

Reagan berjanji memangkas pemerintahan dan memberlakukan ekonomi trickle down, yaitu teori yang menyatakan pertumbuhan ekonomi berfokus pada pemilik uang yang akan merembes ke lapisan masyarakat termiskin dan bermanfaat bagi semua lapisan.

Kecenderungan partisannya yang kuat, ekonomi yang suram, dan krisis internasional, Reagan memulai kepresidenannya dengan peringkat persetujuan yang bagus. Tetapi upaya penembakan di Hotel Hilton sebenarnya tak ada hubungannya dengan politik.

Penembak Reagan, John Hinckley Jr

Saat itu Reagan baru saja selesai berpidato di pertemuan buruh di Hotel Hilton. Ia sedang berjalan ke limusinnya bersama rombongan, ketika John Hinckley Jr, berdiri di antara sekelompok wartawan dan melepaskan enam tembakan ke arah Reagan.

Tembakan tersebut mengenai Reagan dan tiga pengawalnya. Sekretaris Pers Gedung Putih James Brady terkena tembakan di kepala dan luka parah. Agen pelindung rahasia, Timothy McCarthy tertembak dari samping.

Ronald Reagan dalam sebuah pidato di Capitol (Sumber: Commons Wikimedia)

Lainnya, polisi Distrik Columbia Thomas Delahanty tertembak di leher. Setelah melepaskan tembakan, Hinckley ditangkap dengan ditempel ke dinding. Presiden Reagan, tampaknya tidak menyadari bahwa dia telah ditembak.

Reagan didorong ke dalam limusin oleh agen perlindungan rahasia dan dilarikan ke rumah sakit. Reagan terkena tembakan di paru-paru kiri.

Suatu hal yang mengesankan bagi seorang pria berusia 70 tahun dengan paru-paru yang robek, dia berjalan ke Rumah Sakit Universitas George Washington dengan kekuatannya sendiri. Saat dirawat dan dipersiapkan untuk operasi, Reagan dalam keadaan yang sangat baik.

Ronald Reagan dan istrinya saat parade inaugurasi (Sumber: Commons Wikimedia)

Operasi Reagan berlangsung dua jam. Reagan pulang ke Gedung Putih pada 11 April. Sayangnya, Sekretaris Pers Gedung Putih James Brady tidak mengalami kepulihan penuh seperti Reagan.

Ia menderita kerusakan otak yang parah. Sebagian tubuhnya lumpuh. Ia kehilangan kendali atas lengan kirinya, kaki kirinya melemah, dan memori jangka pendeknya menghilang.

Brady menjalani beberapa operasi setelah penembakan. Setahun kemudian, pilihan pengobatan untuk dirinya semakin terbatas.

James Brady mengacungkan jari tengah kepada seorang fotografer (Sumber: Commons Wikimedia)

Brady kemudian menjadi pendukung terkemuka untuk pengendalian senjata. Meski Reagan sempat menentangnya pada tahun 80-an, Reagan lalu mendukung Rancangan Undang-Undang (RUU) Pencegahan Kekerasan dengan Senjata Brady pada 1993.

RUU itu akhirnya disahkan dan ditandatangani oleh Presiden Bill Clinton. UU ini menciptakan pemeriksaan latar belakang dan waktu tunggu untuk pembelian senjata. Kematian Brady pada 2014 dinyatakan sebagai pembunuhan karena akibat langsung dari penembakan tersebut.

Pelaku terobsesi pada John Lennon

John Lennon (Sumber: Commons Wikimedia)

Hinckley diketahui terobsesi dengan John Lennon. Hatinya hancur ketika sang idola tewas ditembak.

Di sebuah malam tahun baru, Hinckley mabuk dan menyatakan, “Saya hanya ingin mengucapkan selamat tinggal pada tahun yang lalu, yang tidak berarti apa-apa; kesengsaraan total, kematian total, John Lennon sudah mati, dunia sudah berakhir, lupakan saja.”

Para petugas investigasi juga menemukan surat yang ditulis Hinckley untuk aktris Jodie Foster beberapa jam sebelum serangan terhadap Reagan. Dia kembali menyatakan cintanya pada aktris 18 tahun dan menjelaskan penembakan terhadap presiden adalah murni permainan hatinya.

John Hinckley Jr (Sumber: Commons Wikimedia)

Hinckley dinyatakan tak bersalah karena alasan sakit mental ketika diadili pada 1982. Keputusan itu menimbulkan keributan, meski Hinckley dikurung di rumah sakit jiwa selama hampir 20 tahun setelah kejadian tersebut.

Mulai Agustus 1999, Hickley diizinkan melakukan perjalanan sehari di luar rumah sakit dan kemudian diizinkan mengunjungi orang tuanya seminggu sekali tanpa pengawasan. Agen Rahasia secara sukarela mengawasi Hickley pada saat itu.

Pada 2016, dia diberi pembebasan bersyarat untuk tinggal bersama ibunya di Williamsburg, Virginia. Pada 2018, seorang hakim memutuskan Hickley dapat tinggal dalam jarak 75 mil dari Williamsburg, asalkan dia rutin menemui psikiater.

*Baca Informasi lain soal SEJARAH DUNIA atau baca tulisan menarik lain dari Putri Ainur Islam.

SEJARAH HARI INI Lainnya