Eksklusif, Ikatan Cinta Jane Shalimar Putus Lagi
Jane Shalimar (Foto: Savic Rabos, Digital Imaging: Ilham Amin)

Bagikan:

Tak ada yang mengharapkan perceraian ketika menikah. Doa-doa baik disematkan untuk ikatan cinta yang suci sebagai suami istri. Begitu pula ketika Jane Shalimar memutuskan menerima lamaran Arsya Wijaya dulu. Jane mengaku terpesona oleh keseriusan Arsya pada awal pertemuan mereka.

"Awalnya itu orangnya sangat baik, perhatian, saya juga dikenalin ke keluarganya semua. Dia anak bontot, saya deket ke kakak-kakaknya semua. Dari awal kenal sampai akhirnya diajak kenal kan cuma 2-3 bulan. Juli kenal, Oktober 2019 sudah menikah secara agama," kata Jane Shalimar saat ditemui secara ekslusif tim VOI di kediamannya, di Pejaten, Jakarta Selatan. 

Kedekatan Arsya untuk putra semata wayangnya, Muhammad Zarno menjadi alasan Jane untuk menikah. Menurut wanita kelahiran 2 Juni 1980 ini melihat pendekatan Arsya ke Zarno bagus. "Hubungannya dekat, ada effort untuk mendekati anak. Yang kita lihat bagaimana kedekatannya dengan anak. Karena anak ok, akhirnya saya putuskan terima ajakan menikah," terangnya. Selain Zarno, Arsya kala itu juga melakukan juga pendekatan ke keluarga Bapak Jane untuk meminta hak wali dengan baik. 

Layaknya pengantin baru, Jane merasa pernikahannya baik-baik saja di awal. Bahkan dia rela pindah tinggal ke Bandung untuk berbakti pada suaminya. "Sejak Oktober menikah itu semua berjalan normal, kalau ke Jakarta saya ajak ketemu tante. Karena lebih nyaman di Bandung jarang di Jakarta lama dan keliling-keliling. Jadi kalau ada urusan kerjaan yang mengharuskan aku stay di Jakarta ya aku sendiri," paparnya. 

Ketika melakukan persiapan untuk menikah secara hukum, Jane mulai merasakan hal-hal yang aneh. Salah satunya perpindahan rencana tempat dari Bandung ke Karawang dua minggu sebelum acara. "Di bulan Februari itu kita lebih banyak di Kerawang. Tadinya saya minta menikah di Bandung aja, karena keluarga banyak di Bandung. Tiba-tiba H-14 dia memutuskan untuk pindah acara ke Karawang karena menurut dia di Karawang lebih dekat dari Jakarta sehingga keluarga bisa pulang pergi," katanya. 

Tentu saja Jane harus mengurus ulang semua persyaratan numpang nikahnya. "Saya sudah terlanjur mengajukan surat numpang nikah di Bandung, akhirnya dipindah ke Karawang. Semua dokumen lengkap dan saya titipkan ke dia. Mendekati hari H kita sudah mempersiapkan semua dan pernikahan terlaksana 20 Februari 2020," jelasnya.

Memang dari awal pernikahan itu belum bisa resmi terdaftar karena harus menunggu akta cerai dari pengadilan, untuk mengganti status di KTP. "Saya nggak tahu apakah alamat atau apanya yang diganti. Dia bilang akan diurus. Ya saya percaya saja," papar Jane. 

Sebenarnya, saat hari H selesai acara, penghulu bilang buku nikah belum diurus. "Katanya buku nikah buat formalitas dulu. Saya pikir karena dua minggu mepet banget," kenangnya.  

Setelah pernikahan berlalu, Jane sebenarnya selalu mengingatkan untuk mengurus KTP karena ingin mengurus kartu keluarga yang baru. Namun, selalu dibilang dokumen saya yang tidak lengkap. "Saya minta apa yang kurang biar saya lengkapi tapi nggak dijawab. Dia selalu balikin dokumen saya yang nggak lengkap makanya akta nikah nggak keluar. Pas semua masalah bergulir terakhir dia bilang dokumennya mau diurus sendiri. Saya nggak ngerti makna akan diurus sendiri, karena KTP kan memang harus diurus di Bandung bukan di Karawang. Dia alasan pengin bikin KTP baru, KTP lama sudah digunting," katanya.

Bagaikan disambar petir di siang bolong, Jane tahu pernikahannya tidak terdaftar secara hukum dari media. Apalagi Jane saat itu sedang berniat mengajukan gugatan perceraian. Tapi kenyataannya yang hendak digugat tidak pernah terdaftar secara hukum. 

"Pas mau masukin gugatan, kan minta buku nikah. Kaget pas tahu nggak terdaftar karena pas ngurus semua surat itu saya temani ke beberapa tempat. Tim lawyer ini rancu karena orangnya susah ditemuin. Ditanya kok nomor registrasi buku nikah nggak ada itu nggak ada penjelasan. Sampai saya minta pengacara di Bandung untuk mengecek akta nikah saya. Rupanya dia langsung koordinasi sama Bang Ramdan, saya baru tahunya kemarin. Pas lagi santai, tiba-tiba teman saya ngirim video keterangan pegawai KUA Karawang. Memberi keterangan bahwa pernikahan kami tidak terdaftar," katanya.

Awalnya Jane justru berfikir beritanya salah. "Rupanya kendalanya ternyata KTP Beliau, selama ini padahal dibilangnya saya yang bermasalah," keluhnya. 

Tak mau banyak berfikir, Jane menganggap ini adalah jalan mudah untuk memutus pernikahan yang dianggapnya sudah tidak berdampak positif. "Saya tanya, katanya secara agama sudah putus sejak Oktober ditalak tiga. Pas kemarin saya cek, petugas KUA mengatakan karena tidak terdaftar jadi nggak perlu mengajukan gugatan ke pengadilan," katanya. 

Tak mau membicarakan aib mantan suami, Jane Shalimar memilih untuk move on. Meskipun banyak yang mencelanya suka kawin cerai, Jane tak ambil pusing. Yang terpenting keluarga dan sabahat memahami bahwa ini semua bukan keinginannya.

"Saya sih mikir tidak ada yang ingin bercerai dalam pernikahan siapapun. Begitupun saya. Tapi kalau kita terus menerus berada di lingkungan kehidupan rumah tangga yang kondisi tidak sehat dan tidak bisa diperbaiki, tinggal berdua di rumah tapi komunikasi bisa dihitung dengan jari lebih sibuk dengan handphone toxic jadinya. Kalau saya yang ngajak berubah kesannya saya nuntut terus, jadi setelah talak ketiga harapannya perempuan pengin dijemput dibaik-baikin, tunjukkan upayanya untuk mempertahankan ya sudah," kata Jane. 

Pada akhirnya persoalan rumah tangganya menjadi konsumsi publik karena unggahan Arsya Wijaya yang menyebut Jane menghilang, dia sempat mencoba untuk memperbaiki. "Sampai saya pulang ke Bandung untuk membicarakan masalah ini, minta mediasi ke saudara. Tapi yang dilakukan malah ngirim pesan ke teman-teman saya, mengatakan saya menghilang. Orang kan jadi bingung. Dia biasa meluapkan emosi dia dengan status di media sosial, dan orang mikirnya mengacu ke istrinya sih. Tante saya saja sampai bilang tolonglah kalau ada masalah jangan ngadu kemana-mana, dia bilang iya sih cara saya salah. Eh tapi dilakuin lagi. Ya sudah buat apa dipertahankan?" jelasnya.

Jane merasa beruntung karena tidak perlu memberi penjelasan detail kepada anaknya. Perubahan sikap Arsya membuat Zarno paham mengapa Mamanya mengambil keputusan bercerai. 

"Menjelaskan ke anak itu nggak perlu kata-kata khusus. Karena setelah menikah sikapnya berubah setelah menikah. Kalau ketemu anak nggak menegur, nunjukkin kalau nggak suka jadi rasanya kayak nggak suka gitu.  Dia tahu ada yang terjadi diantara kami ketika saya tinggal di Jakarta terus," katanya. 

Pertemuan terakhir Zarno dengan Arsya memang sudah tidak mulus lagi. Arsya memilih menghindari Zarno ketika itu. Ditambah Arsya marah tanpa alasan yang jelas.

"Dia marah sampai banting gelas di depan anakku. Padahal aku nggak pernah marah begitu di depan anaknya. Zarno sampai pamit pulang Jakarta karena nggak pengin jadi penyebab masalah papa mamanya. Coba bayangkan jadi ibu bagaimana perasaannya?" kata Jane.

Dengan terbuka Jane bilang karena ada masalah, minta maaf karena Zarno harus berhadapan dengan situasi seperti ini. "Dia bilang nggak papa, selama mama senang aku ikut senang. Aku nggak mau mama sedih," katanya. 

Sekarang, Jane Shalimar sudah kembali berdiri tegak. Dia menerima takdirnya untuk kembali menyandang status janda.  "Semua ada hikmahnya, nggak mau terlalu dibawa ke belakang. Begitu nggak harus urus pengadilan ini lebih santai," terangnya.

Dukungan keluarga pun menguatkannya. "Saya berusaha bertahan dan memaafkan tapi yang ada malah makin parah. Setelah saya jelaskan ke keluarga, mereka nyerahin ke saya. Mereka bilang kalau kamu mengangkat beban yang nggak kuat dibawa ya lepasin. Karena kalau dipaksa nanti aku yang rusak," kenangnya. 

Masalah ini membuatnya menjadi semakin dewasa dalam berpikir. "Saya tidak mau terpancing dalam polemik. Saya lebih memilih untuk melakukan self treatment. Saya tenangkan diri saya sendiri, dipancing seperti apapun supaya marah saya istighfar aja. Saya balikin ke Allah saja, saya berpikir masih banyak yang sayang saya. Keluarga saya dan sahabat saya tahun saya jadi tidak perlu klarifikasi," katanya. 

Jane bersyukur banyak dukungan dan silaturahmi yang terjalin dengan teman-teman yang merasa simpati denganya. Urusan jodoh di masa depan, Jane Shalimar santai saja.

"Semua saya saya serahkan ke Allah, mau perkejaan, bahagia, sedih saya ngadu ke Allah. Saya yakin ini semua tidak akan terjadi kalau Allah tidak yakin saya bisa handle. Saat gagal saya mohon ampun sama Allah. Kalau dibilang saya kawin cerai saya bilang nggak ada yang mau ini terjadi. Saya fokus menata masa depan saya. Saya mau kuliah lagi, mau fokus ke anak saya," pungkasnya.