JAKARTA - Selebritas Atiqah Hasiholan dipercaya untuk bermain dalam film terbaru rumah produksi Adhya Pictures dan Pomp Films yang mengangkat film dari budaya Batak bernama Mami Late.
Dalam film ini Atiqah Hasiholan harus berperan sebagai seorang ibu dari dua orang anak yang sudah mulai beranjak dewasa. Ia mengaku tidak terlalu sulit untuk memainkan karakter ini karena sudah terbiasa melihat sikap ibu-ibu batak karena memiliki darah batak.
"Sebenarnya kalau karakter sendiri kalau secara look ya, secara look itu udah sama timnya udah dibikin batak banget gitu ya dengan pilihan bajunya, aksesorisnya, sanggulnya yang segede apa itu. Jadi kalau secara look tuh tampilan memang udah batak, udah di ini," kata Atiqah Hasiholan di kantor VOI, Jakarta Pusat, Senin, 9 September.
"Kalau misalnya secara mindset, secara sikap mungkin bisa dibilang aku udah cukup familiar karena ibu aku orang batak walaupun bapak aku bukan orang batak gitu ya. Tapi ibuku juga punya saudara ada banyak gitu ya berkakak adik. Jadi dengan karakter-karakter orang batak itu sudah lumayan banyak reference lah gitu," sambung Atiqah Hasiholan.
Atiqah bercerita kalau ini menjadi pengalaman barunya memainkan karakter seorang ibu yang memiliki anak beranjak dewasa. Awalnya ia sempat merasa tidak percaya kalau ia sudah cocok untuk memainkan karakter ibu-ibu.
"Untuk jadi ibu udah pernah. Tapi kecil-kecil anaknya. Nggak segede-gede tadi tuh. Surprisingly, aku juga mikir emang iya ya. Gue emang udah cocok punya anak segede gitu ya. Ya mungkin dengan bantuan makeup dan lain-lain ya. Itulah the magic of cinema gitu ya dan lain-lain. Eh oke juga nih punya anak. Cukup yakinkan lah punya anak-anak seumur segitu," cerita Atiqah Hasiholan.
"Awalnya tuh ada, 'Aduh terlalu maksa nggak ya? Anak gue udah mau nikah', kan yang cerita udah mau nikah. Walaupun ada juga sih temen aku yang seumuran aku anaknya udah pada gede-gede. Cuman tetep ada kayaknya gue nggak setua itu deh. Eh ternyata bisa," tambahnya.
Meski begitu, istri dari aktor Rio Dewanto ini mengaku bahwa ia tidak ingin terlalu ambil pusing terkait perannya sebagai seorang ibu karena melihat cerita yang diangkat di film Tulang Belulang Tulang ini sangat bagus.
BACA JUGA:
"Nah itu dia. Karena sangking bagusnya ceritanya. Aku tuh nggak peduli gitu loh. Kadang-kadang suka ada loh. Yah. Tua amat gitu ya. Apalagi dulu-dulu masih umur 30. ‘Aduh. Anaknya udah segitu. Ya kali deh’, ada kayak gitu-gitu ya kan ego-ego, ego-ego yang orang-orang yang pada pengen tetep muda gitu. Cuman ya karena ceritanya bagus. Dan sutradara produser sudah meyakinkan aku, 'Lo bisa Tik'. Bisa meyakinkan kalau lo punya anak ini yaudah," tutur Atiqah Hasiholan.
"Kalau jadi ibu-ibu sih memang ada aja ya. Waktu itu juga sempat jadi ibu-ibu. Terus nggak ibu-ibu. Ibu-ibu. Nggak ibu-ibu gitu. Cuman ya itu dia. Kalau untuk disini ya memang karena ceritanya bagus ya. Dan aku sih nggak masalah. Emang ada masalah kalau dengan karakter ibu-ibu. Atau jadi ibu-ibu. Nggak jadi masalah kan. Maksudnya selama emang ceritanya bagus gitu. Dan ya memang kalau menurutku di usia aku. Mau jadi ibu-ibu pun memang sudah masuk juga," tandasnya.
Tambah Nilai Diri Lewat Film Berbau Budaya Indonesia
Atiqah Hasiholan mengatakan kalau ia selalu senang bisa terlibat dalam sebuah film yang mengangkat budaya-budaya Indonesia, salah satunya ialah film terbarunya Tulang Belulang Tulang yang mengangkat budaya Batak yang masih jarang diketahui orang yaitu Mangokal Hali.
“Aku tuh sebenernya yang bikin aku jatuh cinta, yang bikin aku semangat untuk mengambil proyek ini adalah ceritanya. Ceritanya bagus. Bukan masalah bataknya. Ceritanya memang bagus. Dan dibuktikan juga menang di Indonesiana. Ceritanya sangat bagus. Kemudian ya memang ada bataknya,” tutur Atiqah Hasiholan.
“Jadi kalau ditanya. Kebanggaan sendiri main film batak? Ya tentu aku seneng. Aku seneng. Tapi bukan itu yang aku mau itu dari manapun as long as emang ceritanya bagus itu pasti kebanggaan tersendiri buat aku. Ditambah kali ini. Memang cerita bagus ini berlatar belakang batak,” tambahnya.
Bagi Atiqah sendiri bermain dalam film yang memiliki unsur budaya Indonesia di dalamnya bisa membantunya dalam meningkat nilai di dalam dirinya karena bisa ikut berkontribusi dalam pelestarian budaya Indonesia melalui hal yang ia cintai yaitu akting dan juga film.
“Ada value lebih yang bisa aku kontribusi untuk baik itu perfilman, baik itu budaya, gitu ya. Dalam terlibat di proyek ini. Jadi segala sesuatu kan pasti kita gak selalu mulu juga harus yang mempunyai nilai-nilai kebudayaan, moral, blablabla. Film tuh harus gitu baru mau. Ada mungkin yang kayak gitu,” jelas Atiqah Hasiholan
“Cuman ketika kita terlibat di satu film dan film itu ada value lebih yang ditawarkan ya itu menjadi hal plus buat aku gitu loh dalam mengerjakan proyek itu. Ya kalau menurutku budaya Indonesia tuh kaya banget ya. Penting banget sebenernya untuk dilestarikan,” sambungnya.
Tak heran Atiqah sangat mendukung pelestarian budaya Indonesia melalui media film di mana menurutnya film itu selalu bisa dinikmati dari segala usia dan disampaikan dengan berbagai cara yang bisa akhirnya meningkatkan pengetahuan penontonnya.
“Dan salah satu cara pelestarian budaya-budaya kita ya salah satunya dengan film-film melalui film-film yang sifatnya pop culture gitu ya. Yang anak-anak muda itu bisa menikmati dan bisa ngerti gitu ya. Jadi akan sangat bagus sekali gitu kalau misalnya bisa dikemas sedemikian rupa ada istiadat dari Sabang sampai Merauke yang entah ada berapa banyaknya itu dan itu menjadi salah satu agenda dalam pelestarian budaya kita,” katanya.
Oleh karena itu Atiqah Hasiholan berharap akan semakin banyak film-film film bisa mengangkat budaya Indonesia agar generasi muda bisa terus mengetahui terkait tradisi-tradisi yang ada.
“Ya harapan aku akan semakin banyak lagi ya film-film yang mengangkat budaya Indonesia. Tapi bagaimanapun juga ya pengemasannya harus tetap menarik untuk menjadi hiburan, tontonan hiburan. Aku yakin kalau misalnya mengangkat budaya dalam format yang bukan hiburan itu sudah lumayan banyak ya,” harapnya.
“Tapi kan sekarang yang paling penting gimana nih caranya bisa masuk ke anak-anak muda, ke gen Z, ke alpha nantinya gitu kan. Dan itu kan harus dari kita nih yang pintar-pintar mengemasnya supaya itu menjadi hal yang menarik buat mereka konsumsi dan akhirnya mereka mengerti gitu,” tutup Atiqah Hasiholan.