JAKARTA - Soraya Intercine Films mengumumkan hak cipta adaptasi kisah hidup Nimas yang diikuti penguntit selama 10 tahun terakhir. Kisah penguntit terhadap perempuan di Surabaya ini menjadi viral karena membuat warganet kesal dengan kelakuan pelaku yang membalas kebaikan Nimas dengan obsesi yang merusak hidup Nimas.
Awalnya, Nimas mengaku menuliskan kisahnya X agar pelaku mendapat sanksi sosial dan jera. Dia tak menyangka bahwa tulisannya langsung mendapat respon positif dari polisi yang memintanya untuk membuat laporan dan menangkap pelaku dengan sigap.
Kini, kisahnya siap diadaptasi menjadi film. "Nggak pernah membayangkan sama sekali kalau kisahku akan difilmkan. Karena tujuan untuk menviralkan kemarin adalah untuk memberi sanksi sosial pada pelaku. Dan sekarang ada rejeki seperti ini ya aku alhamdulillah banget. Rejeki di luar ekspektasi," ujar Nimas saat dihubungi Kamis, 30 Mei.
Bertemu dengan Produser Sunil Soraya, Nimas tak ragu untuk langsung mengiyakan tawaran adaptasi kisah hidupnya. "Tentu aku langsung setuju karena ini Soraya Intercine Films, siapa yang nggak tahu Soraya? Sudah terkenal membuat film berkualitas dari sebelum aku lahir," tegasnya.
Keyakinan itu, lanjut Nimas, juga didorong oleh keinginannya untuk mengajak korban lain seperti dirinya agar lebih berani bicara. "Aku butuh wadah, butuh ruang untuk speak up untuk masalahku dan keserahanku. Ini menjadi ruang untuk perempuan lain yang merasakan hal sama. Benang merahnya adalah menjadi perempuan, sudah lemah tidak bisa berbuat apa-apa, lemah dan bingung selalu disepelekan jadi akhirnnya berjuang sendiri. Tapi jangan pernah takut untuk bicara," tegasnya.
BACA JUGA:
Setelah film jadi, Nimas berharap juga bisa menjadi bahan kajian untuk akedemis. "Bisa menjadi pelajaran atau reminder untuk siapapun yang terobsesi, tanpa melihat gendernya, tolong jangan terobsesi sampai membuat hancur hidup orang lain," harapnya.
Sebagai wanita yang merasakan repotnya dikuntit selama 10 tahun, Nimas ingin tidak ada lagi yang menyalahkan Wanita jika ada pelaku yang tidak sopan. "Menjadi perempuan itu nggak mudah, dibaikin jadi obsesi. Dijahatin salah juga. Jadi posisi perempuan itu sangat rawan, ada ketidakadilan sosial. Semoga film dari kasusku ini membuat orang jadi lebih open minded," pungkasnya.