Bagikan:

JAKARTA - Pengamat pariwisata asal Universitas Andalas Sari Lenggogeni menyarankan pemerintah segera membuat masterplan agar dapat lebih luas memperkenalkan rendang sebagai warisan budaya tak benda Indonesia jika diakui Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO).

“Promosi dan komunikasi terintegrasi secara offline dan online-nya, dan secara ekonomi kreatif dipersiapkan. Beberapa kota sudah melakukan branding city of rendang, secara desa wisata rendang juga bisa dipersiapkan, masterplan-nya dipersiapkan,” kata Sari saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Rabu 4 Desember 2024.

Ketua Badan Promosi Pariwisata Daerah Sumatera Barat itu menekankan 50 persen turis yang berkunjung ke suatu negara merupakan pemburu kuliner (foodies). Dalam hasil kajian yang ia lakukan, sebanyak hampir 2 ribu wisatawan nusantara dan wisatawan asing menempatkan kuliner sebagai tiga daya tarik teratas dari pariwisata.

Bila dikaitkan dengan potensi pariwisata, populasi foodies di Sumatera Barat sudah cukup besar. Provinsi tersebut tidak hanya menjadi kota asal rendang, tapi juga tempat otentik yang mendorong berdirinya rumah makan di berbagai daerah sehingga secara tidak langsung mengkampanyekan rendang di dalam dan luar negeri.

“Ini akan memperkuat branding Sumatera Barat sebagai core dari slowfood tourism yang otentik. Sama halnya dengan pizza di Italia, teh China dan lainnya, semua akan mencari city of origin-nya,” ujar dia.

Menurutnya pembuatan masterplan menjadi makin penting karena rendang kembali mendapatkan pengakuan dunia sebagai top 50 delicious food versi CNN. Prestasi itu membuktikan bahwa cita rasa rendang sudah diakui secara global.

Terlebih rendang kaya akan kisah lokal dan filosofi dibalik pembuatannya. Misalnya tentang kesabaran, kebijaksanaan, ketangguhan, adanya sejarah menjadi bagian dari suplai makanan saat perang dunia kedua.

“Bahkan saat ini rendang dijadikan pesan kemanusiaan oleh pemerintah dan komunitas dalam memberikan bantuan kemanusiaan saat bencana dan krisis. Rendang juga memiliki banyak varian sehingga span customer bisa lebih luas, kekuatan narasinya sangat kuat disanding dengan kekuatan rasa itu sendiri,” katanya.

Semakin banyaknya pengakuan terhadap rendang, akan memberikan dampak baik pada promosi global. Pengakuan tersebut nantinya akan naik menjadi pengakuan terhadap “Destination of origin Randang and Minangkabau food”.

“Ini yang ditunggu, karena saat ini tanpa legacy maka akan muncul false brand, di mana negara lain bisa saja mengklaim authenticity-nya,” kata dia.

Melalui masterplan itu pula, pemerintah dapat melakukan diplomasi dan promosi melalui rendang. Kedutaan besar Indonesia di berbagai negara dapat ikut memperkenalkannya termasuk komunitas.

Promosi rendang juga dapat dilakukan melalui penguatan pemasaran digital dan kegiatan Pertemuan, Insentif, Konvensi, dan Pameran (MICE) dalam setiap kegiatan diplomasi maupun kegiatan pariwisata apapun.

Sari juga meminta agar pemerintah menyiapkan bahan promosi dan komunikasi yang baik bagi sektor ekonomi kreatifnya. Termasuk meningkatkan ulasan di platform global, kesiapan CHSE dan rumah makan.

Dia berharap melalui masterplan yang disiapkan secara terstruktur dan sistematis, Sumatera Barat dapat dijadikan sebagai “Destination of origin slowfood rendang”, yang melibatkan kolaborasi bahan mentah, kolaborasi komunitas, riset dan pengembangan, edukasi, ekonomi kreatif dan acara menarik secara berkala.