Bagikan:

JAKARTA - Ariel Tatum tampil dalam pertunjukan monolog berjudul Sang Kembang Bale yang digelar di NuArt Sculpture Park, Bandung, Jawa Barat, selama dua hari, 10 dan 11 Agustus.

Pada sesi media preview yang berlangsung pada Jumat, 9 Agustus, aktor 27 tahun itu menampilkan narasi panjang yang membawa banyak pesan penting mengenai kesenian lewat kisah seorang ronggeng (Kembang Bale).

Pradetya Novitri selaku produser mengatakan, setidaknya ada dua pesan penting dari digelarnya Sang Kembang Bale.

“Pesannya terutama satu, tentang kesenian ronggeng gunung itu sendiri, banyak yang belum tau tentang ini dan pelakunya juga memang tinggal sedikit,” ujar Pradetya.

“Kedua ingin menceritakan bahwa menjadi ronggeng gunung itu nggak mudah. Jadi, resiliensi seorang seniman untuk menjalankan kesenian sampai hari ini tuh masih kita hadapi. Kita sebagai seniman itu nggak pernah mudah, apalagi di Indonesia,” lanjutnya.

Sementara, Heliana Sinaga selaku sutradara menyebut tema ronggeng gunung yang diangkat dalam Sang Kembang Bale didasarkan pada biografi pelaku atau pewaris ronggeng gunung ke panggung pertunjukan.

“Sang Kembang Bale adalah salah satu alternatif menghidupkan kembali relasi nilai-nilai dan relasi interaksi manusia dengan manusia, alam dan penciptanya. Penggambaran alur, gerak, musik dan lagu yang dibawakan oleh Ariel Tatum dan seluruh tim yang terlibat semoga bisa menjadi arsip kebudayaan yang didapat melalui pengalaman menonton yang berbeda,” tutur Heliana.

Bagi Ariel Tatum, pertunjukan ini menjadi spesial, mengingat ini merupakan monolog pertamanya. Dia merasa berterima kasih dengan Titimangsa yang sudah memberi kepercayaan.

“Aku berterimakasih dan bersyukur banget karena Sang Kembang Bale dipercayakan jadi monolog pertamaku,” ucapnya.

Adapun, Sang Kembang Bale yang diselenggarakan Titimangsa bersama Bakti Budaya Djarum Foundation, berkisah tentang kehidupan seorang ronggeng (Kembang Bale) di Panyutran, sebuah kampung di Padaherang, Pangandaran.

Seorang Kembang Bale terlahir dari perih kehidupan masa kecilnya. Memasuki masa remaja, ia terpilih oleh para ronggeng gunung sepuh untuk menjadi penerus sebagai ronggeng sejati.

Kemiskinan yang mendorongnya untuk memasuki dunia ronggeng. Tapi dunia yang dimasukinya itu semakin hari semakin menariknya untuk lebih dalam memaknai bagaimana semestinya sikap seorang ronggeng.

Masih ada satu pertunjukan yang dapat disaksikan, dengan tiket yang dijual terbatas dan dapat diperoleh di NuArt Sculpture Park, Bandung.