Hari Perempuan Internasional, Berawal dari Gerakan Buruh untuk Pemenuhan Hak
Ilustrasi. (Foto: Unsplash)

Bagikan:

JAKARTA - Setiap 8 Maret perempuan di seluruh dunia merayakan Hari Perempuan Internasional atau International Women's Day. Para perempuan merayakan pencapaian sosial, ekonomi, budaya, dan politik.

Hari Perempuan Internasional juga pengingat para perempuan jika memiliki kekuatan dan sesama perempuan dapat saling mendukung.

Hari Perempuan Internasional tumbuh dari gerakan buruh menjadi acara tahunan yang diakui oleh PBB. Berawal dari 1908, ketika 15.000 wanita di New York, Amerika Serikat, menuntut jam kerja yang lebih manusiawi, upah yang lebih baik, dan hak untuk memilih.

Setahun kemudian, Partai Sosialis Amerika mendeklarasikan Hari Perempuan Nasional untuk yang pertama kalinya.

Gagasan untuk menjadikan hari perempuan menjadi hari internasional datang dari seorang wanita bernama Clara Zetkin. Dia menyarankan gagasan itu pada 1910 di Konferensi Internasional tentang Pekerja Perempuan di Kopenhagen.

Ada 100 wanita dari 17 negara yang hadir dan mereka menyetujui sarannya dengan suara bulat. Menyusul keputusan yang disepakati di Kopenhagen, Hari Perempuan Internasional dirayakan besar-besaran pertama kali di Austria, Denmark, Jerman, dan Swiss pada 19 Maret 1911.

Lebih dari satu juta perempuan dan laki-laki menghadiri kampanye perayaan hari tersebut. Mereka mengampanyekan hak-hak perempuan untuk bekerja, memilih, dilatih, untuk memegang jabatan publik, dan mengakhiri diskriminasi.

Namun kurang dari seminggu kemudian pada 25 Maret, peristiwa 'Segitiga Api' tragis di New York merenggut nyawa lebih dari 140 wanita pekerja, kebanyakan dari mereka adalah imigran Italia dan Yahudi.

Peristiwa bencana ini menarik perhatian yang signifikan terhadap lingkungan kerja dan undang-undang perburuhan di Amerika Serikat yang kemudian menjadi fokus acara Hari Perempuan Internasional tahun berikutnya.

Hari Perempuan Internasional menjadi peringatan resmi ketika PBB juga ikut meramaikan hari tersebut. Tema pertama yang diadopsi oleh PBB adalah 'Merayakan Masa Lalu, Merencanakan Masa Depan', pada 1998 dengan tema 'Wanita dan Hak Asasi', dan pada 1999 dengan 'Dunia Bebas dari Kekerasan Terhadap Perempuan', dan seterusnya setiap tahun.

Untuk Hari Perempuan Internasional 2020, tema yang digaungkan adalah 'Earth for Equal' atau kesetaraan. Tema ini mengimbau masyarakat dunia agar bekerja sama untuk menciptakan dunia yang memiliki kesetaraan gender.

Selain itu, menurut laman International Women's Day, ungu adalah warna yang menandakan perayaan hari perempuan. Hal itu disebabkan karena ungu adalah warna melambangkan wanita.

Secara historis kombinasi ungu, hijau, dan putih melambangkan kesetaraan perempuan dalam Serikat Sosial dan Politik Perempuan di Inggris pada 1908. Ungu menandakan keadilan dan martabat. Hijau melambangkan harapan. Putih mewakili kemurnian, tetapi tidak lagi digunakan karena 'kemurnian' dianggap konsep yang kontroversial.

Hari Perempuan Internasional adalah hari libur nasional di banyak negara, termasuk Rusia di mana penjualan bunga berlipat ganda selama tiga atau empat hari menjelang 8 Maret. 

Sedangkan di Italia, Hari Perempuan Internasional atau la Festa della Donna dirayakan dengan pemberian bunga mimosa blossom. Asal usul tradisi pemberian mimosa tidak jelas tetapi diyakini telah dimulai di Roma setelah Perang Dunia II.