Bagikan:

YOGYAKARTA – Dalam beberapa penelitian, telur termasuk makanan yang tinggi protein tetapi berpotensi meningkatkan kolesterol. Namun penelitian terbaru cukup melegakan. Pasalnya, makan telur setiap hari selama seminggu atau total 12 butir telur tak berisiko kolesterol tinggi dengan catatan tertentu.

Perdebatan mengenai makan telur seberapa sering dan kaitannya dengan penyakit, banyak diteliti oleh para ahli. Salah satu yang menarik, bagaimana telur dapat memengaruhi orang-orang berisiko lebih tinggi terkena masalah penyakit kardiovaskular. Penelitian terbaru yang dipresentasikan peneliti di American College of Cardiology’s Annual Scientific, menunjukkan bahwa makan selusin telur fortified dalam seminggu tidak berdampak signifikan pada kolesterol dibandingkan makan dua atau lebih sedikit telur dalam seminggu.

Meskipun dibutuhkan banyak penelitian untuk mengkonfirmasi temuan ini, penelitian ini memberi referensi tentang seberapa amannya mengonsumsi telur. Telur fortifikasi adalah telur yang kandungannya telah dimodifikasi dari telur standar. Telur ini diperkaya nutrisi, asam lemak omega-3, dan beberapa vitamin. Telur terfortifikasi ini tidak memperburuk kolesterol bahkan mungkin memiliki manfaat dari mengonsumsinya.

risiko makan telur setiap hari menurut penelitian
Ilustrasi risiko makan telur setiap hari menurut penelitian (Freepik/Azerbaijan_stockers)

Telur mengandung banyak nutrisi bermanfaat, seperti protein, vitamin B12, yodium, dan vitamin D. Melansir Medical News Today, Kamis, 11 April, ada banyak pilihan untuk jenis telur. Telur yang terfortifikasi, memiliki kandungan nutrisi lebih tinggi karena komponen tertentu ditambahkan ke pakan ayam. Dalam penelitian lain, membuktikan makan satu butir telur sehari tidak berdampak besar pada risiko penyakit kardiovaskular.

Kelsey Costa, MS., ahli gizi terdaftar, mencatat bahwa telur adalah sumber protein tanpa lemak. Itu artinya baik dikonsumsi dan banyak mengandung mokronutrien penting. Termasuk folat, vitamin A, B2 atau riboflavin, B5, B12, fosfor, dan selenium. Namun komposisi telur sangat bervariasi. Tergantung cara produksinya dan metode memasak yang membahayakan.

Penelitian mengenai keamanan pada kesehatan ketika makan 12 butir telur atau lebih dalam seminggu ini, melibatkan 140 peserta dengan usia rata-rata 66 tahun. Peserta penelitian ini memiliki tingkat risiko terhadap hasil kardiovaskular buruk. Peserta dibagi menjadi 2 kelompok, satu kelompok diinstruksikan makan 12 atau lebih telur yang terfortifikasi setiap minggunya. Kelompok lainnya, makan kurang dari 2 butir telur setiap minggunya.

Hasil dari penelitian memeriksa kadar kolesterol menunjukkan HDL (high-density lipoprotein) dan LDL (low-density lipoprotein) dari peserta. Peneliti juga memeriksa kadar mikronutrien tertentu, kadar lipid, dan biomarker kardiometabolik serta inflamasi. Ketika peneliti membandingkan kedua kelompok, mereka menemukan perubahan HDL dan LDL yang serupa. Hal ini menunjukkan bahwa mengonsumsi telur terfortifikasi tidak berdampak negatif terhadap kolesterol pada peserta.

Penulis penelitian, Nina Nouhravesh, MD., ahli kardiologi dari Duke Clinical Research Institute, mengatakan. Bahwa konsumsi 12 atau lebih telur terfortifikasi selama seminggu, selama jangka waktu 4 bulan, tidak berdampak negatif terhadap kolesterol. Khususnya kolesterol LDL atau  “kolesterol jahat” dan HDL atau “kolesterol baik” jika dibandingkan dengan pasien yang menjalani diet tanpa suplemen telur.

Meskipun melegakan, masih perlu dilakukan penelitian lebih lanjut. Terkait dengan kandungan apa saja dalam telur terfortifikasi, perilaku kesehatan peserta penelitian, dan perubahan pola makan selama penelitian berlangsung. Belum lagi, penelitian ini didanai oleh salah satu produsen telur terbesar dunia. Artinya, pengamatan dan penelitian lebih lanjut perlu dilakukan.