Ibu Guru Jawa Bagikan Kisah Inspiratif Guru Muda di Papua Barat
Iffah Sulistyawati Hartana (ist)

Bagikan:

JAKARTA - Iffah Sulistyawati Hartana, salah satu guru dari Indonesia Mengajar menceritakan pengalamannya ketika mendapat tugas mengajar di Papua Barat, tepatnya di Maybrat. Ia berangkat pada 17 September 2021 dan purnatugas pada 18 September 2021.

Iffah mendapatkan berbagai kejutan yang menarik, dimana hal tersebut mematahkan stigma buruk terkait suasana pendidikan dan orang-orang di wilayah timur, khususnya Papua. Iffah menceritakan pengalamanya selama bertugas disana, dimana ia mendapatkan hal yang luar biasa, dan sangat bertolak belakang dengan pandangan atau stigma buruk yang sering didengar.

Ifah membutikan bahwa hal tersebut tidaklah sepenuhnya benar. Alumni ITB ini berkata bahwa disana anak-anak lebih ramah, semangat giat belajar dan juga periang, yang menyebutnya dengan sapaan “Ibu guru Jawa”.

Saat baru ke Maybrat, ia mendapatkan pengalaman yang luar biasa, dimana ia dikejutkan dengan budi pekerti orang orang sekitar, dan mendapati orang Maybrat yang memiliki hati yang baik, meski mereka lebih sedikit keras. Ia sangat dihormati dan dihargai.

“Masyarakat disana juga menyesuaikan apa yang menjadi kebutuhan saya, salah satunya makan, dimana warga sekitar tepatnya ibu pendamping atau mamah piara saya membeli berbagai perabotan baru untuk makan dan juga meyediakan berbagai makanan halal sesuai dengan kebutuhan saya,” kisahnya dalam konfersi pers yang diselenggarakan di Gedung Kementrian Pendidikan, Selasa, 20 September 2022.

Dalam hal fasilitas, masalah susah sinyal ternyata tak begitu dirasakannya. Maybrat sendiri memiliki akses dan fasilitas yang sudah cukup memenuhi kebutuhan anak-anak untuk belajar disana. Mereka bahkan sudah mulai aktif menggunakan sosial media seperti Tiktok, Instaragram sampai dengan bermain Youtubekarena tersedianya komputer dan prasarana lainnya di sekolah.

“Malah saya yang diberitahu tentang beberapa berita atau kabar terbaru dari Jakarta atau belahan dunia lain, yang saya belum tau. Ternyata mereka menonton dari Youtube,” bebernya.

Masyarakat Maybrat sendiri juga memiliki jiwa toleransi yang cukup tinggi, dimana ia membuktikan secara langsung. Sebagai muslim yang harus melakukan shalat, mereka menyediakan fasilitas untuknya beribadah.

“Dari hal yang diceritakan, kita bisa memahami bahwa wilayah Indonesia Timur tidak semenyeramkan itu,” sambungnya.

Iffah adalah salah satu guru muda yang dikirim dalam progam Indonesia mengajar (IM). IM adalah sebuah lembaga nirlaba yang merekrut, melatih, dan mengirim generasi muda terbaik bangsa ke berbagai daerah di Indonesia untuk mengabdi sebagai Pengajar Muda (PM) di Sekolah Dasar (SD) dan masyarakat umum selama satu tahun penuh.

Hikmat Hardono selaku Ketua Yayasan Gerakan Indonesia Mengajar yang menyatakan bahwa masyarakat perlu mendengar kisah para pengajar di berbagai pelosok negeri ini secara langsung, agar tidak melihat Indonesia Timur sebagai bagian negeri yang sangat tertinggal.

Pendidikan di Indonesia Timur selama ini diidentikkan dengan image negatif atau yang memilukan hati, seperti susahnya akses jalan, minimnya fasilitas, rintangan budaya yang sulit dilawan, membuat belahan bumi pertiwi yang satu ini selalu akrab dengan kata "tertinggal".

Tapi kabar baiknya, Indonesia Mengajar mematahkan stigma negatif yang telah terbentuk tersebut berdasarkan pengalaman para pengajar mereka yang mengabdi hingga ke pelosok negeri selama ini.

“Syaratnya untuk berani beragam dengan pendekatan di lapangan. Kita harus terbuka dulu. Kita nggak pernah bisa memahami bahwa pendekatan pengembangan pendidikan itu bisa dan harus beragam tanpa kita berani mendengar dan bersikap terbuka lebih dalam tentang apa yang sesungguhnya terjadi di lapangan,” katanya.