Mengungkap Alasan Tak Boleh Menggunakan Pakaian Monokrom Saat Imlek dari Filosofi Yin Yang
Ilustrasi (Sumber: Unsplash)

Bagikan:

JAKARTA - Ada sejumlah pantangan bagi masyarakat Tionghoa tatkala merayakan Tahun Baru Imlek. Salah satunya tak boleh mengenakan baju berwarna monokrom atau hitam dan putih. Warna baju dan dekorasi yang disarankan tatkala menyambut Imlek adalah merah atau kuning. Mengapa demikian?

Secara umum sedikit banyak kita sudah tahu warna hitam dan putih disimbolkan sebagai ungkapan rasa duka. Padahal saat Imlek semua umat yang merayakan seharusnya berbahagia. Untuk itulah, mereka harus menghindari warna baju hitam dan putih.  

Sementara baju dan dekorasi berwarna merah justru akan disarankan saat menyambut Imlek. Sebab, merah dimaknai sebagai pembawa keberuntungan. Lantas darimana asal usulnya pemaknaan warna dalam budaya Tionghoa?

Filosofi Yin Yang

Seperti dijelaskan pada laman Virginia Commonwealth University, dalam tradisi China dikenal filosofi Yin dan Yang sebagai wujud keseimbangan fundamental alam semesta. Yin dapat dipandang sebagai perempuan, gelap, dingin, pasif, dan kematian. Sedangkan Yang dilihat sebagai laki-laki, terang, hangat, aktif, dan hidup. 

Masyarakat Tionghoa sangat yakin alam semesta membutuhkan keseimbangan Yin dan Yang. Perlu ada upaya untuk menyelaraskan keduanya. Lebih jauh lagi, orang China percaya segala sesuatu yang ada di bawah langit dapat diklasifikasikan dalam lima elemen yakni emas, kayu, air, api, dan bumi. 

Berdasarkan filosofi Yin dan Yang, menyeimbangkan lima elemen tersebut adalah inti pemikiran Tiongkok. Lima Elemen dapat berinteraksi secara produktif atau kontraproduktif.

Yang produktif adalah ketika ada kombinasi antara air dan kayu, kayu dengan api, api dengan tanah, tanah dengan emas, dan emas dengan air. Sedangkan kombinasi yang dianggap kontraproduktif yakni tanah dengan air, air dengan api, api dengan emas, emas dengan kayu, dan kayu dengan tanah.

Masing-masing dari lima elemen berkaitan dengan warna yang memiliki simbolis tersendiri bagi orang Tionghoa. Warna merah disimbolkan sebagai api yang berasal dari unsur Yang. Kuning adalah tanah yang berunsur Yang, hijau merupakan kayu yang berunsur Yin, putih adalah emas dengan unsur Yang, dan hitam berarti air yang unsurnya Yin. 

Arti warna

Warna merah dalam filosofi Tionghoa menggambarkan keberuntungan yang diasosiasikan dengan kehangatan, kehidupan. Selain itu sebagai elemen api, merah juga menunjukkan keberuntungan dan kebahagiaan. 

Untuk itulah warna merah menjadi sakral dan vital pada acara-acara perayaan besar Tionghoa termasuk Imlek. Di China, warna merah tidak hanya berfungsi untuk mengekspresikan kegembiraan, tetapi juga untuk menangkal pengaruh jahat. 

Kemudian warna putih yang dilarang saat Imlek, berkaitan dengan elemen emas dan identik dengan perasaan berduka. Putih dianggap kebalikan dari merah dan digunakan untuk mengekspresikan kesedihan. Bagi orang China, putih adalah warna pemakaman dan kematian. 

Sedangkan hitam yang berkaitan dengan elemen air, melambangkan kegelapan. Di China, hitam dianggap sebagai warna memar, dan karenanya merupakan tanda kejahatan dan sangat tidak populer. 

Lalu untuk warna kuning, berkaitan dengan elemen tanah yang melambangkan pertumbuhan. Warna ini erat kaitannya dengan kekuasaan karena ini menjadi warna eksklusif untuk kekaisaran China. 

Terakhir, hijau dan biru diasosikan dengan elemen kayu. keduanya melambangkan pertumbuhan dan digunakan untuk mewakili umur panjang dan harmoni. Bila dikombinasikan warna hijau dan merah melambangkan pertumbuhan dan keberuntungan pada Tahun Baru Imlek.