Bagikan:

JAKARTA – Aktor Ibnu Jamil turut meramaikan tahun politik dengan membintangi film Kejarlah Janji yang disutradarai Garin Nugroho. Dalam film ini, Ibnu Jamil yang berperan sebagai seorang lurah bernama Janji Upaya akan beradu akting dengan Cut Mini hingga Shenina Cinnamon. Rencana nya film ini sendiri akan mulai tayang di tahun 2024.

Yang spesial dari film ini adalah bentuk kerjasama antara Komisi Pemilihan Umum (KPU) dengan sutradara Garin Nugroho sebagai bentuk sambutan tahun pemilu di tahun 2024 mendatang. Dalam sebuah kesempatan, Ibnu Jamil mencoba menjelaskan kepada VOI mengenai karakternya sebagai lurah di dalam film Kejarlah Janji ini. Ia mengaku bahwa Janji Upaya merupakan sosok pemimpin yang sangat hati-hati dan berusaha untuk selalu jujur kepada masyarakatnya.

“Saya berperan sebagai Pak Janji, nama lengkapnya adalah Janji Upaya. Dia adalah seorang pemimpin di sebuah desa, atau bisa disebut dengan Pak Lurah. Dia memimpin dengan sangat hati-hati, dan sebisa mungkin harus memang berusaha untuk jujur. Pemimpin yang jujur, pemimpin yang mencoba menyenangkan semua warga nya, tapi mungkin dia juga lupa di antara sekian banyak kegiatan atau aktivitas yang dijalankan sebagai lurah, tidak semuanya bisa bikin warganya bahagia,” ujar Ibnu Jamil di kantor VOI MEDIA, Tanah Abang, Jakarta Pusat, belum lama ini.

Ibnu Jamil (Foto: Savic Rabos, DI: Raga/VOI)

Berperan sebagai seorang lurah di sebuah desa di salah satu daerah di Yogyakarta sempat membuat Ibnu Jamil kebingungan untuk mencari referensi. Pasalnya, Ibnu yang selama hidupnya selalu berada di ibukota jarang bertemu dengan sosok lurah. Akhirnya, Ibnu mencoba memanfaatkan kemajuan media sosial untuk meriset dan mencari referensi sosok lurah di desa-desa pada zaman sekarang.

Bukan hanya melalui media sosial, Ibnu Jamil yang selama proses syuting juga beradu akting dengan para seniman lokal di Yogyakarta berusaha untuk mencari tahu melalui obrolan-obrolan santai. Ia sedikit demi sedikit mencari tahu mengenai sosok lurah di setiap desa yang mereka tinggali.

“Apalagi kalau saya tinggal di Jakarta Pusat untuk cari Pak Lurah tuh kayaknya gimana gitu, pasti akan terjadi perbedaan kan, karena kita settingannya ini ada di sebuah desa dan kita itu memang syutingnya itu di Jogjakarta, dan itu pasti masyarakatnya beda dengan yang ini saya tinggal sekarang. Jadi mau nggak mau saya observasinya yang paling gampang adalah menggunakan YouTube,” lanjut Ibnu Jamil.

“Kesulitan berat sih enggak. Tapi kalau kesulitan-kesulitan kecil ada memang, itu dapat diatasi dengan teman-teman di sana, memang kan ada aktor-aktor yang memang dari Jogja, terus seniman-seniman dari Jogja, konsultasi sama mereka, oh kalau di tempat saya begini, di tempat saya begini, malah kadang sarungan atau masih yang santai. Kalau misalnya kalau nggak di kantor atau di rumah," terangnya.

Ibnu Jamil (Foto: Savic Rabos, DI: Raga/VOI)

Tapi, menurut Ibnu Jamil, ada juga lurah yang emang selalu rapi, kalau sudah keluar rumah untuk menjaga bukan menjaga wibawa lebih yang memang ingin bertemu dengan masyarakatnya itu ya dengan rapi.

"Dan yang satu saya coba mau ambil dari observasi itu adalah biasanya di lurah-lurah yang masih di kampung masih pakai peci, itu yang saya ambil, saya mau tampilkan sisi agamis nya dari seorang lurah ini, religinya. Kan ada juga yang tampilannya trendy, rambutnya klimis, stylish itu ada juga,” sambungnya.

Film Kejarlah Janji sengaja dibuat oleh KPU sebagai bentuk kampanye kepada masyarakat untuk menggunakan hak suara mereka pada Pemilu 2024 dengan baik dan benar. Melihat hal ini, Ibnu merasa bahwa film ini memiliki visi misi tersendiri di dalamnya. Hal ini yang akhirnya menjadi alasan suami dari Ririn Ekawati ini setuju untuk bermain di film Kejarlah Janji karena ingin memberikan sebuah peninggalan bagi anak serta cucunya bahwa ia bermain di sebuah film yang memiliki pesan mendalam.

“Sangat, saya nggak tahu ya, ya ada beberapa tahun terakhir ini saya harus menanamkan ke diri saya kalau mengambil film itu yang harus sifatnya longlasting, supaya kalau suatu saat anak saya, cucu saya nonton, ‘oh kakek atau bapak pernah main film ini’ jadi film itu buat saya sebuah legacy sih, nanti bisa anak cucu saya bisa nonton,” tutur Ibnu Jamil.

Bermain di dalam film yang kental dengan nilai politiknya ternyata tidak menjadi sebuah beban bagi pria berusia 42 tahun ini. Ibnu mengaku bahwa ia merupakan sosok yang cukup mengikuti berita terkait politik yang ada di Indonesia. Namun, kalau diajak untuk terjun kedalam dunia politik itu sendiri, Ibnu Jamil saat ini masih belum memberanikan diri.

“Kebetulan saya suka banget sama politik, lebih mengamati saja kalau terjun ke politiknya, belum. Gitu. Jadi untuk kata-kata itu sudah familiar dan saya tahu, tapi kadang kata mas Garin kalau terlalu kata-kata itu terlalu tinggi takutnya di kampung itu apa iya di kampung itu bisa mengerti warga-warganya? Coba kita cari memang kata-kata yang sangat populer atau memang yang bisa dimengerti sama masyarakat kampung tersebut. Adaptasi dan itu selalu dikonsultasikan dengan Mas Garin,” jelasnya.

Tak Pernah Bosan Akting

Ibnu Jamil (Foto: Savic Rabos, DI: Raga/VOI)

Ibnu Jamil mengawali karirnya sebagai seorang bintang iklan ketika ia masih menempuh pendidikan perkuliahan semester tengah. Pada awalnya, ia sudah melakukan casting berbagai macam iklan dalam waktu setahun namun tidak kunjung mendapatkan peran, hal ini malah menjadi sebuah motivasi bagi Ibnu yang memiliki rasa ingin tahu tinggi untuk terus mencoba sampai akhirnya mendapatkan peran dalam iklan sampai bisa bermain di berbagai film-film terkenal di Indonesia.

“Saya awal dari bintang iklan, komersial add, jadi waktu saya masih kuliah, saya masih kuliah semester tengah, saya casting-casing, setahun nggak dapat, tapi saya nggak tahu kenapa, saya orangnya penasaran gitu, ngulik lah, ‘ini tuh sulitnya di mana? Ini titiknya di mana?’, oh pas tahu terus juga kayak merasa jadi kuncinya ketika saya di kamera itu tidak merubah dan bisa menghadapi medan perang," katanya.

"Ini nih kayak gini tuh buat saya medan perang, dan saya sudah bisa meng-handle itu ya terbukti pas setelah saya bisa meng-handle itu, ya kerjaan hasil dari casting itu sudah berbuah hasil, dan dapat bintang iklan mulai dari iklan yang low, medium, sampai iklan-iklan produk terkenal saya pernah dapatkan, nah setelah itu saya baru mendapatkan tawaran main film, saya sempat main film sekali setelah itu saya ke sinetron, sinetron, FTV, film,” lanjut Ibnu Jamil.

Meski begitu, pria yang menyukai bola ini menuturkan tidak pernah kepikiran untuk terjun ke dunia seni peran, karena pada awalnya ia ingin bekerja di sebuah biro iklan yang sejalan dengan jurusannya ketika berkuliah yaitu advertising. Ibnu juga menceritakan bahwa latar belakang dari keluarganya sendiri tidak ada yang berasal dari keluarga berdarah seni.

Ibnu Jamil (Foto: Savic Rabos, DI: Raga/VOI)

“Malah justru nggak lah, jadi saya dulu pas begitu mau lulus kuliah saya sempat apply beberapa lamaran ke TV-TV dan ke biro iklan, karena jurusan kuliah saya dulu di advertising saya sempat mengajukan lamaran itu, saya nggak tahu kenapa saya ingin menjadi creative director, atau mungkin ya script writer, pokoknya bekerja di biro iklan dulu. Tapi nggak tahu kenapa kepleset di depan layar,” ungkapnya.

“Nggak ada. Latar belakang keluarga saya, papa saya pengusaha, wiraswasta, ibu saya ibu rumah tangga, kakak saya kerja di media, adik saya sempat notaris terus sama arsitek. Jadi, saya aja nih yang meleset ke dunia seni peran,” sambungnya.

Untungnya selama berkarya di dunia seni peran, keluarga mengatakan selalu didukung oleh keluarganya. Karena bagi sang ibu, anak-anaknya bisa bekerja dengan pekerjaan yang benar saja sudah menjadi hal yang baik.

“Nggak ada, malah orangtua saya, bapak, mamah, itu selalu support apapun yang dikerjakan selagi anaknya itu dia tahu kerjaannya itu halal. Selagi halal, sikad kata orangtua, jadi selalu support,” katanya.

Sejauh perjalanan karirnya yang tak selalu mulus, Ibnu mengakui tidak pernah merasa bosan dengan pilihan karirnya ini. Hal ini dikarenakan Ibnu menanamkan kepada dirinya sendiri untuk selalu mengambil projek film yang memang membuatnya bahagia. Sehingga ketika dijalani ia bisa menjalaninya dengan sebaik mungkin tanpa adanya beban yang dirasakan.

Ibnu Jamil (Foto: Savic Rabos, DI: Raga/VOI)

“Nggak ada sih, saya nggak pernah bosan atau capek di dunia seni peran. Saya menikmati sekali dengan seni peran ini, yang tadi saya bilang, pokoknya kalau saya sudah mengambil segala sesuatunya itu yang pertama saya pertimbangkan adalah saya happy nggak nih saya kerjaan yang akan saya ambil? Jadi, itu yang dulu saya tanamkan ketika saya mau ambil kerjaan,” jawab Ibnu Jamil.

Hal itu yang akhirnya membuat Ibnu Jamil belum memikirkan untuk berhenti atau mundur dari dunia seni peran. Ia mengatakan selama masih dibutuhkan untuk berperan dalam sebuah film ia akan dengan senang hati menerimanya. Selain itu, Ibnu juga menyampaikan bahwa ia tidak memiliki kekhawatiran akan digantikan oleh pemain-pemain muda, karena yang terpenting bagi Ibnu Jamil untuk bekerja di segala bidang pekerjaan adalah attitude atau cara bersikap.

“Oh sampai terus, kayaknya sih. Kalau masih dibutuhkan dan masih laku dan sama satu lagi saya nggak pernah takut sama persaingan atau regenerasi gitu, selagi kita masih punya skill, punya attitude saya yakin itu pasti akan dilirik, masih tawaran itu pasti akan selalu datang. Tapi nomor satu bagi saya adalah attitude sih, percuma punya skill bagus kalau attitudenya nggak bagus pasti orang akan malas bekerjasama dengan orang tersebut, jadi karena gini attitude itu kunci dari dunia pekerjaan,” ucap Ibnu Jamil menutup perbincangan dengan VOI.