Tawaran Kursi Presiden Israel untuk Yahudi Terbesar Albert Einstein
Albert Einstein (Commons Wikimedia)

Bagikan:

JAKARTA - Pada 141 tahun lalu, ilmuwan Albert Einstein lahir ke dunia. Ia merupakan penemu relativitas khusus dan umum yang mengubah pandangan manusia tentang alam semesta secara drastis. Selain itu, karyanya dalam teori partikel dan energi membantu memungkinkan mekanika kuantum dan bom atom.

Einstein tumbuh dalam keluarga Yahudi yang sekuler. Ayahnya, Hermann Einstein, adalah seorang salesman dan insinyur yang, bersama saudaranya, mendirikan Elektrotechnische Fabrik J. Einstein & Cie, sebuah perusahaan yang berbasis di Munich yang memproduksi peralatan listrik secara massal. Sedangkan ibunya Pauline Koch adalah seorang ibu rumah tangga.

Einstein begitu menyukai pelajaran fisika dan matematika. Ia menuntut ilmu di Akademi Politeknik Federal di Zurich, Swiss dan menjadi warga negara Swiss pada 1905. Ia dianugerahi gelar Ph.D. dari Universitas Zurich saat bekerja di kantor paten Swiss di Bern. Tahun itu, para sejarawan menyebut karier Einstein sebagai annus mirabilis atau  'tahun mukjizat'. Einstein menerbitkan lima makalah teoretis yang memiliki efek mendalam pada pengembangan fisika modern.

Salah satu karya ilmiah Einstein yang paling inovatif dikeluarkan pada 1905 membahas apa yang disebutnya teori relativitas khusus. Dalam relativitas khusus, waktu dan ruang tidak absolut, tetapi relatif terhadap gerakan pengamat. Karya ilmiah Einstein yang lain juga menyatakan bahwa massa dan energi adalah setara dan dapat dihitung dengan persamaan atau yang terkenal hingga kini, E = mc2.

Einstein mengunjungi laboratorium eksperimen fisika di Amsterdam tahun 1920-an (Commons Wikimedia)

Ditawari jadi Presiden Israel

Einstein adalah seseorang yang cinta damai. Sebelum Hitler berkuasa, fisikawan itu mengecam wajib militer di Eropa serta memperingatkan terhadap anti-semitisme dan cita-cita partai Nazi.

Melansir The Vintage, Sabtu 14 Maret 2020, Einstein kerap berbicara tentang rasisme yang dia amati dalam perjalanan menuju Amerika Serikat (AS) dan memprotes ketidakadilan seperti persidangan Scottsboro Boys, di mana sembilan remaja berkulit hitam dituduh memperkosa seorang wanita kulit putih dan delapan dari mereka dijatuhi hukuman mati.

Ketika Hitler berkuasa pada Januari 1933, Einstein berada di Amerika Serikat, aman dari dampak menjadi Yahudi di Jerman pada saat itu, setelah menerima pekerjaan di California. Karena semakin jelas bahwa partai Nazi dengan cepat naik ke tampuk kekuasaan, pandangan Einstein telah berevolusi. Di tahun yang sama, Einstein memutuskan untuk menetap di AS dan mendapatkan kewarganegaraan Negeri Paman Sam. 

Einstein menyadari bahwa pasifisme bukan lagi pilihan dan masalah terpenting yang dihadapi Eropa adalah bagaimana mengalahkan Hitler, apa pun caranya. Keterampilannya yang blak-blakan dan kritik langsung membuat marah pemerintah Jerman, yang kemudian menyerang ilmu sains hasil penelitiannya dan fakta bahwa ia adalah orang Yahudi. Namun hal tersebut tidak membuat Einstein berhenti menentang Hitler dan kekejaman yang dilakukan pemerintahnya. 

Menjelang akhir hidupnya, Einstein ditawari kesempatan untuk menjadi presiden kedua Israel. Namun dengan hormat, ia menolak tawaran tersebut. Presiden pertama Israel, Chaim Weizmann, menyatakan bahwa Einstein adalah 'orang Yahudi terbesar yang masih hidup' dan berharap dia menjadi penggantinya. Namun Einsten, yang berusia 73 tahun pada waktu itu mengatakan bahwa usianya tak lagi muda dan tidak memiliki keterampilan sebagai seorang presiden. Ditambah lagi, dia bukanlah warga Israel. 

"Saya sangat tersentuh oleh tawaran dari Negara Israel kami, dan sekaligus sedih dan malu bahwa saya tidak bisa menerimanya," ujar Einstein. 

Einstein tutup usia pada 18 April 1955, pada usia 76 di University Medical Center di Princeton. Sehari sebelum kematiannya, Einstein mengerjakan sebuah pidato untuk menghormati peringatan ketujuh Israel, ia tengah menderita aneurisma aorta perut.

Saat hendak dioperasi, Einstein menolak karena ia percaya telah menjalani hidupnya dan puas untuk menerima nasibnya. "Aku ingin pergi ketika aku mau. Tidak ada artinya untuk memperpanjang hidup secara artifisial. Aku telah melakukan bagianku, sekarang saatnya untuk pergi. Aku akan melakukannya dengan elegan," kata Einstein. 

Saat jasad Einstein diotopsi, ahli patologi Thomas Stoltz Harvey mengangkat otak Einstein. Tindakan tersebut dilakukan tanpa persetujuan keluarganya dengan alasan untuk pelestarian dan studi di masa depan oleh para dokter ilmu saraf.

Namun, selama hidupnya, Einstein berpartisipasi dalam studi otak dan setidaknya satu biografi mengklaim dia berharap para peneliti akan mempelajari otaknya setelah dia meninggal. Otak Einstein sekarang berada di Princeton University Medical Center. Sesuai dengan keinginannya, seluruh tubuhnya dikremasi dan abunya tersebar di lokasi rahasia.