Bagikan:

JAKARTA - Pneumonia atau peradangan paru-paru akibat infeksi merupakan penyakit menular penyebab kematian tertinggi pada anak di seluruh dunia. UNICEF mencatat hampir 2,200 anak usia di bawah lima tahun meninggal akibat pneumonia setiap hari di seluruh dunia.

Dengan demikian, pencegahan atas penyakit ini harus terus dilakukan. Salah satu yang dapat dilakukan para orangtua untuk mencegahnya adalah menghindarkan anak terpapar dari asap rokok.

Perlu diketahui, paparan asap rokok dapat menyebabkan anak terjangkit pneumonia. Data bahkan menyebutkan, anak terpapar asap rokok 4 kali lebih tinggi memerlukan rawat inap dan penanganan di IGD.

“Anak yang terpapar rokok itu 4 kali lebih tinggi memerlukan rawat inap, karena masalah pernapasan, dengan 2 sampai 3 kalinya itu harus datang ke IGD,” ungkap Dokter Spesialis Anak Konsultan Respirologi, dr. Wahyuni Indawati, Sp.A(K), di kawasan Pondok Indah, Jakarta Selatan, pada Minggu, 17 November 2024.

Dokter Wahyuni mengatakan, anak tak hanya karena terpapar asap rokok secara langsung, maka risiko terkena pneumonia semakin tinggi.

Jika orangtua merokok di luar rumah tetapi tidak membersihkan diri, seperti mengganti baju, mencuci tangan hingga mandi sebelum bertemu anak, maka zat-zat berbahaya dari rokok yang menempel pada tubuhnya juga dapat mengenai anak.

Hal tersebut dapat menyebabkan mekanisme pertahanan saluran pernapasan baik pada perokok aktif dan perokok pasif mengalami kerusakan. Kerusakan pada mekanisme pertahanan saluran napas ini membuat virus, bakteri, polutan tidak bisa dibersihkan secara maksimal, sehingga menumpuk pada saluran napas dan menimbulkan penyakit seperti pneumonia.

“Bahayanya asap rokok ini adalah akan menurunkan mekanisme saluran pernapasan kita. Di dalam saluran napas ada lapisan seperti bulu-bulu yang fungsinya jika ada sesuatu yang masuk, yang bahaya untuk saluran napas kita disapu keluar sehingga tidak menimbulkan dampak yang berbahaya. Bulu itu namanya silia,” tuturnya.

“Pada seseorang yang menghirup asap rokok, mau yang first hand smoker, atau second maupun third gitu ya, itu akan menyebabkan gerakan silia itu nggak bisa bergerak. Jadi ketika ada kuman, virus, polutan, akan tinggal di situ nggak bisa keluar sehingga menimbulkan penyakit,” tambahnya.

Oleh karena itu, Dokter Wahyuni mengingatkan agar orangtua lebih memerhatikan terkait kebiasaan merokok yang dapat memengaruhi kondisi kesehatan sendiri dan keluarga, terutama anak. Terlebih data menunjukkan, risiko anak masuk rumah sakit akibat paparan asap rokok cukup tinggi.

“Asap rokok tidak secara langsung menyebabkan penyakit, tetapi akan memudahkan seseorang jadi sakit. Asap rokok merusak sistem pertahanan saluran pernapasan. Seseorang yang terpapar seperti itu, dia punya risiko (pneumonia) 4 kali lebih besar, dibandingkan orang yang tidak terpapar. Dia juga risiko 2 kali lebih sering masuk ke IGD. Jadi itu yang harus dijelaskan ke orangtua,” pungkas dr. Wahyuni.