Bagikan:

YOGYAKARTA - Kulit, sebagai organ terbesar tubuh manusia memiliki peran penting dalam melindungi tubuh dari berbagai ancaman. Namun, gangguan integritas kulit dapat terjadi akibat berbagai faktor, mulai dari penyakit kronis hingga trauma fisik.

Gangguan ini tidak hanya menimbulkan masalah estetika, tetapi juga dapat mengganggu kualitas hidup dan kesehatan seseorang.

Artikel ini akan membahas secara mendalam mengenai gangguan integritas kulit, mulai dari penyebab, gejala, hingga upaya pencegahan dan pengobatan.

Apa Itu Gangguan Integritas Kulit?

Kerusakan pada lapisan kulit, baik epidermis maupun dermis, dikenal sebagai gangguan integritas kulit. Kondisi ini dapat menyebabkan luka terbuka yang sering terjadi pada penderita diabetes mellitus, terutama di area kaki.

Luka ini, yang disebut ulkus diabetik, umumnya disebabkan oleh kombinasi faktor seperti neuropati (kerusakan saraf), tekanan berlebih, dan deformitas pada kaki.

Sebelum melanjutkan, baca juga artikel yang membahas Berapa Kali Penderita Diabetes harus Cek Gula Darah, Begini Anjuran Dokter

Dilansir dari laman The Department of Health Victorian Government, identifikasi dan penilaian risiko integritas kulit umumnya mengacu pada proses yang sama, yaitu untuk mengidentifikasi pasien yang berisiko mengalami masalah kulit atau yang sudah memiliki masalah kulit.

Hasil skrining atau penilaian digunakan untuk menginformasikan penerapan strategi pencegahan dan pengelolaan.

Diagnosis gangguan integritas kulit dan pengenalan dini memungkinkan intervensi yang cepat. Untuk itu, menerapkan rencana pencegahan akan adanya risiko gangguan integritas kulit dapat membantu mencegah komplikasi lebih lanjut, termasuk ketidaknyamanan dan infeksi.

Faktor Risiko gangguan integritas kulit (freepik)

Faktor Risiko (Penyebab)

Gangguan integritas kulit dan jaringan dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Faktor internal seperti gangguan aliran darah, ketidakseimbangan nutrisi, kerusakan saraf, perubahan hormon, dan proses penuaan dapat melemahkan kulit.

Selain itu, ada faktor eksternal seperti trauma fisik, paparan bahan kimia berbahaya, suhu ekstrem, dan kelembapan yang berlebihan juga berkontribusi pada kerusakan kulit.

Terakhir, faktor gaya hidup seperti kurang gerak dan kurangnya pengetahuan perawatan kulit dapat memperparah kondisi ini. Kondisi medis tertentu, seperti diabetes mellitus, juga dapat meningkatkan risiko terjadinya gangguan integritas kulit.

Secara rinci, gangguan integritas kulit dapat disebabkan beberapa hal berikut ini:

  • Imobilisasi fisik/istirahat tempat tidur
  • Edema
  • Perfusi jaringan yang menurun
  • Keadaan nutrisi yang buruk
  • Sirkulasi yang terganggu
  • penyakit seperti diabetes atau autoimun
  • Kelembapan
  • Gesekan/gosokan
  • Obesitas
  • Tanda dan Gejala Gangguan Integritas Kulit

Umumnya, pasien dengan gangguan ini akan melaporkan beberapa keluhan seperti:

  • Laporan tentang nyeri
  • Adanya sensasi yang berubah pada lokasi jika terjadi kerusakan jaringan
  • Perubahan warna kulit
  • Kemerahan kulit
  • Kehangatan kulit
  • Area kulit yang menunjukkan kerusakan
  • Area dengan sensasi yang menurun

Selain itu, perubahan yang terjadi pada kulit seiring bertambahnya usia dapat mempengaruhi integritasnya, dan membuatnya lebih rentan terhadap kerusakan dan berisiko lebih tinggi terkena luka tekanan dan robeknya kulit.

Perubahan pada kulit sendiri meliputi sifat mekanis, geometri, fisiologi dan perbaikan, serta sifat transportasi dan termal.

Komplikasi gangguan integritas kulit

Kerusakan pada saraf dapat memicu berbagai komplikasi yang mengganggu integritas kulit. Menurut penelitian Rudy dan Richard (2014), neuropati motorik, misalnya, dapat menyebabkan atrofi otot, deformitas kaki, dan perubahan mekanika kaki.

Neoropati motorik dapat berujung pada redistribusi tekanan yang tidak merata pada kaki, sehingga meningkatkan risiko terjadinya ulkus.

Selain itu, neuropati sensorik dapat mengurangi sensitivitas terhadap nyeri dan ketidaknyamanan, sehingga individu cenderung tidak menyadari adanya trauma berulang pada kaki.

Terakhir, kerusakan saraf otonom dapat menyebabkan penurunan produksi keringat, membuat kulit menjadi lebih kering dan rentan terhadap infeksi bakteri.

Selain gangguan integritas kulit, ikuti artikel-artikel menarik lainnya juga ya. Ingin tahu informasi menarik lainnya? Jangan ketinggalan, pantau terus kabar terupdate dari VOI dan follow semua akun sosial medianya!