Bagikan:

JAKARTA – Seperti lubang semut yang terlihat kecil dari luar, tetapi begitu masuk terdapat ribuan jebakan yang memperburuk kondisi. Disebut dengan denial syndrome yang secara psikologis dapat membuat seseorang sulit untuk menghadapi atau menerima fakta yang sebenarnya terjadi.

Dilansir Psychology Today, Rabu, 27 Oktober, denial adalah mekanisme pertahanan di mana seseorang menolak untuk mengakui fakta atau pengalaman objektif. Denial adalah proses bawah sadar yang berfungsi untuk melindungi orang tersebut dari kecemasan.

Denial atau penyangkalan ataupun penolakan muncul dari konsep dari Sigmund Freud berangkat dari putrinya, Anna Freud, yang mengembangkan gagasan mekanisme pertahanan diri dari pikiran dan perasaan cemas. Anna percaya bahwa denial secara tak sadar melindungi ego dari kesusahan dengan menolak aspek realitas.

Bagaimana tanda-tanda seseorang dengan denial syndrome? Berikut penjelasan sebagai bahan refleksi supaya dapat lebih memahami akar emosi dan keterampilan koping yang lebih sehat.

1. Enggan membicarakan masalah

Seseorang yang enggan membicarakan masalahnya, dilansir Northpoint Recovery, cenderung mengabaikan masalah tersebut. Mungkin seseorang dengan denial akan mencoba mengubah topik pembicaraan atau mencoba mengalihkan dengan humor. Tanda-tanda denial pertama ini bahkan terjadi dalam percakapan sederhana.

2. Menunjuk perilaku orang lain untuk membuktikan tidak adanya masalah

Dalam kasus kecanduan, misalnya, taktik klasik ini dipakai untuk meyakinkan diri sendiri bahwa seseorang tidak kecanduan.

3. Mengulangi argumen yang sama tanpa kemajuan

Alasan atau argument terhadap suatu masalah, jika diulang-ulang tanpa menunjukkan kemajuan menandai adanya suatu masalah. Masalah tersebut sebenarnya tidak akan berubah, kecuali menemukan titik balik dan mengubah cara menyikapi kenyataan yang terjadi.

4. Merasionalisasikan perilaku

Rasionalisasi adalah salah satu teknik paling ampuh yang digunakan oleh individu untuk menyangkal kenyataan objektif. Misalnya, saya sangat stres sekarang jadi saya butuh pereda tekanan. Alasan tersebut membuat seseorang untuk ‘lari’ dari persoalan yang menunggu untuk diselesaikan.

5. Menyalahkan orang lain atas masalah yang dialami

Tanda ini sejalan dengan rasionalisasi, yang dipikirkan jadi tidak tepat sasaran. Justru menyalahkan orang lain atas masalah yang dialami. Jika terus-menerus menyalahkan orang lain, kenyataan yang terjadi juga tidak akan berubah.

6. Melakukan tindakan manipulatif

Tindakan manipulatif ini dipakai untuk ‘menipu’ perasaan Anda terhadap kenyataan yang terjadi. Padahal, tak apa merasa sedih atau tak masalah jika marah. Tindakan manipulatif ini justru membuat seseorang merasa teralienasi untuk menyangkal kenyataan yang terjadi.

7. Tidak merasakan apa-apa

Alih-alih menerima perasaan sebagai respons alamiah dari pengalaman yang dilalui, seseorang yang denial akan mengabaikan dan menyerah. Menyangkal rasa sakit dengan mengabaikannya akan lebih buruk.