Bagikan:

JAKARTA - Sebentar lagi umat muslim akan memasuki bulan Ramadan, dimana ini merupakan bulan penuh rahmat, berkah, dan ampunan. Ini merupakan bulan istimewa dibandingkan bulan lainnya. Mengapa? Sebab pada bulan Ramadan, pahala ibadah dilipatgandakan, doa-doa dikabulkan, dosa diampuni, dan pintu surga terbuka. Jika diibaratkan, Ramadan sama seperti tamu agung yang selalu dinantikan kedatangannya.

Jika kedatangan tamu saja butuh persiapan dari tuan rumah, maka begitu juga dengan Ramadan. Persiapan dibutuhkan agar umat dapat maksimal memanfaatkan ibadah di bulan suci tersebut. Ada beberapa sikap terpuji para ulama terdahulu dalam menyambut Ramadan yang patut dicontohi.

Pertama, menyambut Ramadan dengan rasa bahagia dan gembira. Melansir NU Online, Rabu, 15 Maret, Yahya bin Abi Katsir memohon doa pada Allah untuk pertemukan dia dengan selamat hingga ke bulan Ramadan, selamatkan bulan Ramadan untukknya, dan selamatkan dia hingga selesai Ramadan. 

Kedua, dengan pengetahuan yang dalam. Puasa Ramadan merupakan salah satu rukun Islam yang wajib dilaksanakan setiap Muslim. Ibadah puasa mempunyai ketentuan dan aturan yang harus dipenuhi agar sah dan sempurna. Sesuatu yang menjadi  prasyarat ibadah wajib, maka umat wajib memenuhi dan mempelajarinya.

Ilmu tentang ketentuan puasa atau fiqih puasa merupakan hal yang wajib dipelajari setiap Muslim, minimal tentang hal-hal yang menjadi sah dan tidaknya puasa. Pengetahuan utuh tentang bulan Ramadan akan menghindarkan dari kesalahan-kesalahan yang bisa merusak bahkan membatalkan ibadah puasa.

Ketiga, dengan doa. Bulan Ramadhan selain merupakan bulan karunia dan kenikmatan beribadah, juga merupakan bulan tantangan. Tantangan menahan nafsu untuk berbuat jahat, menahan haus dan lapar, serta tantangan untuk menggapai kemuliaan malam Lailatul Qadar. Keterbatasan manusia mengharuskannya untuk selalu berdoa agar optimis melalui bulan Ramadan.

Keempat yaitu tekad dan perencaan matang dalam mengerjakan ibadah-ibadah selama Ramadan. Misal, keinginan berapa kali mengkhatam Al-Quran, berapa kali salat malam, berapa banyak sedekah yang dikeluarkan, maupun berapa sering memberi makan orang berpuasa.

Terakhir, persiapan materi. Yang dimaksudkan bukan untuk bermewah-mewah membeli kebutuhan berbuka dan sahur. Tapi finansial yang ditujukan untuk menopang ibadah sedekah dan infak.