JAKARTA - Hari ini 23 Agustus 78 tahun lalu atau pada 1942, pasukan Jerman membombardir habis-habisan Stalingrad, Uni Soviet. Kota itu tak ubahnya neraka yang konon ketika serangan tiba, suhunya mencapai seribu derajat Celcius. Stalingrad rata dengan tanah, kecuali satu-satunya bangunan yang menjadi pertahanan Soviet: Rumah Pavlov.
Pada awal pertempuran Perang Stalingrad, Soviet bertekuk lutut di bawah pasukan Nazi Jerman. Pil pahit kekalahan harus mereka telan. Namun, pada gilirannya beberapa bulan kemudian, Tentara Merah Soviet berhasil merebut kembali kota mereka.
Jerman meluncurkan serangan ke Kota Stalingrad (sekarang Kota Volgograd) pada pertengahan Juli 1942. Menurut Russia Beyond, kejatuhan kota ini bakal memberi akses bagi Hitler pada minyak Kaukasia dan Kaspia serta menciptakan ancaman serius bagi Uni Soviet.
Pertempuran tersebut berlangsung selama dua bulan setelah pasukan Jerman menghujani Stalingrad dengan bom. Setelah itu, Tentara Merah akhirnya dapat melakukan serangan balik, memukul mundur pasukan fasis.
Menurut mantan pasukan Soviet dari resimen artileri antipesawat, Marina Krasnykh yang menjadi pelaku sejarah mengatakan Stalingrad hancur lebur dalam kurun waktu dua jam. Bombardir dari udara itu kata Krasnykh, membakar hampir seluruh isi kota.
"Semua terbakar, bahkan batu bata. Kami menembak pesawat musuh bahkan dengan senapan kami. Rasanya seperti neraka, neraka di muka Bumi” tulis Marina Krasnykh.
Peristiwa itu merupakan pengeboman terbesar yang dilakukan Luftwaffe (Angkatan Udara Jerman) dalam Perang Dunia II dengan 2.000 serangan mendadak. Gedung-gedung, istana-istana kebudayaan, sekolah, institusi, teater dan berbagai kantor runtuh kata Kepala Organisasi Partai Komunis Stalingrad Aleksey Chuyanov.
"Kota ini telah berubah menjadi neraka... Bom terus berjatuhan dari langit yang menghitam karena asap. Pusat kota tenggelam dalam selimut api raksasa. Akibat tingginya suhu udara, muncul angin kencang yang tak wajar, yang memperparah percikan api," kata Chuyanov.
Tidak ada yang tahu persis berapa banyak penduduk yang tewas. Diperkirakan korbannya mencapai 40 ribu hingga 90 ribu jiwa.
Rumah Pavlov
Serangan tersebut membuat Stalingrad rata dengan tanah, kecuali satu gedung apartemen yang dijaga oleh beberapa lusin pasukan Soviet. Gedung itu dinamai Rumah Pavlov. Namanya diambil dari Sersan Yakov Pavlov yang memerintahkan peleton yang merebut gedung dan mempertahankannya selama beberapa minggu pertempuran berlangsung.
Mengutip laman stalingrad.net, Bangunan empat lantai yang berada di pusat Kota Stalingrad itu dibangun sejajar dengan tanggul sungai Volga dan mengawasi alun-alun besar 9th January Square. Ketika Jerman menyerang, satu peleton Divisi Senapan Pengawal ke-13 Soviet diperintahkan untuk merebut dan mempertahankannya.
Pasukan tersebut dipimpin oleh Sersan Junior. Sementara Yakov Pavlov adalah seorang perwira bintara tingkat rendah yang bertugas sebagai pelaksana tugas komandan peleton karena letnan dan sersan senior semuanya terluka atau terbunuh.
Di bawah Pavlov serangan ke gedung tersebut berhasil, meskipun pertempuran brutal hanya menyisakan empat dari 30 orang pasukan. Setelah beberapa hari, pasukannya mendapat bantuan 25 orang dan membawa senapan mesin, senjata anti-tank dan mortir.
Sesuai dengan Perintah Stalin No. 227, mereka tidak boleh mundur satu langkah pun dari misi tersebut. Pavlov diperintahkan untuk membentengi bangunan dan mempertahankannya hingga peluru dan prajurit terakhir.
Salah satu taktik yang Pavlov lakukan adalah dengan memasang tiang senapan mesin di setiap jendela yang menghadap ke alun-alun. Sementara untuk menghalau tank musuh, ia mengandalkan senapan anti-tank PTRS-41.
Begitu tank mendekat dalam jarak 25 meter dari gedung, tank diserang secara tiba-tiba oleh pasukan Pavlov. Berkat strateginya itu ia dilaporkan berhasil menghancurkan lusinan tank.
Selain itu untuk bisa bertahan selama berminggu-minggu Pavlov membangun jalur bawah tanah untuk menyuplai keperluan mereka. Persediaan dibawa masuk melalui parit atau dengan perahu yang menyebrangi sungai, menghindari serangan udara dan darat Jerman.
Akhirnya para pasukan serta warga sipil Soviet yang tinggal di ruang bawah tanah Rumah Pavlov bisa bertahan selama pertempuran intensif hingga 25 November 1942. Mereka berhasil selamat setelah pasukan Soviet datang memukul mundur pasukan Jerman.
Rumah Pavlov kini menjadi monumen perlawanan keras kepala Uni Soviet dalam Pertempuran Stalingrad. Hal itu menjadi ikonik lantaran tentara Jerman sebelumnya tak begitu kekusilitan dalam menaklukkan kota dan banyak negara lain di Eropa.
Namun mereka tak dapat merebut satu rumah setengah hancur tersebut. Rumah yang hanya dipertahankan oleh lusinan pasukan itu tak bisa mereka tembus meski sudah mencobanya hampir dua bulan. Pertempuran tersebut bahkan dibilang memakan lebih banyak korban pasukan Jerman daripada operasi penaklukan mereka di Paris.