Bagikan:

YOGYAKARTA - Corak yang merupakan tiruan dari bentuk alam, sudah sejak lama menjadi sumber inspirasi bagi manusia. Salah satu bentuk apresiasi terhadap keindahan alam adalah dengan menirukannya dalam karya seni.

Para seniman menangkap keindahan dan mengabadikannya dalam bentuk corak yang menawan. Mari kita telusuri lebih dalam mengenai realisme dalam seni.

Realisme, Corak yang Merupakan Tiruan dari Bentuk Alam

Dilansir dari laman Britannica, realisme dalam seni adalah penggambaran yang akurat, detail, dan tidak dihiasi tentang alam atau kehidupan kontemporer. Realisme menolak idealisasi imajinatif demi pengamatan dekat terhadap penampilan luar.

Dengan demikian, realisme dalam arti luasnya telah mencakup banyak aliran artistik dalam berbagai peradaban. Dalam seni visual, misalnya, realisme dapat ditemukan dalam patung-patung Yunani Hellenistik kuno yang menggambarkan petinju dan wanita tua yang lemah secara akurat.

Kemudian terdapat karya-karya pelukis abad ke-17 seperti Caravaggio, pelukis genre Belanda, pelukis Spanyol José de Ribera, Diego Velázquez, dan Francisco de Zurbarán, serta saudara-saudara Le Nain di Prancis memiliki pendekatan realistis.

Selain itu, dalam sastra ada karya-karya novelis Inggris abad ke-18 Daniel Defoe, Henry Fielding, dan Tobias Smollett juga dapat disebut realistis.

Baca juga artikel yang membahas Bagaimana Cara Membuat Karya Seni Tiga Dimensi dengan Teknik Aplikasi? Ikuti Langkah-langkahnya di Sini

Realisme Menjadi Tren Abad 19

Namun, Realisme tidak secara sadar diadopsi sebagai program estetika hingga pertengahan abad ke-19 di Prancis. Memang, realisme dapat dilihat sebagai tren utama dalam novel dan lukisan Prancis antara tahun 1850 dan 1880.

Kemunculan pertama istilah realisme adalah di Mercure français du XIXe siècle pada tahun 1826, di mana kata tersebut digunakan untuk menggambarkan doktrin yang tidak didasarkan untuk meniru pencapaian artistik masa lalu.

Realisme menjadi sebuah penggambaran yang jujur dan akurat dari model-model yang ditawarkan alam dan kehidupan kontemporer kepada seniman.

Para pendukung realisme Prancis sepakat dalam penolakan mereka terhadap artifisialitas baik Klasikisme maupun Romantisisme akademi dan pada perlunya kekinian dalam karya seni yang efektif.

Seniman di abad 19, berusaha untuk menggambarkan kehidupan, penampilan, masalah, adat istiadat, dan kebiasaan kelas menengah dan bawah, yang tidak biasa, biasa, rendah hati, dan tidak dihiasi.

Pada masa itu, seniman sadar menetapkan diri mereka untuk mereproduksi semua aspek kehidupan dan masyarakat kontemporer yang sebelumnya diabaikan—sikap mental, pengaturan fisik, dan kondisi materialnya.  

Realisme dalam Sastra

Dalam sastra, novelis Honoré de Balzac adalah pelopor utama realisme, mengingat upayanya untuk menciptakan potret rinci dan ensiklopedis dari seluruh spektrum masyarakat Prancis dalam karyanya La Comédie humaine.

Namun, realisme dalam sastra tidak muncul hingga tahun 1850-an, dan kemudian terinspirasi oleh sikap estetika pelukis Courbet. Jurnalis Prancis Champfleury, yang mempopulerkan gaya lukisan Courbet, mentransfer teori-teori terakhir ke sastra dalam Le Réalisme (1857).

Kemudian, Champfleury menegaskan bahwa pahlawan sebuah novel haruslah seorang pria biasa, bukan sosok yang luar biasa. Hingga pada tahun 1857, novel Gustave Flaubert - Madame Bovary diterbitkan.

Madame Bovary mengisahkan sebuah potret obyektif yang tak kenal ampun tentang mentalitas borjuis. Novel fokus pada nuansa psikologis seorang istri kelas menengah yang tidak bahagia dan berselingkuh.

Novel Flaubert dianggap sebagai karya agung utama realisme dan karya yang menetapkan gerakan tersebut di panggung Eropa.  Kemudian ada L’Éducation sentimentale Flaubert (1870), dengan penyajian panorama luas Prancis di bawah Louis-Philippe, adalah karya realis utama lainnya.

Selain corak yang merupakan tiruan dari bentuk alam, ikuti artikel-artikel menarik lainnya juga ya. Ingin tahu informasi menarik lainnya? Jangan ketinggalan, pantau terus kabar terupdate dari VOI dan follow semua akun sosial medianya!