YOGYAKARTA – Epilepsi merupakan penyakit otak kronis yang menjangkit sekitar 50 juta orang di seluruh dunia. Penyakit ini membuat aktivitas otak menjadi tidak normal, menyebabkan kejang, dan kehilangan kesadaran. Epilepsi bisa menyerang siapa saja, baik orang dewasa ataupun anak-anak.
Di masyarakat, ada anggapan bahwa epilepsi merupakan penyakit yang dapat ditularkan lewat air liur. Gara-gara anggapan ini, penderita epilepsi yang mengalami kejang di tempat umum, kerap tidak ditolong karena takut tertular. Lantas, apakah epilepsi menular lewat air liur?
Apakah Epilepsi Menular?
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization), epilepsi adalah penyakit yang tidak menular. Penyakit ini ditandai dengan kejang berulang, yang merupakan episode singkat gerakan tak sadar yang mungkin melibatkan sebagian tubuh atau seluruh tubuh dan terkadang disertai dengan hilangnya kesadaran dan kontrol fungsi usus atau kandung kemih.
Episode kejang adalah akibat pelepasan listrik yang berlebihan pada sekelompok sel otak. Bagian otak yang berbeda dapat menjadi tempat pembuangan tersebut.
Kejang dapat bervariasi dari gangguan perhatian yang paling singkat atau sentakan otot hingga kejang yang parah dan berkepanjangan. Kejang juga dapat bervariasi frekuensinya, dari kurang dari satu kali per tahun hingga beberapa kali per hari.
Hal yang sama juga diungkapkan oleh Dokter Spesialis Saraf Rumah Sakit Akademik (RSA) UGM dr. Fajar Maskuri, M.Sc., Sp.S., Menurut dia, penyakit epilepsi tidak dapat ditularkan lewat kontak fisik maupun air liur.
“Sebenarnya epilepsi adalah gangguan saraf otak sehingga harus dirawat oleh dokter saraf. Meski bersentuhan kulit atau terkena air liur si penderita saat kita menolong itu tidak akan tertular. Minimal mengamankan pasien terkena cedera saat kejang,” kata Fajar, dikutip VOI dari laman resmi UGM belum lama ini.
Gejala Epilepsi
Sebagaimana yang sudah disinggung di atas, epilepsi dapat membuat aktivitas otak menjadi tidak normal. Kejang dapat berpengaaruh terhadap proses koordinasi otak si penderita. Tanda dan gejala epilepsi seperti:
- Kebingunan sementara
- Otot kaku
- Gerakan menyentak tak terkendali dari lengan dan kaki
- Kehilangan kesadaran
- Gejala psikologis seperti ketakutan, kecemasan atau déjà vu.
Selain itu, penderita epilepsi cenderung memiliki lebih banyak masalah fisik (seperti patah tulang dan memar akibat cedera yang berhubungan dengan kejang), serta tingkat kondisi psikologis yang lebih tinggi, termasuk kecemasan dan depresi. Demikian pula, risiko kematian dini pada penderita epilepsi hingga tiga kali lebih tinggi daripada populasi umum, dengan tingkat kematian dini tertinggi ditemukan di negara berpenghasilan rendah dan menengah dan di daerah pedesaan
Penyebab Epilepsi
Penyebab epilepsi dibagi ke dalam beberapa kategori, seperti struktural, genetik, infeksi, metabolism, kekebalan dan penyebab lain yang tidak diketahui secara pasti. Adapun contohnya sebagai berikut:
- Kerusakan otak dari penyebab prenatal atau perinatal (misalnya kehilangan oksigen atau trauma saat lahir, berat badan bayi ketikalahir kecil).
- Kelainan kongenital
- Cedera kepala parah
- Stroke yang membatasi jumlah oksigen ke otak
- Infeksi pada otak, seperti meningitis dan ensefalitis
- Sindrom genetik tertentu
- Tumor otak
Demikian informasi tentang penyakit epilepsi. Apakah epilepsi menular? Jawabannya tidak. Epilepsi tidak dapat menular baik melalui kontak fisik maupun air liur.