JAKARTA - Food and Agricultural Organization (FAO) baru saja merilis 50 daftar makanan street food paling favorit seluruh dunia. Street food atau makanan yang dijajakan di tepian jalan, menurut FAO didefinisikan sebagai makanan dan minuman siap saji yang disiapkan dan/atau dijual di tempat umum atau jalanan.
Salah satu daftarnya adalah makanan olahan berbahan dasar tempe yaitu tempe mendoan. Bagi warga Indonesia, tempe tentu makanan yang sangat familiar. Dimasak dengan berbagai cara, tempe tak bisa lepas dari kehidupan sehari-hari.
Terbuat dari kacang kedelai dengan cara difermentasi, tempe merupakan makanan yang murah namun bergizi. Ada sejumlah manfaat tempe untuk kesehatan yang perlu diketahui oleh masyarakat.
Sebagai sumber protein nabati, tempe adalah pilihan yang populer di kalangan masyarakat karena kaya akan nutrisi. Salah satu kandungan nutrisi tempe adalah tinggi protein, vitamin, dan mineral tetapi rendah natrium dan karbohidrat. Selain itu, tempe juga bisa dijadikan banyak olahan.
Menurut DR. dr. Fiastuti Witjaksono, MSc, MS, SpGK, seorang dokter gizi klinis, menjelaskan kandungan protein dan kalsium pada tempe setara bahkan lebih tinggi dibandingkan dengan daging sapi. "bahkan selain itu, kandungan lemak jenuh dan garam pada tempe lebih rendah dibandingkan dengan daging sapi," Jelas dr. Fiastuti ditemui di kawasan Wijaya, Jakarta Selatan, Senin, 27 Februari.
Lebih lanjut, dokter yang membuka praktek di RSCM ini memaparkan bahwa tempe merupakan makanan super atau superfood asli Indonesia. Ia pun memberikan data mengenai 100 gram tempe setidaknya mengandung 20,8 gram protein, 8,8 gram lemak, 1,4 gram serat, dan 201 kalori. Sebagai perbandingan, dalam 100 gram daging sapi biasanya hanya mengandung 17,5 gram protein.
Alumni Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ini juga menginformasikan jika tempe juga baik untuk pembentukan tubuh dan kesehatan pencernaan anak-anak hingga orang tua. "Dengan gizi yang tinggi, tempe diproduksi dengan energi yang lebih rendah dan dijual lebih murah dibanding daging sapi di Indonesia," paparnya.
Menurut Dr. Dra. Suliantari, MS., ahli Tempe, menjelaskan bahwa membuat tempe merupakan satu hal yang mudah, namun yang higienis dan memenuhi standar merupakan hal yang sulit. "Terutama menyangkut kebiasaan membuat tempe di Indonesia sendiri. Sejumlah produsen tempe di Indonesia telah menerapkan Standar Nasional Indonesia (SNI) dan standar mutu tempe internasional (codex). Codex tersebut lebih banyak mengadopsi ke SNI," jelasnya.
BACA JUGA:
Suliantari pun memaparkan, guna menghilangkan rasa bosan saat memakan tempe, masyarakat dapat mencoba berbagai olahan lainnya. "Misalnya keripik tempe, yang mudah untuk dikonsumsi," paparnya.
Menjawab hal itu, Taro, sebagai salah satu pemimpin pasar di industri snack sadar akan kebutuhan tersebut. Menjadikan tempe sebagai olahan yang seru dan penuh petualangan.
Snack yang telah menjadi kegemaran anak-anak lintas generasi sejak 1984 ini, terus berinovasi dalam mengikuti perkembangan zaman. Petualangan tanpa batas menjadi cara taro untuk mengajak konsumennya untuk memiliki pengalaman yang tak terlupakan sepanjang hidupnya untuk mengeksplorasi hal-hal baru.
Selain anak-anak, konsumen yang sudah dewasa pun dapat merasakan petualangan tanpa batas tersebut. Taro Tempe menjadi titik awal untuk memperkenalkan Tempe yang menjadi kebanggaan masyarakat Indonesia, menjadi lebih luas baik di pasar Indonesia maupun global.
"Dengan kemasan yang higenis, kripik tempe ini bisa mendunia. Kami sudah membawa ke pameran market global dan China bersedia menerima dengan label keripik berprotein tinggi. Kita harus bangga, saatnya tempe mendunia," ujar Brand Development Dept Head Taro, Marselus Albert Chandr.