JAKARTA - Kabar terpaparnya dua Harimau Sumatera di Taman Margasatwa Ragunan (TMR) yang diumumkan oleh Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mungkin menjadi informasi paling unik dan langka yang mewarnai lini pemberitaan.
Dua Harimau Sumatera tersebut bernama Tino dan Hari dikabarkan terkonfirmasi menjadi pasien isolasi mandiri di Taman Margasatwa Ragunan setelah menjalani pemeriksaan COVID-19 yang hasilnya dikeluarkan oleh Laboratorium Bioteknologi milik Pusat Studi Satwa Primata Institut Pertanian Bogor.
Beruntungnya, Tino dan Hari saat ini sudah tidak lagi terpapar virus SARS-CoV-2 dan dinyatakan sembuh meski masih terus dipantau di bawah Dinas Pertamanan dan Hutan Kota DKI Jakarta.
Sebenarnya kasus hewan yang terpapar sudah umum terjadi sejak pandemi COVID-19 melanda dunia khususnya untuk hewan-hewan peliharaan seperti kucing dan anjing.
Melansir Antara, Minggu, 1 Agustus, secara global, laporan pertama terpaparnya hewan oleh virus SARS-CoV-2 ditemukan di Kebun Binatang Kentucky, Amerika Serikat pada 11 Desember 2020.
Tiga macan tutul salju terkonfirmasi positif COVID-19 usai menjalani pengetesan saat salah satu di antaranya itu mengalami gejala serupa selayaknya manusia yang terpapar COVID-19.
Beberapa gejala yang dialami macan tutul itu pun dialami oleh Tino dan Hari yang kini masing-masing berusia 9 tahun dan 12 tahun.
Mereka di antaranya mengalami gejala sesak nafas, bersin, hidung yang berlendir, hingga tak nafsu makan.
Gejala lain yang mungkin muncul pada hewan yang terpapar COVID-19 melansir dari situs Center for Diseases Control and Prevention (CDC) antara lain demam, batuk, lemas, gangguan mata, muntah- muntah, hingga diare.
Lalu bagaimana mungkin hewan bisa mengalami COVID-19?
CDC yang berperan sebagai badan pengendalian penyakit dari Departemen Kesehatan AS menyebutkan dalam penelitian-penelitian yang telah dilakukan dibuktikan hewan terpapar virus SARS-CoV-2 karena berkontak erat dengan manusia yang positif COVID-19.
Kontak erat yang dimaksud adalah berinteraksi langsung, berbagi sirkulasi udara dalam satu ruangan yang sama, hingga tak menjaga jarak sehingga hewan-hewan itu akhirnya terpapar COVID-19.
Dalam penelitian-penelitian yang dilakukan secara global, hewan-hewan peliharaan menjadi hewan yang berpotensi besar terpapar COVID-19.
Mengutip Scientific American, sebuah penelitian yang dipimpin dokter hewan bernama Sarah Hamer dari Universitas A&M di Texas menunjukkan kucing memiliki tingkat keterpaparan lebih tinggi dibanding dengan anjing.
Kucing yang sudah terpapar virus SARS-CoV-2 turut berpotensi besar menularkan ke kucing lainnya.
Selain hewan peliharaan, hewan-hewan di kebun binatang dan alam liar yang termasuk dalam spesies kucing besar (singa, harimau, macan tutul, cheetah, jaguar), beruang, primata, atau pun mamalia juga turut berpotensi terpapar COVID-19.
Meski demikian belum ditemukan keterpaparan pada hewan-hewan ternak seperti ayam, bebek, dan sapi untuk kasus COVID-19.
arta, 01/8 (ANTARA) - Kabar terpaparnya dua Harimau Sumatera di Taman Margasatwa Ragunan (TMR) yang diumumkan oleh Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mungkin menjadi informasi paling unik dan langka yang mewarnai lini pemberitaan mengawali bulan Agustus 2021 ini.
Dua Harimau Sumatera tersebut bernama Tino dan Hari dikabarkan terkonfirmasi menjadi pasien isolasi mandiri di Taman Margasatwa Ragunan setelah menjalani pemeriksaan COVID-19 yang hasilnya dikeluarkan oleh Laboratorium Bioteknologi milik Pusat Studi Satwa Primata Institut Pertanian Bogor.
Beruntungnya, Tino dan Hari saat ini sudah tidak lagi terpapar virus SARS-CoV-2 dan dinyatakan sembuh meski masih terus dipantau di bawah Dinas Pertamanan dan Hutan Kota DKI Jakarta.
Sebenarnya kasus hewan yang terpapar sudah umum terjadi sejak pandemi COVID-19 melanda dunia khususnya untuk hewan-hewan peliharaan seperti kucing dan anjing.
Secara global, laporan pertama terpaparnya hewan oleh virus SARS-CoV-2 ditemukan di Kebun Binatang Kentucky, Amerika Serikat pada 11 Desember 2020.
Tiga macan tutul salju terkonfirmasi positif COVID-19 usai menjalani pengetesan saat salah satu di antaranya itu mengalami gejala serupa selayaknya manusia yang terpapar COVID-19.
Beberapa gejala yang dialami macan tutul itu pun dialami oleh Tino dan Hari yang kini masing-masing berusia 9 tahun dan 12 tahun.
Mereka di antaranya mengalami gejala sesak nafas, bersin, hidung yang berlendir, hingga tak nafsu makan.
Gejala lain yang mungkin muncul pada hewan yang terpapar COVID-19 melansir dari situs Center for Diseases Control and Prevention (CDC) antara lain demam, batuk, lemas, gangguan mata, muntah- muntah, hingga diare.
Lalu bagaimana mungkin hewan bisa mengalami COVID-19?
CDC yang berperan sebagai badan pengendalian penyakit dari Departemen Kesehatan AS menyebutkan dalam penelitian-penelitian yang telah dilakukan dibuktikan bahwa hewan terpapar virus SARS-CoV-2 karena berkontak erat dengan manusia yang positif COVID-19.
Kontak erat yang dimaksud adalah berinteraksi langsung, berbagi sirkulasi udara dalam satu ruangan yang sama, hingga tak menjaga jarak sehingga hewan-hewan itu akhirnya terpapar COVID-19.
Dalam penelitian-penelitian yang dilakukan secara global, hewan-hewan peliharaan menjadi hewan yang berpotensi besar terpapar COVID-19.
Mengutip Scientific American, sebuah penelitian yang dipimpin dokter hewan bernama Sarah Hamer dari Universitas A&M di Texas menunjukkan kucing memiliki tingkat keterpaparan lebih tinggi dibanding dengan anjing.
Kucing yang sudah terpapar virus SARS-CoV-2 turut berpotensi besar menularkan ke kucing lainnya.
Selain hewan peliharaan, hewan-hewan di kebun binatang dan alam liar yang termasuk dalam spesies kucing besar (singa, harimau, macan tutul, cheetah, jaguar), beruang, primata, atau pun mamalia juga turut berpotensi terpapar COVID-19.
Meski demikian belum ditemukan keterpaparan pada hewan-hewan ternak seperti ayam, bebek, dan sapi untuk kasus COVID-19.
Pencegahan
Meski di Indonesia baru ada satu laporan hewan terpapar COVID-19 dan membuat kita akhirnya tahu bahwa hewan pun bisa terjangkiti virus SARS-CoV-2, tentu kegiatan pencegahan harus tetap dilakukan.
Pada kasus Tino dan Hari pelacakan kontak erat menjadi salah satu cara agar keterpaparan virus yang memiliki penularan tinggi itu bisa dihindari pada satwa-satwa lainnya yang berada di Taman Margasatwa Ragunan.
Di AS pun, hal serupa turut dilakukan sehingga penularan antarhewan tidak terjadi secara masif dan bisa dikendalikan serta disembuhkan.
Lalu bagaimana untuk mencegah hewan peliharaan alias anak bulu di rumah bisa tetap aman sehingga tidak terpapar COVID-19?
Ada dua cara yang bisa dilakukan, pertama dari sisi manusia sebagai pemilik hewan.
Manusia sebagai pemilik hewan harus memastikan seluruh anggota keluarga yang sudah memenuhi syarat wajib mendapatkan vaksin COVID-19.
Sebisa mungkin, jangan biarkan hewan peliharaan berkontak dengan orang yang belum mendapatkan vaksin COVID-19.
Penerapan gaya hidup yang sehat seperti menjaga kebersihan kandang atau rumah bagi hewan peliharaan, serta selalu mencuci tangan harus menjadi prioritas untuk mencegah potensi terjadinya penularan SARS-CoV-2.
Melansir keterangan dari Departemen Agrikultur Amerika Serikat (USDA), jika pemilik hewan peliharaan menjadi pasien COVID-19 maka pastikan anda melakukan isolasi mandiri tidak hanya pada manusia lainnya tapi juga hewan peliharaan anda.
Jangan tidur bersama apalagi mencium hewan peliharaan ketika anda berstatus positif COVID-19.
Anda diperbolehkan berkontak lagi dengan hewan peliharaan saat sudah sembuh dan tidak lagi mengalami gejala.
Pencegahan kedua adalah dengan melakukan deteksi dini pada hewan peliharaan.
Jika hewan sudah menunjukkan gejala demam, batuk, pilek, kesulitan bernafas, lemas, bersin-berin, hidung berlendir, mata yang terinfeksi, muntah-muntah hingga diare maka yang perlu anda lakukan adalah menyiapkan ruangan isolasi untuk hewan peliharaan anda.
Sama halnya seperti manusia menjalani isolasi mandiri, hewan yang mengalami gejala COVID-19 pun harus diisolasi.
Tidak hanya dari manusia, tapi juga dari hewan peliharaan lainnya jika Anda memiliki lebih dari satu hewan peliharaan.
Pisahkan tempat makan, minum, tempat tidur, mainan, dan kalung mereka pada saat dibersihkan dengan barang- barang lainnya.
Pada saat membuang kotoran hewan yang bergejala COVID-19 ada baiknya anda menggunakan sarung tangan yang bisa dicuci atau sekali pakai untuk menjaga kehigienisan dan kebersihan tubuh.
CDC tidak menyarankan pemilik hewan peliharaan melepaskan hewannya untuk berjalan-jalan di taman atau berkeliaran di lingkungan sekitar pada saat sedang mengalami gejala-gejala tersebut.
Sebisa mungkin langsung hubungi dokter hewan terdekat untuk dilakukan penanganan lebih lanjut termasuk terkait pengobatan.
Hingga saat ini untuk pengetesan COVID-19 untuk hewan secara khusus belum tersedia di Indonesia namun berkaca dari penanganan di luar negeri rata- rata kasus COVID-19 pada hewan hanya bisa dites oleh dokter hewan yang sudah berkomunikasi langsung dengan departemen kesehatan atau pun dinas kesehatan dari pemerintahan setempat.
Sehingga oleh karena itu tidak disarankan melakukan pengetesan mandiri menggunakan alat tes COVID-19 manusia pada hewan.
Hanya satu hal yang berbeda pada hewan untuk penanganan ketika bergejala COVID-19 yaitu mereka tidak perlu menggunakan masker.
Hal ini karena hewan berpotensi rendah menularkan virus SARS-CoV-2 kepada manusia secara langsung sehingga anda tidak perlu memakaikan masker kepada hewan anda pada saat mengalami gejala COVID-19.
Meski di Indonesia baru ada satu kasus, tentu mencegah tetap lebih baik daripada mengobati, agar hewan peliharaan Anda tetap terlindungi dan mendapatkan kesehatan yang optimal.