Bagikan:

JAKARTA - Trending topic nomor satu Twitter menarik perhatian kami sebagai penggemar K-pop. Kata 'Jenny' menjadi yang teratas selama dua hari berturut-turut. Saat kami melihat kata tersebut, yang tersirat di kepala kami adalah anggota BLACKPINK, Jennie. Ternyata kami salah. Jenny yang dimaksud adalah seorang manusia biasa yang merupakan penggemar grup K-pop, EXO.

Sebagai penggemar grup yang sama, kami sudah familiar dengan nama tersebut. Ia dikenal karena sering bolak-balik mengikuti aktivitas grup besutan SM Entertainment itu. Mulai dari negara kita sampai negara di belahan Asia dan di kampung lahirnya EXO itu sendiri, Korea Selatan. Kalau kata anak sekarang, ibarat pergi ke warung.

Kegiatan itu juga diisi Jenny dengan menjual printilan berbau K-pop. Sadar akan massa yang besar, barang dagangannya yang berkaitan dengan EXO selalu sukses terjual habis bahkan sebelum perilisannya (pre-order). Kami sendiri belum pernah membeli dari toko online-nya meskipun beberapa kali sering berkunjung melihat ready stock-nya untuk melihat kira-kira yang tertarik kami beli.

Aktivitas Jenny ternyata membawa sinyal bagus. Ia sering mengikuti sesi tanda tangan (fansign) bersama EXO sampai-sampai beberapa member masih mengingat namanya tatkala ia kembali menghadiri sesi tanda tangan untuk kesekian kalinya. Namun, namanya trending bukan untuk sesuatu yang baik melainkan karena utas sejumlah warganet yang menceritakan pengalaman mereka mengikuti tur travel konser yang dibuat Jenny.

Jenny sudah lama membuat tur konser di mana ia bisa mem-provide penggemar yang ingin ikut menonton konser EXO di negara lain. Tetapi, puncak kemarahan pelanggannya baru tersiar sekarang. Seorang warganet dengan username @sforsnuffles menggabungkan seluruh utas menjadi satu utas utuh sehingga warganet yang penasaran bisa membuka link utasnya.

Warganet yang menulis utas kebanyakan menulis pengalaman yang kurang menyenangkan dalam mengikuti tur travel konser Jenny yaitu JennyTour.id. Sebagian lagi menyayangkan proses pembelian barang berbau K-pop yang tidak mulus di antaranya menghanguskan DP (uang muka) orang atau penambahan uang yang tidak sesuai dengan harga awal.

Berbicara soal fanatisme, setiap penggemar sudah pasti mengalaminya. Namun, tingkat fanatisme seseorang berbeda-beda. Kita tidak bisa menyalahkan tingkat fanatisme seseorang karena tidak ada yang bisa mengukur hal tersebut. Namun, kita sebagai penggemar, punya hak untuk menghabiskan uang kita ke mana saja. Apalagi belum banyak lapak jualan K-pop yang resmi beredar di Indonesia.

Tapi, penggemar yang ingin memberi dukungan melalui materil, ketika hendak bertransaksi, harus melihat bibit dan bobot si penjual atau penyedia jasa. Harus waspada juga jika seseorang melakukan sesuatu yang di luar batas. Memastikan yang kita terima sesuai dengan apa yang kita bayar adalah hal yang sangat penting. 

Begitu juga orang yang menyediakan sebuah jasa. Mereka harus mengutamakan kesejahteraan pembelinya ketika sudah diberikan kepercayaan. Album, tiket konser, lightstick, atau apapun itu pasti memiliki harga yang tidak murah. Penggemar yang memutuskan membeli barang-barang tadi pasti sudah mempertimbangkan kemampuan untuk mendukung grup idolanya.

Di Korea Selatan, printilan serta album fisik masih menjadi kejaran penggemar. Itu karena mereka masih menggunakan penjualan album fisik sebagai tolak ukur sebuah lagu masuk ke dalam tangga lagu. Hal ini membuat penggemar berbondong-bondong memesan album sebelum tanggal perilisannya.

Di Indonesia, nama EXO sudah memiliki pasar penggemarnya. Teringat di tahun 2017, sebuah toko online dari Indonesia yang dibuat oleh penggemar menerima lebih dari 15 ribu pesanan album The War dan ini hanya di Indonesia saja. Kuitansi yang penggemar bawa ke acara sesi tanda tangan membuat member EXO terkejut. Jadi, tidak usah heran dengan fanatisme penggemar K-pop di Indonesia yang sering bikin garuk-garuk kepala warganet.