Bagikan:

JAKARTA - Menteri Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Ekonomi Kreatif (MenEkraf/KaBekraf) Teuku Riefky Harsya mengapresiasi peran dan kontribusi "Cita Tenun Indonesia (CTI)" dalam memperkuat ekosistem ekonomi kreatif subsektor fesyen khususnya kain tenun, melalui berbagai program yang telah dijalankan selama 16 tahun terakhir.

"Kami sangat mengapresiasi berbagai program yang telah dijalankan Cita Tenun Indonesia, dan sangat terbuka untuk berkolaborasi dengan CTI dalam mendukung penguatan ekosistem ekonomi kreatif nasional," ujar MenEkraf Teuku Riefky Harsya saat beraudiensi dengan pengurus "Cita Tenun Indonesia (CTI)", Jumat (8/11/2024) di Gedung Sapta Pesona, Jakarta.

Ekonomi kreatif oleh Presiden Prabowo Subianto telah ditetapkan sebagai "The New Engine of Growth" yang diharapkan dapat memberikan kontribusi signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi nasional dalam lima tahun ke depan.

Menteri Teuku mengatakan, penetapan ekonomi kreatif sebagai mesin baru pertumbuhan ekonomi nasional sendiri dilandaskan atas berbagai hal. Mulai dari landasan yuridis/teknokratik, akademis, empiris, serta politis.

"Karena itu di dalam asta cita, ekonomi kreatif dan industri kreatif disebutkan lebih dari 20 kali. Dan ini membuat saya yakin bahwa Presiden pasti mempunyai keinginan yang besar untuk mengembangkan ekonomi kreatif ke depan. Kami meyakini bahwa arahan asta cita itu sebagai upaya mempersiapkan ekonomi kreatif agar mampu bisa menjadi new engine of growth bagi perekonomian nasional," ujar Menteri Teuku.

Kementerian Ekonomi Kreatif dalam lima tahun ke depan diharapkan dapat berkontribusi meningkatkan rasio ekonomi kreatif terhadap PDB nasional dari 6,70 persen (tahun 2023) menjadi 8,37 persen. Kemudian nilai ekspor dari 23,90 juta dolar AS (tahun 2023) menjadi 29,88 juta dolar AS, nilai investasi sebesar Rp183,72 triliun dari Rp136,28 triliun (tahun 2023), serta serapan tenaga kerja mencapai 27,66 juta orang dari 24,92 juta orang (tahun 2023).

Karena itu, ujar Menteri Teuku, peran dan dukungan dari seluruh pemangku kepentingan termasuk CTI sangat dibutuhkan oleh pemerintah. Pemerintah dikatakannya, tidak bisa bekerja sendiri untuk menjawab berbagai tantangan dalam upaya mencapai target-target yang telah ditetapkan.

Adapun tantangan tersebut mulai dari aspek pemasaran dan permodalan, aspek HKI dan produk ekraf, aspek regulasi dan kelembagaan, serta aspek teknologi dan infrastruktur.

"Untuk mempercepat terwujudnya infrastruktur yang mendukung ini, kolaborasi pemerintah dengan sektor swasta adalah keniscayaan. Dan CTI dalam 16 tahun terakhir telah memberikan banyak kontribusi mulai dari memberikan pelatihan, pemasaran, juga pelestarian tenun Indonesia," ujar Teuku.

Pengurus Cita Tenun Indonesia, Aliya Rajasa Yudhoyono, menjelaskan Cita Tenun Indonesia merupakan perkumpulan para pencinta kain tenun yang kemudian memiliki visi untuk memelihara, meningkatkan, melestarikan, serta memasarkan kekayaan tenun nusantara.

"Bagi kami tenun itu adalah seni budaya tradisional Indonesia yang memiliki makna dan nilai sejarah yang dituangkan dalam berbagai motif, warna, jenis, bahan, serta benang yang menjadi cerminan jati diri bangsa. Jadi memang tidak bisa dipisahkan kain tenun ini bukan hanya khas atau tradisi tapi itu jati diri bangsa, identitas bangsa kita," ujar Aliya.

Untuk itu, ujar Aliya, sejak 16 tahun lalu Cita Tenun Indonesia konsisten menjalankan berbagai program. Pertama adalah pelestarian, yakni berdasarkan data yang dihimpun CTI pada 16 tahun lalu banyak sekali motif tenun langka yang sudah hampir punah. Hal ini terjadi karena telah hilangnya generasi pengrajin tenun di berbagai daerah di Indonesia.

"Kendalanya ketika itu, banyak generasi muda yang enggan jadi penenun, serta pengerjaan motif tenun itu lumayan sulit dan juga susah untuk memasarkannya," ujar Aliya.

Melihat hal tersebut, CTI berupaya melakukan intervensi dengan terjun ke daerah-daerah untuk melakukan pelatihan dan pengembangan para perajin agar mereka kembali memproduksi tenun. Bahkan CTI melibatkan desainer-desainer kenamaan tanah air untuk melakukan pelatihan langsung di lapangan. Mulai dari pelatihan desain, ahli pewarnaan, ahli pembuatan motif, dan lainnya.

"Hingga akhirnya para penenun ini dapat berkolaborasi dengan para desainer dan membuat tenun-tenun mereka diaplikasikan ke berbagai desain para desainer dan memberikan nilai tambah," ujar Aliya.

Tidak sekadar pelatihan dan fasilitasi, CTI juga secara konsisten membina dan membawa karya dari para penenun untuk dipasarkan ke luar negeri. Ia pun berharap dapat memperluas kolaborasi dengan Kementerian Ekonomi Kreatif sehingga dapat memberikan manfaat yang lebih luas bagi para perajin tenun di daerah.

Hingga saat ini CTI melalui program-programnya telah mengintervensi lebih dari 1.000 perajin tenun di berbagai daerah di Indonesia.

"Kami berharap dapat turut berkontribusi lebih dalam menyukseskan program-program dari pemerintah, sehingga tujuan besar kemajuan ekonomi kreatif di Indonesia itu bisa terus tercapai," ujar Aliya Rajasa.