Bagikan:

JAKARTA - Beberapa orang sangat pemilih terhadap makanan yang mereka konsumsi , yang dikenal dengan istilah picky eater atau pemilih makanan. Kebiasaan ini ternyata dipengaruhi oleh beberapa hal, salah satunya genetik.

Picky eater merupakan kebiasaan yang dipengaruhi oleh genetik ini diungkap oleh penelitian yang dilakukan oleh peneliti dari University College London (UCL), King’s College London, dan University of Leeds.

“Kami ingin menekankan bahwa perilaku tersebut bukan disebabkan oleh pola asuh yang buruk. Perbedaan yang kami lihat di antara anak-anak dalam hal pilih makanan sebagian besar disebabkan oleh perbedaan genetik di antara mereka,” kata Zeynep Nas, PhD, peneliti dari UCL, dilansir dari Parents, pada Senin, 6 Januari.

Penelitian tersebut dilakukan dengan membandingkan data dari 4.804 anak yang lahir pada tahun 2007. Penelitian mengamati dalam hal pilih-pilih makanan antara saudara kembar non-identik yang biasanya memiliki 50 persen gen sama, dan saudara kembar identik yang memiliki 100 persen gen sama.

Data dikumpulkan dengan serangkaian kuesioner yang diminta untuk diisi oleh orangtua si anak kembar. Melalui data diperoleh bahwa anak dengan saudara kembar non-identik lebih rendah menjadi picky eater, sedangkan anak dengan kembar identik cenderung lebih pemilih terhadap makanan mereka, yang juga dipengaruhi oleh orangtua mereka pemilih makanan.

Berdasarkan persentase data penelitiannya, sebanyak 60 persen anak menjadi pemilih ketika makan setelah menginjak uia lebih dari 16 bulan. Namun, angka itu meningkat hingga 74 persen pada anak berusia 3 sampai 13 tahun.

Dr. Clare Llewellyn dari UCL juga menyebut bahwa pengaruh anak pemilih saat makan berkaitan dengan genetik dan kebiasaan orangtua. Jika orangtua memilah-milih makanan dan lingkungan yang dibangun ketika makan erat dengan memilih, maka dampak anak jadi pemilih makanan juga semakin besar.

“Fakta bahwa kecenderungan untuk pilih-pilih makanan dipengaruhi oleh faktor genetik tidak berarti bahwa lingkungan tidak berpengaruh. Faktanya, penelitian menunjukkan bahwa masa balita bisa menjadi jendela kesempatan penting untuk membantu anak mengatasi masalah pilih-pilih makanan,” katanya.

Kebiasaan memilih makanan ini sulit untuk diubah, terlebih jika dibiarkan begitu saja. Anak yang sejak kecil kerap memilih makanan spesifik saja akan sulit mengubah palet lidahnya hingga dewasa.

Oleh karena itu, mengingat anak adalah peniru orangtuanya dengan baik, maka orangtua sendiri harus mencontohkan anak bagaimana makan dengan baik. Tidak memilah-milih, mengonsumsi sayur dan buah, hingga selalu menghabiskan makanan, agar anak bisa melihat dan menerapkannya.