JAKARTA – Kerja dari rumah atau work from home (WFH) lazim dilakukan sejak pandemi COVID-19 merebak. Sebelum pandemi yang dialami secara global, sejumlah profesi memiliki model kerja remote dari rumah atau tempat yang lebih kasual.
Pakaian dan kebiasaan pun berbeda jika bekerja dilakukan di luar kantor. Seorang pekerja bebas bekerja sambil duduk santai maupun berbaring. Bisa juga mengenakan pakaian ‘sesukanya’ seperti piama.
Piama atau piyama sendiri biasanya terdiri dari dua lembar pakaian, atasan dan bawahan, ukurannya longgar sehingga nyaman untuk ‘seragam’ rumahan dan tidur.
Sebuah studi yang dilakukan oleh Medical Journal of Australian menemukan bahwa mengenakan piyama saat bekerja dari rumah dapat mengganggu kesehatan mental. Studi ini dilakukan pada staf, baik ilmuwan maupun non-ilmuwan, dan mahasiswa lembaga penelitian medis di Sydney.
Percobaan tersebut dilakukan untuk menilai efek mengenakan piyama terhadap produktivitas dan kesehatan mental para staf di lembaga medis yang bekerja dari rumah.
Hasil percobaan tersebut melaporkan bahwa kesehatan mental mereka menurun ketika pada siang hari setidaknya dalam satu hari hingga satu minggu mengenakan piyama saat bekerja dari rumah.
Tetapi tidak membuat produktivitas menurun kecuali ada kebiasaan yang berbeda, misalnya bekerja di rumah dengan anak kecil.
BACA JUGA:
Lantas mengapa bisa berpotensi menurunkan kesehatan mental? Sebab, apabila jadi kebiasaan, memakai piyama selama WFH bisa membuat terasa lelah ketika harus menyiapkan pakaian dan full dress up ketika bekerja memakai pakaian kerja.
Berdasarkan penelitian yang dipublikasikan di Woolcock Institute Universitas Teknologi Sydney dan Universitas Sydney, lebih dari sepertiga responden mengalami penurunan kesehatan mental. Namun produktivitas tidak menurun ketika mengenakan piyama saat WFH.
Peneliti mengaitkan hal tersebut dengan menurunnya kesehatan kognitif. Penelitian ini bukan satu-satunya yang mengulik tentang kaitan WFH dan kesehatan mental. Ada laporan studi sebelumnya bahwa bekerja dari rumah bisa memicu stres hingga menyebabkan depresi.
Bagaimana cara meminimalisir risiko tersebut? Dilansir The Health Site, Kamis, 20 Mei, disarankan untuk tetap menjaga tubuh terhidrasi cukup, berbicara dengan seseorang, disiplin pada jadwal, punya rutinitas, rutin meditasi, dan jalan-jalan sesekali.