Bagikan:

JAKARTA - Chelsea Islan dikenal sebagai salah satu aktris dengan akting terbaik di generasinya. Tidak hanya berakting di depan kamera, aktris 28 tahun itu juga beberapa kali tampil di panggung teater.

Dalam waktu dekat, Chelsea Islan akan kembali ke panggung teater. Ia akan bermain dalam pertunjukan teater berjudul Ariyah dari Jembatan Ancol yang diproduksi oleh Titimangsa. Kali ini merupakan penampilannya yang ke-5 dalam teater, setelah debut akting profesionalnya pada 2013 lalu.

Chelsea Islan senang bisa kembali bermain teater, setelah terakhir kali bermain dalam Nusa yang Hilang (2021). Ia merasa terharu bisa kembali berakting langsung di hadapan penonton.

“Ini pertama kali lagi balik ke teater setelah dua tahun. Ibaratnya kembali ke akar, karena pas masih kecil aku awalnya dari teater. Ada rasa haru dan campur aduk,” ujar Chelsea Islan saat konferensi pers di Menteng, Jakarta Pusat pekan lalu.

Mulai berakting sejak masih sekolah, Chelsea Islan menyebut teater yang memperkenalkannya dengan dunia seni peran. Ia bahkan menyebut teater yang melahirkannya sebagai seorang aktris.

“Tanpa teater aku nggak bisa seperti ini. Teater udah dari awal sebelum main film. Ibaratnya yang melahirkan aku itu teater. Makanya ada perasaan seperti sedih dan terharu (saat kembali ke panggung teater). Jadinya aku bersyukur,” kata Chelsea Islan.

Dalam pertunjukan teater Ariyah dari Jembatan Ancol, Chelsea Islan berperan sebagai karakter utama, Ariyah. Ia akan beradu akting dengan Mikha Tambayong, Ario Bayu, Gusty Pratama, Lucky Moniaga, Derry Oktami, Sarah Tjia, Rahayu Saraswati, Ririn Ekawati, Joind Bayuwinanda, Josh Marcy dan Siko Setyanto.

Happy Salma selaku produser mengatakan bahwa pertunjukan teater ini dihadirkan untuk memberi rasa baru bagi penikmat seni peran. Ia ingin menawarkan kisah horor yang punya sensasi berbeda dari yang ditampilkan di film.

“Kalau biasanya menonton film horor itu sangat menegangkan, bayangkan bagaimana hal itu diwujudkan di atas panggung. Tidak hanya memberikan pengalaman batin, namun juga sensasi lain yang dimunculkan di area pertunjukan,” tutur Happy Salma.

“Selain itu, kita juga bisa melihat perspektif lain dari sejarah yang ada di Indonesia, bahwa legenda urban itu sendiri bukan sesuatu yang ditujukan untuk menakut-nakuti, namun itu adalah cerminan psikologis dan sosiologis masyarakat yang ada di sekitarnya,” sambungnya.

Sementara itu, Heliana Sinaga sebagai sutradara menyebut pertunjukan yang dihadirkan dengan gagasan solidaritas sesama perempuan. Akan ada dua alur yang akan membuat pertunjukan lebih dinamis.

“Ariyah dari Jembatan Ancol merupakan pertunjukan yang berbasis legenda urban yang dilandasi oleh gagasan solidaritas atau persaudaraan sesama perempuan. Teks dan pemanggungannya hilir mudik antara masa lalu dan masa kini, namun saling berkelindan untuk membuat pertunjukan ini menjadi lebih dinamis dan intens,” kata Heliana.

Pementasan ini diawali tahun 1817-an di mana Ariyah, seorang wanita yang menjadi jaminan utang ibunya kepada Juragan Tambas. Namun, ketika mereka tidak bisa membayar utang, Ariyah terpaksa menjadi istri muda si Juragan.

Pemberontakan dari kekasih Ariyah, Karim akhirnya berujung pada tragedi dan kematian keduanya. Mayat Ariyah dibuang dari Jembatan Ancol, sedangkan mayat Karim tidak diketahui keberadaannya. Ariyah yang tidak pernah merasa dirinya mati akhirnya gentayangan mencari kekasihnya. Ia juga gentayangan karena tak sempat meminta maaf dan berpamitan pada ibunya setelah usulnya menjadi jaminan utang berakhir petaka.

Di masa kini, Ariyah yang gentayangan bertemu bersama dengan Yulia, Yudha, dan Tante Mus yang berusaha menghadapi mafia tanah bernama Bos Mintarjo yang mengancam rumah mereka. Dalam prosesnya, hubungan masa lalu dan aroma kayu manis menjadi kunci dalam memecahkan misteri yang melibatkan cinta, dendam, dan keberanian.

Pertunjukan teater Ariyah dari Jembatan Ancol akan berlangsung pada 27-28 Juli mendatang di Teater Jakarta, Taman Ismail Marzuki.