YOGYAKARTA - Black Friday merupakan hari yang ditunggu-tunggu para pemburu diskon, yang menyimpan sejarah yang menarik. Penasaran bagaimana sejarah dan awal mulanya? Mari mengenal black friday lebih lanjut dalam artikel ini
Istilah "Jumat Hitam" ini awalnya merujuk pada kekacauan yang terjadi di Philadelphia pada hari Jumat setelah Thanksgiving. Namun, seiring berjalannya waktu, makna Black Friday bertransformasi menjadi hari belanja terbesar tahun ini.
Mengenal Black Friday
Dilansir dari laman First Post, Black Friday adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan hari Jumat setelah Thanksgiving di Amerika Serikat, yang telah menjadi sinonim dengan penjualan ritel dan diskon besar-besaran.
Black Friday menandai dimulainya musim belanja Natal di Amerika Serikat, dengan para penjual menawarkan diskon besar-besaran pada berbagai produk. Penjualan terus berlanjut hingga Senin (Cyber Monday) atau selama seminggu (Cyber Week).
Black Friday jatuh pada hari Jumat setelah Thanksgiving Day di Amerika Serikat. Tahun ini Black Friday jatuh pada tanggal 29 November 2024. Sekaligus akan secara resmi menandai dimulainya musim belanja liburan dan penjual akan menawarkan diskon besar-besaran untuk berbagai produk dan layanan.
Sejarah Black Friday
Istilah "Black Friday" berasal dari Philadelphia pada tahun 1950-an, di mana istilah ini digunakan untuk menggambarkan kondisi lalu lintas yang kacau dan kerumunan yang terjadi pada hari Jumat setelah Thanksgiving.
Istilah ini awalnya dikaitkan dengan konotasi negatif dari kemacetan lalu lintas dan kekacauan publik. Namun, pada tahun 1980-an, para penjual mulai membingkai ulang istilah "Black Friday" untuk menandakan titik balik positif dalam tahun keuangan mereka.
Para penjual mengadopsi praktik akuntansi untuk menyebut keuntungan sebagai "tinta hitam" dan kerugian sebagai "tinta merah". Dengan mengaitkan Black Friday dengan transisi dari merah ke hitam, para pengecer bertujuan untuk menciptakan citra yang lebih positif untuk acara belanja tersebut.
Baca juga artikel yang membahas Mengenal Doom Spending, Fenomena yang Menjadi Hantu Belanja
Seiring waktu, istilah "Black Friday" mendapatkan pengakuan nasional dan menjadi sinonim dengan kegilaan belanja pasca-Thanksgiving. Sejak itu, istilah ini telah menyebar ke negara lain, meskipun signifikansi dan popularitasnya mungkin berbeda-beda.
Dalam beberapa tahun terakhir, Black Friday telah meluas melampaui belanja toko tradisional untuk mencakup belanja online. Sejak pandemi Covid-19, belanja online telah mendapatkan perhatian besar-besaran.
Kemudian Cyber Monday, Senin setelah Thanksgiving, telah muncul sebagai acara belanja online yang signifikan, melengkapi Black Friday dan memperpanjang musim belanja liburan lebih jauh.
Beberapa penjual juga seringkali mengubah penjualan satu hari ini menjadi penjualan seminggu penuh dan menyebutnya "Cyber Week".
Makna penting Black Friday
Black Friday kini telah berkembang menjadi sebuah acara belanja utama, menarik jutaan konsumen yang ingin memanfaatkan diskon besar yang ditawarkan oleh para pengecer.
Kini Black Friday telah menjadi fenomena budaya, dengan banyak orang merencanakan perjalanan belanja mereka jauh-jauh hari dan bahkan berkemah semalaman di depan toko untuk menjadi yang pertama dalam antrean.
Bagi para ritel, Black Friday merupakan peluang penting untuk meningkatkan penjualan dan keuntungan tahunan mereka. Menariknya, banyak konsumen melakukan sebagian besar pembelian liburan mereka pada hari tersebut.
Kesimpulannya, Black Friday telah berkembang dari istilah yang terkait dengan kekacauan lalu lintas menjadi sebuah acara ritel utama yang ditandai dengan diskon signifikan dan antusiasme konsumen.
Black Friday telah menjadi fenomena budaya, menandai dimulainya musim belanja liburan dan menawarkan baik konsumen maupun pengecer peluang unik untuk memanfaatkan semangat liburan.
Selain mengenal black friday, ikuti artikel-artikel menarik lainnya juga ya. Ingin tahu informasi menarik lainnya? Jangan ketinggalan, pantau terus kabar terupdate dari VOI dan follow semua akun sosial medianya!