Bagikan:

YOGYAKARTA – Obrolan yang menyenangkan tentu porsinya seimbang. Termasuk ketika seseorang bercerita tentang diri sendiri, tidak akan mendominasi topik obrolan. Tetapi kalau Anda pernah masuk dalam obrolan yang didominasi mengobrolkan tentang diri sendiri, tentu ada alasannya. Kalau menurut penelitian psikologi, percakapan yang fokus pada diri sendiri, merupakan obrolan yang egois dan menggambarkan seseorang tidak peka. Tetapi, ternyata lebih dari itu, Amanda Rose, Ph.D., meneliti tentang hal tersebut.

Dalam penelitiannya, Rose mengamati seberapa umum dan sejauh mana orang fokus pada diri sendiri. Lewat mengkodekan data dari pembicaraan 15 menit remaja dengan temannya, Rose dan rekan penelitinya menemukan beberapa hal terkait dengan perilaku dan kesehatan mental.

Orang yang berfokus pada diri sendiri menggambarkan perilaku yang membingungkan, terutama ketika dalam satu lingkaran obrolan. Ini menandai bahwa perilaku mereka tidak sesuai dengan tujuan. Di satu sisi, mereka mencari perhatian, penegasan, validasi, dan dukungan. Tetapi karena perilaku mereka, membuat orang menjauh sehingga tidak mendapatkan apa yang mereka cari.

fokus pada diri sendiri saat ngobrol dengan orang
Ilustrasi fokus pada diri sendiri saat ngobrol dengan orang (Freepik)

Lantas mengapa orang suka terlibat dalam percakapan dan mengalihkan pada topik tentang diri sendiri? Untuk beberapa orang, menurut penelitian berdasarkan teori psikologi klasik tahun 1970-an yang dilansir Psychology Today, Minggu, 21 Mei, berkaitan dengan depresi. Teorpi ini dikembangkan oleh James Coyne, yaitu teori depresi interpersonal. Coyne berspekulasi bahwa orang yang depresi terlibat dalam ‘pengungkapan masalah intim yang tidak timbal balik dan tinggi’. Dengan kata lain, orang yang membajak percakapan untuk fokus hanya pada masalah mereka sendiri sebenarnya bisa jadi depresi daripada hanya bersikap kasar atau tidak peka.

Faktanya, orang yang depresi berpikir berbeda tentang masalah mereka. Mereka cenderung fokus pada diri sendiri. Ketika orang sedih, khawatir, dan putus asa, mereka cenderung merenungkan atau memikirkan masalah mereka berulang kali. Karena begitu berfokus pada masalah diri, pandangan seseorang tentang dunia menjadi sangat sempit dan hanya memiliki sedikit ruang tersisa untuk orang lain.

Penelitian Rose diikuti oleh remaja dan orang dewasa. Penelitian menemukan bahwa orang yang terlibat dalam percakapan berfokus pada diri sendiri lebih tertekan daripada orang yang tidak. Apabila lawan bicara Anda mendominasi dan cenderung membicarakan dirinya sendiri, mungkin mereka tak sepenuhnya menyadarinya.

fokus pada diri sendiri saat ngobrol dengan orang
Ilustrasi fokus pada diri sendiri saat ngobrol dengan orang (Freepik)

Saran Rose, penting memiliki batasan jelas tentang berapa lama Anda akan mendengarkan. Penting pula berbicara dengan mereka, ini bertujuan untuk memberi kesempatan lawan bicara memperbaiki perilaku. Sejauh yang Anda bisa, cobalah mengingat bahwa mereka mungkin menderita. Tidak berarti Anda harus mengabaikan kebutuhan Anda sendiri, tetapi menjadi pendengar yang sabar sedikit membantu mereka.