Bagikan:

JAKARTA – Menjalani isolasi mandiri setelah mendapat hasil tes positif COVID-19 wajib dilakukan. Tetapi tidak sedikit selepas menjalani isoman masih merasa lemas dan mengalami batuk kering, mudah capek, pusing, dan mual.

Dokter Tirta lewat utas Twitter-nya memberikan saran bagaimana cara dan alasan mengapa kondisi tersebut masih dialami. 

Dari gejala yang masih dialami, paling banyak masih batuk-batuk, menurut Dokter Tirta "gejala ini masih ringan. Karena tubuh kalian masih recovery".

Ini artinya, pasien yang sudah selesai isoman tak perlu khawatir tetapi tetap perlu mengenali gejala-gejalanya.

masih batuk setelah isolasi mandiri

 "Ya bayangin. Covid kan lagi abis perang ama antibodi kita . Wajar kan banyak sel yg rusak. Dan trutama paru, itu lambat recovernya Maka masih batuk2 Sambil nunggu bangke2 virus di singkirkan, ya makanya kita rasane lemes," tulis Dokter Tirta menjelaskan bagaimana  tubuh bekerja. 

Terpapar COVID-19 membuat antibodi tubuh bekerja keras melawannya. Dalam prosesnya, terdapat sel-sel yang rusak terutama di paru-paru. Oleh karena itu masih mengalami batuk-batuk meski dalam proses recovery atau hasil tes negatif. 

Dokter Tirta melanjutkan penjelasan "Nah di beberapa orang, ada yg bahkan sampe menyebabkan d dimer naik drastis. Akibat virus covid ini, makanya kadang mreka mengeluhkan tiba2 kaki bengkak, ada yg kesemutan tiba2".

Kesemutan dan kaki bengkak dialami ketika terjadi penggumpalan darah semasa recovery atau dikenal dengan D-Dimer. Artinya, selepas isolasi mandiri dan hasil tes negatif belum bisa beraktivitas seperti biasa. 

 

"Berapa lama recoverynya? Bervariasi.

 

Ada 2-4 minggu Yg jelas.

 

Solusinya, penuhi nutrisi terutama protein

 

Jangan langsung berkegiatan berat Makan sehat.

 

Olahraga ringan saja Jangan keluar ke tempat rame dulu .

 

Karena bisa reinfeksi lagi"

 

Dokter Tirta juga menjelaskan bahwa setiap orang memiliki proses recovery yang berbeda-beda. Jika dalam masa penyembuhan batuk, bisa minum pereda batuk. 

 

Apabila merasakan keluhan lain seperti, mual dan asam lambung maka bisa diberi obat peredanya. 

 

Tetapi yang penting diperhatikan, jelas Dokter Tirta dalam utas Twitter, Kamis, 29 Juli, ketika saturasi enggak naik, terutama pada pasien COVID-19 dengan gejala berat, artinya bisa paru-paru yang kena pneumonia. 

 

Ada pula pasien yang mengalami fibrosis, ini akan merasa sedikit sesak. 

 

Saran dari Dokter Tirta, untuk pasien gejala ringan bisa mengatur pola nutrisi dan aktivitas jangan terlalu berat. Bagi pasien gejala berat, ikuti saran dokter berikut.

 

"Maka pada pasien gejala ringan. Cukup atur pola nutrisi, aktivitas perlahan. Kalo pada pasien gejala berat. Harus ttp dipantau selama sebulan. Takutnya d dimer tinggilah. Tiba2 gula tinggi. Tiba2 saturasi anjlok Tetap semangat ya !"