Tatkala Inggris Harus Menghemat BBM dengan Membatasi Kecepatan Berkendara Warganya
Ilustrasi (Unsplash/Andrew Teoh)

Bagikan:

JAKARTA - Hari ini, 15 Desember, 46 tahun lalu atau pada 1974 pemerintah Inggris mengeluarkan kebijakan untuk menghemat penggunaan bahan bakar minyak (BBM). Kebijakan itu berupa aturan bagi para pengemudi di negaranya untuk membatasi laju kecepatan.

Mengutip BBC, Selasa 15 Desember, peraturan itu membatasi kecepatan di jalan raya tak boleh melebihi 112 km per jam, sementara di di jalur lalu lintas ganda batasnya 96 km per jam, dan di jalan yang lebih kecil hanya boleh sampai 80 km per jam. Sebelumnya, semua pengendara di jalan manapun boleh melaju hingga 112 km per jam.

Aturan tersebut berlaku untuk siapa pun. Mereka yang coba-coba melanggar akan dilaporkan. Hukuman maksimum bagi orang yang nekat kebut-kebutan akan didenda 100 poundsterling. 

Pasca aturan itu dilembagakan, polisi gencar berpatroli dengan mobil tak bertanda. Aparatus negara juga dilengkapi alat pengukur kecepatan. 

Polisi memperkirakan pembatasan kecepatan baru akan menyebabkan peningkatan jumlah pelanggaran yang mengebut. Namun, hal itu juga membawa manfaat dengan adanya penurunan jumlah kecelakaan di jalan raya.

Langkah tersebut seperti dijelaskan Menteri Energi Inggris, Eric Varley merupakan bagian dari paket 12 langkah konservasi energi yang bertujuan untuk menghemat 700 juta poundsterling dalam impor setiap tahun. Kementerian perhubungan negara itu bahkan menyebut pengurangan kecepatan menghemat sekitar 10 juta poundsterling per tahun dalam biaya bahan bakar. 

Menteri Energi Inggris, Eric Varley (Sumber: Wikimedia Commons)

Selain itu, pembatasan kecepatan juga mencangkup dengan pembatasan penggunaan pemanas dan penggunaan listrik di luar ruangan dan iklan. Kebijakan itu juga didukung program lainnya seperti pemberian pinjaman kepada industri untuk investasi hemat energi dan penggandaan standar isolasi termal untuk rumah baru.

Keuntungan lain dari peraturan ini adalah, mengurangi polusi suara alias mengurangi kebisingan lalu lintas, selain juga dapat mengurangi emisi kendaraan. Pelambatan laju kendaraan juga turut meningkatkan aksesibilitas bagi pengguna jalan yang lebih rentan seperti pejalan kaki dan pengendara sepeda dan mengurangi risiko lalu lintas yang dirasakan bagi masyarakat lokal. 

Namun ada juga yang berpendapat bahwa peraturan itu tak sepenuhnya berhasil mengurangi kecepatan lalu lintas. Hal itu diungkapkan dewan lokal Bath and North East Somerset Council. Bahkan Parlemen Inggris memperkirakan 95 persen dari semua pengemudi mengaku melebihi batas kecepatan. 

Penyebab

Latar belakang keluarnya kebijakan ini dijelaskan Menteri Energi Inggris, Eric Varley. Menurutnya hal ini dilakukan karena harga minyak impor saat itu naik lima kali lipat. 

Saat itu, harga BBM meroket setelah Timur Tengah mengembargo minyak selama perang Arab-Israel. Embargo bahkan berlanjut setelah perang usai pada 1973. 

Pada periode itu, harga minyak melonjak dari sekitar 3 dolar AS per barel sebelum perang, menjadi lebih dari 11 dolar AS per barel. Krisis juga menyebabkan resesi pada 1975, di mana Timur Tengah memainkan peran atas kenaikan harga minyak.

Selain Inggris, Amerika Serikat (AS) juga turut memberlakukan peraturan serupa. Kongres AS juga memberlakukan batas kecepatan nasional 89 km per jam. Namun aturan pembatasan kecepatan tersebut tidak terlalu populer, terutama di negara bagian Barat.

Pada 1987, AS mengizinkan untuk menaikkan batas kecepatan hingga 104 km/jam di jalan raya antar negara bagian di area pedesaan. Semua kontrol batas kecepatan dicabut pada 1995.