JAKARTA - Program Gabungan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk HIV/AIDS (UNAIDS) menyoroti berbagai tantangan yang dihadapi Indonesia dalam upaya mengakhiri epidemi AIDS pada tahun 2030.
Dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Country Director UNAIDS Indonesia, Dr. Muhammad Saleem, menekankan pentingnya edukasi masyarakat dan peningkatan kesadaran untuk mengatasi stigma serta diskriminasi yang menjadi hambatan signifikan dalam penanganan HIV.
“Edukasi publik dan advokasi kebijakan inklusif sangat penting untuk mencapai target global. Tanpa langkah-langkah segera, jumlah infeksi HIV baru dapat meningkat, dan respons terhadap HIV akan semakin sulit dipertahankan,” jelas Saleem.
Menurut data epidemiologis UNAIDS tahun 2024, secara global terdapat 1,3 juta infeksi HIV baru dan 630.000 kematian akibat AIDS pada tahun 2023. Saat ini, dari total 39,9 juta orang yang hidup dengan HIV di seluruh dunia, sebanyak 30,3 juta telah mendapatkan terapi antiretroviral (ARV). Namun, hanya 48 persen anak-anak dengan HIV yang berhasil mencapai pengendalian virus (viral suppression).
Di Indonesia, hingga September 2024, 71 persen orang dengan HIV (ODHIV) telah mengetahui statusnya, 64 persen menjalani pengobatan ARV, dan 49 persen berhasil menekan jumlah virus hingga tingkat yang aman. Meskipun demikian, masih ada tantangan besar dalam meningkatkan cakupan layanan kesehatan serta memastikan aksesibilitas bagi populasi kunci yang rentan terhadap HIV.
Salah satu kendala utama adalah meningkatnya jumlah populasi kunci yang berisiko tinggi, seperti pengguna narkoba suntik dan pekerja seks, serta terbatasnya akses terhadap layanan pencegahan seperti kondom dan Pre-Exposure Prophylaxis (PrEP).
Untuk mengatasi hal ini, upaya penjangkauan komunitas telah dilakukan di 178 kabupaten/kota, dengan distribusi paket pencegahan di 95 kabupaten/kota. Selain itu, tes HIV mandiri menggunakan Oral Fluid Test diperkenalkan guna meningkatkan deteksi dini dan mempercepat penanganan.
“Pendekatan berbasis komunitas menjadi kunci untuk menjangkau populasi yang sulit dijangkau, memastikan mereka mendapatkan akses ke layanan yang dibutuhkan,” ujar Saleem.
BACA JUGA:
UNAIDS menekankan pentingnya kolaborasi antara pemerintah, organisasi non-pemerintah, dan masyarakat untuk mencapai target 2030. Hari AIDS Sedunia dipandang sebagai momentum untuk memperkuat komitmen bersama dalam mengakhiri epidemi ini.
“Mengakhiri AIDS bukanlah hal yang mustahil, tetapi kita harus bertindak sekarang dan tetap berada di jalur yang benar,” tambah Saleem.
Dengan langkah-langkah yang terintegrasi dan keberlanjutan upaya ini, diharapkan Indonesia dapat memberikan kehidupan yang lebih baik bagi semua orang yang hidup dengan HIV serta mengakhiri stigma dan diskriminasi yang selama ini menjadi hambatan utama.