JAKARTA - Ada hubungan antara musik dan kemampuan memahami emosi orang lain, ungkap sebuah studi di Emoticon yakni sebuah jurnal ilmiah dari American Psychological Association. Hasil penelitian yang dilakukan peneliti dari Southern Methodist University (SMU) dan University of Oregon ini memberikan landasan untuk penelitian masa depan terkait dampak mendengarkan musik yang melibatkan interaksi sosial pada kemampuan kognitif sosial, dan apakah mendengarkan musik dapat ditambahkan ke teknik terapeutik yang digunakan dalam pelatihan keterampilan sosial untuk individu dengan gangguan spektrum autisme atau skizofrenia.
“Empati paling sering dipikirkan dalam konteks interaksi sosial, tetapi ada banyak bentuk komunikasi sosial lainnya, termasuk musik,” kata pemimpin studi Benjamin Tabak, profesor psikologi dan direktur Social and Clinical Neuroscience Lab (SCN) di SMU seperti diberitakan ANTARA, dikutip dari Science Daily, Kamis 26 Mei.
BACA JUGA:
Dia mengatakan, musik dapat menyampaikan makna dan emosi sekaligus menimbulkan respons emosional. Tetapi mekanisme yang bertanggung jawab atas kekuatan emosional ini masih belum dapat dipahami.
Dalam studi, Tabak dan tim mengukur kemampuan untuk memahami dengan benar pikiran dan perasaan orang lain (akurasi empatik) dan sejauh mana seseorang merasakan emosi yang dirasakan orang lain (mempengaruhi berbagi).
Hasil awal temuan menemukan dukungan untuk kedua hipotesis dan secara khusus, menunjukkan adanya akurasi empatik sebagai keterampilan melampaui interaksi interpersonal ke dalam musik. Para peneliti berharap hasil ini akan memberikan landasan untuk studi masa depan mengenai dampak mendengarkan musik aktif dalam meningkatkan kognisi sosial.
Tabak dan koleganya meyakini studi mereka memberikan dukungan tentatif untuk teori terkait musik dan perilaku sosial yang berkembang untuk membantu individu terhubung dengan orang lain dan lebih memahami dan mengelola lingkungan sosial mereka.