Bagikan:

JAKARTA - Dengan satu langkah besar, Uni Soviet bukan cuma berhasil meluncurkan satelit buatan pertamanya, Sputnik. Tapi sekaligus memulai perlombaan teknologi luar angkasa dengan Amerika Serikat (AS). Selain itu, sebagian warga AS menganggap pencapaian Soviet tersebut merupakan sebuah ancaman. 

Sputnik pertama kali meluncur ke angkasa tepat hari ini, 4 Oktober lebih dari separuh abad lalu atau pada 1957. Mengutip Space, pencapaian itu mengejutkan publik AS yang sedang merasakan superioritas teknologi di tengah ledakan ekonomi pasca Perang Dunia II. Peluncuran satelit seukuran bola pantai ke orbit Bumi itu sekaligus membawa momok bagi warga AS.

"Orang Amerika takut Soviet --yang mereka yakini berada di belakang AS secara teknologi-- dapat meluncurkan rudal balistik berhulu ledak nuklir ke AS," tulis NASA pada peringatan 60 tahun peluncuran Sputnik pada 2017. Kedua negara tersebut kemudian terkunci dalam persaingan untuk merajai luar angkasa. 

Pasca perang besar, Soviet dan AS memang telah memulai pengembangan satelit. Menurut Pakar Antariksa Rusia Anatoly Zak yang ditulis dalam situs Russian Space Web munculnya proyek satelit dilatarbelakangi oleh perang dingin yang dimulai dari akhir 1940-an sampai akhir 1980-an. 

Dalam pengembangan program roketnya, kedua negara tersebut mendapat bantuan dari para insinyur Jerman. Karena seperti kita tahu selama Perang Dunia II, Jerman telah mengembangkan rudal balistik yang digunakan untuk melancarkan serangan ke London. 

Setelah perang berakhir, kedua negara mengumpulkan para ilmuwan roket ini. Bebera ilmuwan asal Jerman yang terkenal di AS yakni Wernher Von Braun. Ia kemudian menjadi kepala arsitek roket Saturn V yang mengirim astronot Apollo ke bulan antara 1968 dan 1972.

Sputnik (Sumber: Wikipedia)

Perlombaan proyek satelit

Di Soviet, upaya pembuatan roket pertama dilakukan di bawah kepemimpinan Mikhail Tikhonravov. Ia adalah wakil kepala lembaga penelitian rahasia NII-4 di Moskow. Badan itu khusus dibentuk untuk mengerjakan proyek satelit Soviet. 

Upaya Tikhonravov mendapat perhatian Sergei Korolev, seorang perancang roket terkenal Soviet yang sedang mengerjakan roket R-3. Korolev, Tikhonravov dan tim melanjutkan pengembangan hingga awal 1950-an. 

Lalu pada 1953, pemimpin lama Soviet Joseph Stalin meninggal. Dan ketika Stalin digantikan Nikita Khruschev, Soviet semakin menggenjot proyek luar angkasa tersebut. Soviet memang mau unjuk gigi kepada AS atas keunggulannya di bidang kedirgantaraan.

Akademi Ilmu Pengetahuan Soviet dan beberapa menteri Soviet secara resmi menyetujui program satelit pada tahun 1954, meletakkan dasar untuk pengembangan yang lebih terfokus. Proyek satelit Soviet semakin dikebut kala Presiden AS Eisenhower pada 1955 mengumumkan bahwa Amerika akan mengirim satelit ke luar angkasa dalam waktu dekat. 

Proyek Sputnik lantas secara resmi disetujui Soviet pada 30 Januari 1956, juga menerima persetujuan pribadi Khruschev beberapa minggu kemudian. Soviet terus menyempurnakan desain mereka untuk diluncurkan dengan roket R-7. Dan setahun kemudian Sputnik kemudian berhasil diluncurkan.

Sementara itu di AS pengembangan satelit dimulai pada 1945. Saat itu Biro Aeronautika Angkatan Laut mulai mengerjakan desain satelit untuk mengirimkan perangkat keras ilmiah yang lebih tinggi. 

Setahun kemudian RAND Corporation (di bawah komisi dari Angkatan Udara) memulai penelitian tentang "Kapal Luar Angkasa Lingkar Dunia" yang dapat membawa satelit ke luar angkasa pada awal 1951. Namun pemerintah AS awalnya sedikit pesimis untuk proyek-proyek semacam itu karena mereka telah berpuas diri atas kekuatan udara dan kekuatan nuklir yang dirasakan dalam Perang Dingin dengan Soviet.

Sputnik (Sumber: Wikipedia)