YOGYAKARTA – Baterai sosial adalah metafora dari energi yang dimiliki seseorang untuk bersosialisasi. Konsep ini dilekatkan dengan tipe kepribadian ekstrovert dan introvert. Meskipun bukan konsep medis, tetapi ini merupakan cara populer untuk menjelaskan bagaimana aktivitas sosial memengaruhi kelelahan, kecemasan, atau persiapan seseorang dalam bersosialisasi.
Secara umum, faktor yang dapat memengaruhi lamanya seseorang bisa bersosialisasi, antara lain kepribadian, jenis interaksi sosial, kualitas dan kemudahan interaksi pemicu stres eksternal. Berikut penjelasan lengkapnya.
1. Beda baterai sosial ekstrovert dan introvert
Ekstrovert cenderung fokus pada dunia luar dirinya atau eksternal dan memperoleh energi dari interaksi sosial. Kalau introvert, lebih fokus pada internal diri dan mungkin menganggap interaksi sosial menguras tenaga. Dengan begitu bisa dibilang ekstrovert memiliki baterai eksternal lebih lama dan toleransi lebih rendah untuk menghabiskan waktu sendirian. Sebaliknya, introvert memiliki baterai sosial yang lebih pendek dan menganggap aktivitas yang menyendiri dan tenang memberikan energi. Introvert sebenarnya bisa menikmati bersosialisasi dan menganggapnya menyenangkan.
2. Orang-orang yang diajak bersosialisasi
Seseorang mungkin merasa mereka membutuhkan lebih banyak energi untuk berinteraksi dengan orang-orang tertentu daripada orang lainnya. Misalnya, berinteraksi dengan rekan kerja dalam konteks profesional, penuh tekanan sehingga akan terasa melelahkan dan mengurasi baterai sosial. Berbeda dengan berinteraksi dengan keluarga atau teman dekat, yang dilakukan berjam-jam pun tetap bisa terasa rileks dan tak menghabiskan energi sosial.
3. Jenis interaksi sosial
Kualitas interaksi juga bisa memengaruhi energi sosial seseorang. Misalnya, berinteraksi dengan orang yang tidak peka, mungkin butuh banyak energi. Contohnya lagi berinteraksi dengan orang yang tidak ramah, akan terasa melelahkan daripada berinteraksi dengan sekelompok teman yang penuh kasih sayang.
4. Ukuran kelompok
Kelompok dalam berinteraksi yang lebih besar membutuhkan lebih banyak energi. Dinamikanya juga lebih kompleks, sehingga terasa melelahkan. Karena alasan ini, baterai sosial seseorang bisa terkuras habis dan membutuhkan waktu untuk pengisian energi lagi.
5. Durasi bersosialisasi
Bersosialisasi dalam jangka waktu yang lebih lama akan menguras lebih banyak energi dan memberikan lebih sedikit kesempatan untuk mengisi ulang energi. Seseorang mungkin senang menghadiri dua acara pendek dalam sehari dengan jeda di antara keduanya. Tetapi menganggap acara sosial berturut-turut selama seminggu melelahkan.
BACA JUGA:
6. Ketidakseimbangan kekuasaan
Rasisme, seksisme, ableisme, dan ketidakseimbangan kekuasaan mempengaruhi interaksi sosial. Melansir Medical News Today, Kamis, 26 September, seseorang mungkin termasuk dalam kelompok rentan atau kelompok marginal. Mereka mungkin merasa terkuras energinya saat berinteraksi dengan orang yang tidak memahami pengalaman mereka.
7. Stres
Acara tertentu melibatkan pemicu stres, di luar sosialisasi itu sendiri, yang juga akan terasa sangat melelahkan. Misalnya, seseorang mungkin merasa gugup tentang pidato atau presentasi yang harus mereka sampaikan di suatu acara, atau mereka mungkin merasa perjalanan ke tempat acara tersebut menegangkan.
Itulah ketujuh faktor yang mempengaruhi energi sosial seseorang. Untuk mengisi ulang baterai sosial, perlu strategi tertentu. Misalnya mengambil jeda waktu untuk istirahat dan menenangkan diri. Bisa juga dengan memvariasikan acara yang dihadiri apabila berturut-turut agendanya. Cara ketiga, berkomunikasi pada pembuat acara dan minta ijin untuk pulang lebih awal. Apakah Anda pernah mengalami kehabisan baterai sosial?