Bagikan:

JAKARTA - Dokter spesialis anak dr. Piprim Basarah Yanuarso, Sp.A(K) mengatakan ketidaktahuan terhadap ancaman penyakit menjadi faktor terbesar orang tua tidak mendorong anaknya melakukan imunisasi.

Hal itu disampaikan Pimprin ketika menjadi pembicara dalam pertemuan Ilmiah Tahunan Ilmu Kesehatan Anak (PTI-IKA) ke-11 di Hotel Shangri-La, Jakarta, Minggu, 20 November. Acara itu digagas Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI).

“Masyarakat itu tidak mengenal penyakitnya. Karena tidak kenal dengan penyakitnya, maka tidak takut dengan penyakitnya. Jadi akibatnya menyepelekan imunisasi,” ujarnya.

Piprim mengakui di tengah masyarakat masih berkembang anggapan keliru terkait efek samping vaksin. Padahal menurutnya, sejumlah penyakit lebih berbahaya bagi kesehatan jika tidak dicegah menggunakan vaksin.

“Masa kita lebih galau dengan vaksinnya, padahal efek samping vaksin hanya demam sedikit, mungkin agak bengkak dan merah-merah sedikit. Tapi kalau polio lumpuh seumur hidup, anak itu susah untuk jadi pemain bola, susah untuk jadi atlet sprinter. Kita bisa bayangkan betapa sedihnya anak yang lumpuh seperti itu,” tuturnya.

Selain itu, Piprim juga menyampaikan beberapa faktor lain yang membuat imunisasi pada anak tidak mulus berjalan. Salah satunya banyak orang tua di daerah tertentu menolak anaknya imunisasi lantaran vaksin yang diberikan belum tertera label halal.

“Beberapa daerah seperti Aceh, Sumatera Barat dan Riau itu mintanya harus ada sertifikat halal dulu. Kalau kaya gini IDAI juga ga bisa, karena wewenang sertifikat halal ada di MUI atau pemerintah daerah,” ujar dia.

Pimprim juga menyoroti peran teknologi dan media sosial dalam pemberitaan mengenai vaksinasi. IDAI menilai, kata dia, masih banyak konten-konten yang tidak bertanggung jawab yang memberikan informasi keliru mengenai vaksin dan imunisasi

Dalam pertemuan PTI-IKA ke-11 ini, IDAI menekankan bagaimana capaian imunisasi terhadap anak yang dirasa belum maksimal hingga saat ini. Utamanya terjadi saat Bulan Imunisasi Anak Nasional (BIAN) sebagai program yang dicanangkan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) untuk mendorong imunisasi.